Part 11 - Perkara Ranjang

561 71 26
                                    

Ellena, gadis itu masih menangis tersedu-sedu saat melihat kondisi Kirana yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Beruntung Nisya segera membawa Kirana ke rumah sakit, jika tidak gadis itu bisa saja meninggal di tempat Malvin karena kehabisan darah.

"Udah, Ell. Jangan nangis terus!" Malvin menepuk-nepuk punggung Ellena. Namun sepertinya Ellena tidak menggubris perkataan Malvin.

"Kak, gue pulang dulu gak apa-apa, kan? Gue gak bisa bolos, soalnya lo tahu kan Nyokap gue kayak apa," pamit Nisya, Malvin mengangguk paham dan memperbolehkan Nisya untuk pulang.

Malvin baru ingat tentang sekolah, ia sepertinya harus membuat izin untuk Kirana, dirinya, dan Ellena. Untuk urusan Derandra, Malvin tidak peduli.

Cowok itu mengirim beberapa pesan singkat pada temannya yang lain, ia juga mengirim pesan pada Arjuna dan Leon. Berharap mereka sudah sadar dari acara mabuknya semalam.

Setelah urusannya selesai, Malvin menundukkan kepalanya karena merasa pusing dan tak enak badan. Ini mungkin disebabkan dirinya tidak tidur semalaman, badannya kelelahan.

"Lo tidur aja, sana! Biar gue yang jaga Kiran." Ellena kini membuka suara, gadis itu kasihan melihat Malvin.

"Makasih, Ell. Gue tidur bentar ya, untuk izin sekolah udah gue urus."

Ellena mengangguk, membiarkan Malvin mengistirahatkan tubuh sejenak. Gadis itu kembali menatap Kirana sambil menggenggam tangannya, berdoa agar Tuhan memberikan Kirana kesembuhan, dan gadis itu bisa cepat sadar.

"Ran, lo harus kuat, jangan gini!" lirih Ellena.

"Gue takut gak bisa jelasin ke Om Rendy sama Tante Yuri, semoga lo cepet bangun, Ran."

Hal yang ditakutkan Ellena adalah kedua orang tua Kirana, pernah dulu saat mereka di kelas sepuluh, pergi belajar kelompok untuk tugas fisika. Waktu itu mereka keasikan bermain, dan di waktu yang sama Kirana melupakan jadwalnya pergi bersama sang Ayah untuk datang ke acara kolega bisnis ayahnya.

Saat gadis itu pulang, Rendy langsung menampar putrinya karena pulang tak tepat waktu dan membuat Rendy malu karena datang terlambat dalam acara tersebut. Pada waktu itu Ellena melihat dengan mata kepalanya sendiri, tentang bagaimana hidup Kirana di rumah mewah itu.

Ketika Ellena masih tak bergeming dari tempatnya, dirinya dikejutkan oleh Yurika yang tiba-tiba menghampiri dirinya.

"Kamu jangan sampai membawa pengaruh buruk pada anak saya, karena anak saya berbeda jauh dengan kamu."

Masih teringat jelas kata-kata Yurika waktu itu, Ellena sadar jika dia memang berbeda jauh dari Kirana, bahkan dari segi fisik ataupun materi.

Ellena menghela napas panjang, berusaha membuang jauh tentang ingatan masa lalu tersebut. Beberapa menit gadis itu terdiam, dan rasa kantuknya pun datang, tanpa sadar Ellena kini menutup matanya yang terasa berat dan menyusul Malvin ke alam mimpi.

***

Di sisi lain, di kediaman Leon. Cowok itu berteriak histeris karena mendapati seonggok tubuh manusia di sampingnya.

"Aakhh lo siapaaa?" teriak Leon.

"BERISIIK!"

Cowok itu adalah Arjuna, masih enggan membuka mata dan malah menarik selimut kembali. Leon yang baru sadar jika itu adalah Arjuna, dirinya langsung saja mendorong cowok itu dari kasur kesayangannya.

"Dasar gak tahu diri ya, lo! Bangun gak! Dan gimana ceritanya lo bisa tidur satu ranjang bareng gue?"

Sedangkan Arjuna masih meringis kesakitan, tidak habis pikir, kenapa ia bisa punya teman pelit seperti Leon.

"Arga yang nganter kita semalam karena mabuk, gue gak berani pulang ke rumah karena gue mabuk. Lo tahu, kan? Gue bisa dicoret dari kartu keluarga kalo ketahuan minum," jelas Arjuna.

"Ya terus ngapain kudu tidur seranjang juga? Di bawah masih ada kamar tamu!"

"Mana gue tahu! Yang nyuruh nyoka ..."

"Leon, Arjun, bangun kalian. Waktunya sekolah," teriak seorang wanita dari luar kamar, orang tersebut adalah Ibu Leon.

" ...kap, lo." Barulah Arjuna melanjutkan ucapannya yang terputus.

"Ya udah, kalo gitu gue mau mandi dulu!" Pada akhirnya Leon mengajak Arjuna untuk turun.

Arjuna hanya mengangkat bahu tak peduli, memberikan Leon untuk mandi. Benar, hari ini ia harus sekolah. Baru kali ini Arjuna merasa sangat malas pergi ke sekolah, karena bosan menunggu Leon mandi, Arjuna kini membuka ponselnya. Cowok itu cukup terkejut saat melihat pesan spam yang dikirim oleh Malvin.

"LEON, CEPETAN MANDINYA! ADA INFO PENTING!" teriak Arjuna sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Sedangkan Leon yang merasa acara keramasnya terganggu, kini membuka pintu hanya dengan menggunakan handuk yang melilit sebatas pinggang, jangan lupakan busa yang masih menempel di badan cowok itu.

"APAAN SIH, LO? BERISIK BANGET!"

"Gawat, Le."

"Ngomong yang jelas, dong!"

"Derran ..."

"Apaan, deh."

"Derran semalam mabuk, dan perk*sa Kirana!"

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang