22. "hai cantik"

286 21 3
                                    

Kepulan asap mengudara disekitar balkon kamar Gara. Rupanya bukan dirinya lah yang mengepulkan asap rokok elektrik tadi, melainkan Zen. Cowok itu memejamkan matanya menikmati angin yang bersemilir menerpa wajahnya.

"Gue suka dia." Ucap nya tiba-tiba.

"Weh, sapa dah?" tanya Gara penasaran.

Zen tersenyum tipis, "Veronica, XI IPS 4. Cewe cantik, dingin, cuek, dan nggak tau kenapa gue suka dia." Ucap Zen sambil tersenyum membayangkan wajah cantik Casa. Gara memelototkan matanya hingga terlihat lebih besar.

Gara tentu tau siapa nama yang Zen maksud, gadis itu Casa, dan Rangga--bosnya sudah mengklaim gadis itu sebagai pacarnya namun Gara juga bingung, mengapa bos nya itu tak mencoba menembak gadis itu? Ataukah dia masih ragu? Atau ada perasaan yang harus dia jaga?.

"T-tapi —"

"Gue balik, thanks" ucap Zen berlalu dari sana

Gara ingin memberitahunya namun Zen pamit pulang disaat itu juga. Mungkin ini bukan waktunya, ia akan memberitahukannya secepat mungkin.

《xxx》

Suara deru motor yang tadinya sempat memekakan telinga kini berubah menjadi pelan dan semakin dekat ke arah gadis yang memakai piyama tidur bergambar kerropi. Casa, gadis itu juga hanya mencepol asal rambutnya hingga melihatkan sedikit leher jenjangnya yang putih.

Zennathan meneguk salivanya kasar.
"Shit!" batinnya mengumpat.

Sedangkan Casa hanya duduk dikursi pelanggan lalu dengan gabutnya menendang-nendang kerikil yang berada didepannya. Zen tersenyum geli, kemudian ia memesan satu porsi nasi goreng.
Dirinya duduk disamping Casa yang kini sudah berubah--- tidak lagi menendang-nendang kerikil melainkan menggeser tubuhnya agak menjauh dengan tatapan lurus ke gerobak nasi goreng didepannya.

Zen sudah tidak tahan lagi untuk menyapa gadis disampingnya ini. Ia menarik nafas lalu tersenyum, "Hai cantik" sapa Zen memiringkan kepalanya guna melihat wajah cantik Veronica.

Dirasa terganggu, Casa, gadis itu menoleh ke sumber suara tadi dan Skak! Orgil?. Kenapa orgil ini ada disampingnya? Dan sejak kapan dia datang?. Casa terus saja menggerutu merutuki kebodohannya. Hingga pesanan nasi goreng yang dirinya pesan datang bersamaan dengan nasi goreng pesanan Zen.

"Veronica" panggil Zen. Hening, hanya ada suara motor dan mobil lewat yang menyapa. Zen menghela nafas, "Cantik, kalo dipanggil nyahut dong."  Casa berdecak, "Berisik!!."

"Yaya," ucap lelah Zen. Sepertinya ia sudah menyerah untuk mengganggu Casa malam ini. Ditambah lagi ia sekarang jadi belum selesai memakan nasi goreng pesanannya. Hingga 2 menit berlalu, Casa berdiri dari kursinya lalu merogoh uang berwarna biru ke si pemilik warung.

"Kembaliannya buat bapak aja," ucap Casa pelan, ia mendorong tangan bapak si pemilik warung yang sudah menyodorkan uang kembaliannya. "Uwah..makasih neng. Alhamdulillah." Bapak itu menengadahkan tangannya ke atas lalu mengusapnya ke wajah.

Zen tersenyum kagum, ia tak menyangka gadis cuek seperti dia akan berbuat seperti tadi, dan satu lagi. Ia kini tau selera makan gadis itu sangat sederhana yang pasti enak dan halal. Beda lagi jika gadis-gadis diluaran sana, mana mungkin mau makan dipinggir jalan seperti ini ditambah lagi cuaca malam yang lumayan dingin. Pasti mereka memilih makan di Caffe atau di resto mahal.

Sekitar 4 menit, ia beranjak dari duduknya dan langsung membayar nasi goreng tadi.
"Nih pak, nasi gorengnya enak banget!, Bapak semangat ya jualannya. Ini ada sedikit rezeki dari Tuhan yang dititipkan kepada saya pak. Mohon diterima." Zen mengulurkan kedua tangannya yang berisikan amplop sedikit tebal dengan bibirnya yang terus ia lengkungkan indah.

IT'S MY STORY [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang