28. bercerai??

277 15 5
                                    

Tin!

Tin!

"Berisik juga ya lo kalo lagi sendirian?"

Raden turun dari motornya yang sudah distandar, dengan peka ia membantu Casa yang kesusahan mengangkat motor besarnya. "Kenapa?" tanya Raden setelah mendirikan motor.

"Hampir nabrak truk tadi." Casa menggulung rambutnya yang bertebangan karena angin yang menerpa wajahnya. Raden menjitak kepala Casa pelan, ia tak berani menjitak gadis itu dengan keras karena masih sayang nyawa.

"Hati-hati bawa nya. Ugal-ugalan" kata Raden dengan wajah datar. Casa hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham.  "Lo kok nggak pulang bareng Lia? Kan dia tadi nebeng di lo" tanya Casa bersidekap tangan.

Pasalnya, Cowok itu tadi sore sempat membonceng Lia yang akan pergi ke rumah Almarhum Xal. Dan kini kenapa ia tak membonceng teman nya yang satu itu?. Harusnya kan cowok tu tanggung jawab, pergi bareng dia ya pulang juga harus bareng dia.

Raden menghela nafas, "Nggak mau dia" jawabnya pasrah. Casa yang mendengarnya seketika tertawa terbahak-bahak didepannya, "Anjir, lu nya nyeremin sih. Jadi dia nggak mau ama lu."
Raden terdiam, menatap tajam Casa yang terus saja tertawa sambil menabok-nabok pundak lebarnya, "Udah, nggak baik ketawa malem-malem."

Casa langsung kicep dengan wajah polosnya, "Ha? Emang kenapa?."

"Ada setan." Raden mengambil helm Casa lalu menyerahkannya ke gadis itu, "Pulang. Gue anter." Mata Casa membola lalu setelahnya ia panik sendiri. "J-jangan deh, gue juga bisa pulang sendiri. Lo balik ah sana! Hehe..g-gue bisa sendiri. Oke?" kata Casa setengah gugup, dirinya tak mau jika Raden ataupun yang lain mengetahui tempat tinggal nya yang sekarang.

Mata Raden menyipit penuh selidik, biasanya Casa tak pernah seperti ini. Sudah 2 kali ia mendengar tolakan Casa, yang satu saat dirumah Almarhum Xal yang disana Rangga menawarkan untuk mengantarkannya lalu gadis itu menolak, dan sekarang. "Gue anterin lo" ujar Raden tak terbantahkan, lalu ia menaiki motor ninja nya kemudian memakai helm fullface. Casa berdecak, mau tidak mau ia harus pergi ke rumah orang tuanya.

Tin!

Raden mengklakson motor nya agar Casa dengan segera menaiki motor nya sendiri. "Anjir, sabar!" semprot nya.

Raden tersenyum tipis melihat wajah masam Casa yang belum memakai helm. Lalu setelahnya Raden menggiring Casa dengan pelan, berbanding terbalik dengan Casa yang sesekali melakukan wheelie.

《xxx》

"Udah 'kan?." Casa bertanya kepada Raden yang telah mengantarkan dirinya hingga ke rumah. Tentu nya Raden sempat memotong arah jalan motor Casa saat akan menanyakan perihal jalan yang sedang diperbaiki. Mata gadis itu membola bagaikan balon yang ditiup, bisa-bisanya ia lupa kalau kala itu--saat mengatakan pada Rangga perihal itu---Raden juga disana. Dan kemungkinan mendengarnya.

Untungnya Casa berhasil meyakinkan bahwa jalan yang sedang diperbaiki jalan lain yang menuju ke rumahnya. Raden mengangguk, ia tahu Casa berbohong. Jelas ia tahu komplek perumahan ini, dulu ia sering ke daerah sini karena ada sesuatu yang membuatnya betah kesini setiap ada waktu luang.

"Y-ya udah dih. Sono lo pulang, dicariin emak lo noh," sambung Casa dengan sedikit gagap. Bisa-bisanya ia malah gagap dengan orang yang sama cuek seperti dirinya.

"Lo masuk, gue balik" ucap Raden keukeh. Casa hanya mengumpat dalam hati, berharap kedua orang tuanya itu sudah tidur dan tak sadar jika anak nya pulang ke rumah. Baru saja sampai didepan pintu rumahnya, ia langsung mendengar suara cek-cok dari arah dalam.

"YA KAMU JUGA JANGAN PIKIRIN PEKERJAAN DOANG DONG MAS! JAGAIN CASA JUGA!"

Regi berdecih, "Dan kamu sendiri tidak tersinggung atas ucapan mu?" jawab Regi tegas namun berusaha meredakan amarahnya. "Seharus nya aku yang cari uang! Bukan kamu Sarah! Kamu dirumah saja duduk tenang dan urusi anak kita! Bukan kah itu tugas seorang ibu?!."

IT'S MY STORY [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang