Part 6 - Accident

638 88 34
                                    

Sudah hampir setengah jam lamanya Derran belum kembali, hal tersebut sukses membuat Malvin kebingungan, bahkan ponselnya tak aktif saat dihubungi. Setelah acara potong kue tadi, Leon dan Arjuna dibawa pulang oleh Keenan dan Arga, itupun atas permintaan dari Malvin.

Sedangkan Malvin sendiri masih kebingungan mencari dimana Derran berada, teman-teman yang lain juga ikut mencari.

"Mungkin Derran udah pulang kali, di sini gak ada orangnya," celetuk salah satu dari mereka.

"Yaudah deh, makasih udah bantuin gue nyari Derran. Nanti kalo ada info soal anak itu jangan lupa kasih info ke gue," pinta Malvin.

Teman-teman yang lain hanya mengagguk paham, setelahnya Malvin memilih untuk pergi ke apartemen Derran. Siapa tahu cowok itu ada di sana, kan?

****

Sementara itu, Kirana kesusahan membawa tubuh Derran yang tengah mabuk. Berusaha meraih jari Derran untuk menekan tombol sidik jari agar pintu apartemen Derran terbuka.

Sedikit informasi, Kirana tahu alamat apartemen Derran dari Ellena. Saat Kirana berkunjung ke apartemen Ellena yang memang masih satu gedung dengan apartemen Derran.

"Lo ngapain nolong gue?" pertanyaan Derran sukses membuat Kirana terdiam.

Melepas sepatu yang dipakai cowok itu dan menarik selimut sebatas dada, berusaha tenang ketika mata Derran sedari tadi memperhatikan semua gerak-geriknya.

"Jawab, Kiran!" bentak Derran.

Kirana terkejut, berusaha tenang dan tersenyum. "Gak ada alasan buat gak nolong lo, Der."

"Omong kosong!"

Kirana terkejut kala Derran melempar selimutnya, menatap tajam ke arah Kirana yang masih diam membisu di samping meja nakas.

"Lo mau goda gue?"

"A-apa?" Kirana masih tak paham maksud Derran, menggoda? Apa maksudnya?

"Dengan lo pakai pakaian kayak gini, lo mau jadi penggoda, Kirana?"

Kirana takut, ia ingin lari dan pulang. Namun satu hal yang baru ia ingat, ia tidak ingat kata sandi apartemen Derran. Sebenarnya Kirana hanya memakai gaun tanpa lengan yang memperlihatkan sedikit bagian atas tubuhnya, namun sepertinya ia tak telalu terbuka.

"Lo mabuk, Der. Mending istirahat!"

"Jangan alihin pembicaraan!"

"Derran!" pekik Kirana saat Derran mendorong tubuhnya ke dinding, rasanya sakit.

"Karena lo udah di sini, gue gak akan menyia-nyiakan kesempatan," bisik Derran tepat di telinga Kirana. Hal itu membuat Kirana merinding, badannya bergetar hebat dengan air mata sudah berada di pelupuk.

"Lo mau apa, Derran. Gue minta, tolong berhenti!" Air mata yang susah payah Kirana bendung kini mengalir membasahi pipi tanpa bisa berhenti, ketika Derran dengan kurang ajar melecehkan tubuh bagian atasnya.

"GUE MINTA BERHENTI, DERANDRA!" Kirana berteriak sekuat tenaga, mendorong tubuh Derran yang masih menghimpit tubuhnya.

"TOLONG! Derran, sadaaar!"

"Hssst! ini, kan, yang kamu mau?"

Dan ketika saat itu juga, semuanya hancur. Hal yang selama ini Kirana jaga telah di renggut paksa oleh Derran, laki-laki yang ia sukai sejak lama. Tangis dan jerit Kirana tak membuat Derran berhenti, bahkan ketika Kirana sudah meminta berhenti berkali-kali. Bertiak meminta tolong, berharap akan ada orang yang dengar. Namun sepertinya apa yang ia lakukan sia-sia, sebelum akhirnya hitam menguasai diri Kirana.

****

Malvin berjalan melewati lorong apartemen, mencari nomor unit apartemen Derran. Setelah beberapa langkah ia berhenti tepat di depan kamar bertuliskan nomor 127, dengan pasti cowok itu menekan beberapa digit angka. Beruntungnya Malvin mengetahui kata sandi apartemen Derran.

"Derandra?" Malvin menatap sekeliling, tidak ada orang. Apakah Derran belum pulang?

Malvin berjalan menuju kamar, siapa tahu Derran berada di kamarnya. Namun dari jarak tiga meter dari pintu kamar, telinga Malvin menangkap suara tangisan seorang gadis.

Bulunya dibuat merinding, "bukan hantu, kan?"

Perlahan Malvin mendekati pintu kamar Derran, namun suara isak tangis tersebut makin terdengar jelas. Dengan panik, Malvin membuka pintu Derran yang tak dikunci.

Hal pertama yang Malvin lihat adalah, sosok Kirana yang tengah meringkuk di bawah kasur tanpa busana. Sedangkan Derran lelap tertidur di atas kasur.

"Kirana!" pekik Malvin, segera melepas jaket yang ia pakai untuk menutup tubuh Kirana.

"M-malvin," panggilnya.

"I-ini sebenarnya ada apa? K-kenapa lo kayak gini, Ran?" Malvin masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang baru saja terjadi.

"He's rappist."

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang