"Der!"
Arjuna, Leon, dan Malvin berlari dari arah berlawanan menuju ke arah Derran, ketika cowok itu di hajar habis-habisan di samping toilet laki-laki.
"Lo semua gila ya! Bukannya dipisah malah kalian tontonin, punya otak gak lo semua?" Leon, cowok dengan tinggi badan sekitar seratus delapan puluh sentimeter itu berteriak sesekali memaki.
"Udah Der! Berhenti gak!" Arjuna, cowok dengan pakaian rapi itu tengah berusaha memisah Derran yang sesekali ingin membalas pukulan lawan.
"Bubar lo semua!" Kali ini Malvin yang membentak, sontak semua siswa yang ada disana menjauh dan membubarkan diri masing-masing.
"Lo punya masalah apa sama si Derran?" Malvin menahan kerah baju pelaku pengeroyokan, namanya Nando.
Sedangkan Nando bukannya takut malah tertawa mengejek, "salahin temen lo! dia yang mulai cari gara-gara dulu sama gue!"
"Jaga ya mulut lo! Gue gak tahu apa-apa, dan dengan tiba-tiba lo cegat gue dan mukulin gue sampai kayak gini sama teman-teman lo!" Derran tidak habis pikir, bagaimana bisa Nando membalikkan fakta dan malah menuduh Derran.
Sebenarnya Derran tadi pergi ke toilet, dan saat keluar dia malah dihajar habis-habisan. Untung saja Derran lumayan dalam hal bela diri, jadi ia masih bisa melawan lima orang sekaligus walaupun tubuhnya terasa remuk redam.
"Kalian tidak habis-habisnya mencari masalah di sekolah ya!"
Derran, Nando, dan yang lainnya sontak menoleh ke sumber suara. Dimana Pak Sapto, seorang Guru BK di SMA Harapan yang terkenal galak itu tengah berjalan mendekat dengan tongkat rotan di tangan kirinya.
Malvin sedikit kesusahan menahan tubuh Nando karena cowok itu ingin melarikan diri, sedangkan teman-teman Nando yang lain sudah pergi entah kemana. Derran sendiri masih kesulitan berdiri karena kakinya sedikit memar dan harus di papah oleh Arjuna, mungkin besok juga sudah pulih.
"Jangan berusaha untuk lari dari saya! Arjuna, bawa mereka semua ke ruangan saya sekarang!"
"Baik, Pak," jawab Arjuna. Cowok itu dulunya adalah ketua OSIS, jadi pantas jika semua Guru mengenalnya.
"Ayo ikut gue, biar masalahnya gak tambah panjang!" Arjuna memberi instruksi, dan yang lain segera mengikuti langkah cowok tersebut, walaupun sesekali Nando menolak untuk di giring oleh Malvin serta Leon.
Dan tanpa mereka sadari, seorang gadis berambut panjang tengah menyaksikan semua kejadian tadi. Rasanya sangat cemas dan khawatir ketika melihat Derran penuh dengan lebam di wajah, namun dia tak bisa mengambil tindakan lain selain melihat dari jauh, karena ia yakin Derran pasti akan menolak bantuannya.
"Kirana!"
"Ah!"
Kirana, gadis itu terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang dengan sengaja. Pelakunya adalah Ellena, gadis itu hanya tersenyum tanpa dosa ketika melihat wajah konyol Kirana yang sedang terkejut.
"Kaget tahu, Ell."
"Hehe iya-iya, maaf deh, Ran."
"Memangnya ada apa?" tanya Kirana.
"Gue nyariin lo kemana-mana, ternyata ada disini. Sekarang udah mau jam istirahat, ayo ke kelas dulu!" ajak Ellena.
Kirana hanya mengangguk, "yaudah ayo!"
Sesampainya di kelas topik hangat yang pertama kali menyapa telinga mereka adalah tentang rumor Derran, mereka mengatakan jika alasan Nando menghajar Derran karena sebuah dalih kecemburuan. Dimana Nando mengira jika Derran merebut kekasihnya dan menjadikan alasan kekasih Nando meminta putus hubungan, padahal Derran sama sekali tidak mengenal kekasih Nando.
"Kalian semua dari pada gosip mulu, mending ikut ekstra debat deh!" Gisella, gadis dengan dandanan seperti laki-laki itu menimpali.
"Berisik banget! Urusin dulu hidup kalian baru urusin hidup orang lain!" imbuhnya.
Hal tersebut sukses membuat Kirana dan Ellena tersenyum, teman mereka yang satu ini memang tak pernah mengecewakan, walaupun mereka tak terlalu dekat.
"Eh, udah bel istirahat." Ellena baru menyadari jika bel sudah berbunyi dari tadi.
"Ayo ke kantin, Ran!" ajak Ellena.
"Oke, bentar ya! Aku ambil bekalku dulu."
Ellena mengernyitkan dahi heran, kenapa Kirana membawa bekal? Biasanya gadis itu jarang mebawa bekal dari rumah jika tidak sedang dalam menjaga kondisi berat badan.
"Coba lihat!" Ellena menarik kotak bekal Kirana.
"Ehh! Mau apa?"
"Ran!"
"Apa?"
"Lo lagi diet ya? bawa salad ke sekolah," tanya Ellena, respon Karina selanjutnya hanya mengangguk lemah. Ellena menghela nafas panjang, ia sudah mengerti tanpa dijelaskan.
"Nyokap lo emang gitu ya? semua orang gak harus sempurna, Ran. Lo kalo capek boleh kok cerita sama gue, kalo lo mau ngelakuin suatu hal tapi nyokap lo gak ngebolehin, telepon gue aja! sebisa mungkin gue bantu."
Kirana tersenyum, "makasih ya, Ell."
"Iya sama-sama, yaudah ayo ke kantin!"
Namun sayang seribu sayang, saat hendak melangkah seorang gadis dengan rambut sebahu datang mencari Kirana.
"Kak Kiran!"
"Eh? Ada apa?"
"Kak Kiran disuruh Bu Dahlia ke UKS, hari ini kan jadwal Kak Kiran jaga di UKS."
Kirana hampir lupa, benar hari ini ia harus memegang tanggung jawab UKS. Kirana sendiri mengikuti ekstrakurikuler PMR, jadi ya seperti inilah tugasnya.
"Maaf ya, Ell. Kayaknya gue gak bisa, harus ke UKS dulu. Ini kalo lo makan juga gak apa-apa, gue pergi ya!"
Setelah kepergian Kirana, Ellena hanya menggeleng pelan, ia tahu jika ada banyak kesakitan yang disembunyikan oleh Kirana darinya. Sebisa mungkin ia pasti akan membantu sahabatnya itu jika sedang salam masalah.
Kira-kira Derran lagi fotoin apa hayoo??
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry | Completed [✓]
Fanfiction[헨드리 - NCT Hendery] Follow Dulu Sebelum Baca! *** Hidup di keluarga yang menjadikan kesempurnaan adalah patokan, membuat Kirana menjadi gadis yang kehilangan jati dirinya. Banyak orang iri padanya karena dia cantik dan pintar, tapi sebaliknya, Kiran...