49. 〣 PERGI 〣

55K 5.9K 874
                                    

Part paling panjang, karena saya ngejar target, karena target hanya sampe part 50😚


♡HAPPY READING♡

'Glorerys Hospital', gadis itu menatap dengan seksama sebuah plakat, yang tertancap di sebuah gerbang putih, yang sedang berdiri megah di sampingnya.

Gadis itu mengenggam erat kopernya, sambil menatap sekeliling dengan tatapan sendu. Tempat ini, tempat ini berisi kenangan terakhirnya bersama lelaki itu. Semuanya bagaikan kaset, yang kini berputar-putar di hipotelamusnya.

Dengan hati yang ia tekadkan, kaki itu melangkah pelan, melewati orang-orang dengan wajah eropa yang berlalu-lalang pada kesibukannya sendiri. Tangannya dengan lihai menekan tombol lift tanpa ragu, seakan dia sudah tidak asing dengan tempat itu.

Berjalan menyelusuri lorong, kaki jenjang itu berhenti di depan ruangan dengan hologram di sana. Menekan beberapa kode tersembunyi, hingga pintu terbuka sendirinya.

Gadis itu.... Rexanne. Kakinya tidak mampu melangkah lagi, dengan tubuh yang kaku, saat dirinya dihadapkan dengan berbagai alat-alat canggih, yang terus bergerak.

Fokusnya lebih terarah pada tubuh lemah, yang terbaring lemas di sana. Kaitan tangannya di koper miliknya terlepas. Ranselnya pun ikut terjatuh ke atas lantai. Dengan langkah pelan, kaki itu kembali berjalan hingga berdiri di samping brankar.

Rexanne terdiam tak harus berkata apa, saat dirinya melihat tubuh rapuh yang biasanya semangat, sedang menutup mata, menyembunyikan sebongkah kristal samudera, yang begitu menenangkan indera.

Rexanne, gadis itu membungkuk agar lebih dekat menatap wajah yang menjadi boomerangnya, setelah berpisah darinya. Jari lentik itu membelai pipi yang sangat dingin itu. Hingga sebuah kecupan hangat ia daratkan pada kening, dengan mata tertutup namun tak sadar jika tetes air mata keluar dari sana, benar-benar membuat mata yang terpejam itu terbuka.

"Rex....?"

Rexanne melepaskan kecupannya, beralih menggenggam tangan lelaki yang menatapnya tak percaya.

"Yeahh Ala, ini Rex", ujsr lirih Rexanne sambil mengelus pipi yang mulai tirus itu.

"Kamu datang?", gumam lontaran yang terucap oleh bibir kering itu.

"Iya Ala, Rex datang untuk Ala.... Untuk Rexala", ujar Rexanne, yang saling beradu pandang pada manik biru milik Alaric.

"Makasih", ujar Alaric sambil tersenyum tulus.

"Rex....?"

"Iya?"

"Peluk Ala dong, Ala kangen ini.... Hehe"

Detik berikutnya, Rexanne langsung menubruk tubuh ringkih itu dengan erat. Membuat Alaric yang tadinya terduduk, kini terdorong ke belakang hingga bersandar pada brankar. Lelaki pucat itu tersenyum lebar, sambil mengelus tubuh yang bergetar hebat, disertai sebuah isakan kecil, yang terhambat oleh dada kekarnya.

"Ala......hiks"

Lelaki itu memejamkan mata, sambil membalas pelukan Rexanne dengan tak kalah erat. Menyalurkan segala emosi bantin, dan tekanan hidup yang meluap.

"Shutt, tenang Rex.... Ala di sini", ujar lirih Alaric.

"A-ala.... Kenapa nggak pernah bicara jujur sama Rex hiks. A-ala kenapa mau tersiksa sendiri hiks. Kenapa pergi menanggung derita sendiri hiks.... Rex rindu Ala.... A-ala kenapa tanggung ini semuaaa"

Alaric hanya mampu mengelus punggung Rexanne yang berkeluh, sangat hancur saat melihat gadisnya menangis karena dirinya.

"Shutt cantiknya Ala.... Ala nggak mau Rex terbebani.... Biarin Ala yang berjuang untuk kita. Tapi, sekarang Ala seneng bangettt.... Rex ke sini bersama Ala. Tugas Rex yang Ala ingin, Rex tetep di samping Ala, nggak boleh jauh-jauh dari Ala", ujar Alaric sambil menangkup wajah Rexanne dengan kedua tangannya, yang terisi beberapa selang kecil, yang tertancap di kulitnya.

REX-Nya ALA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang