Setelah pulang dari kuliah, Derran memutuskan datang ke studio untuk menghibur diri. Yang datang hari ini hanya Malvin, dan Arjuna saja, karena Leon masih ada kelas, dan Jovan sebagai laki-laki bucin memilih untuk jalan saja dengan Ellena.
"Muka lo kusut banget, bentar lagi udah mau jadi Bapak, loh. Senyum dikit, kek!" goda Arjuna. Derran menaggapi godaan tersebut dengan melayangkan satu pukulan keras di punggung Arjuna, hingga cowok itu meringis kesakitan.
"Temperamen ya, lo!" kesal Arjuna, alhasil ia menjauh dari Derran dan memilih duduk di samping Malvin.
"Lo kenapa? Lo boleh cerita kok."
Derran mengusak rambut frustasi, akhirnya ia menceritakan alasan konyol ia bertengkar dengan Kirana. Hal itu mengundang tawa dari Malvin maupun Arjuna, sekarang Derran menyesal sudah bercerita.
"Lo, sih. Udah lah, mood ibu hamil emang gitu. Dulu Nyokap gue pas hamil adik gue juga gitu, kayak singa. Bokap sampe geleng-geleng kepala, mana ngidamnya aneh-aneh." Arjuna malah membuka forum curhat.
Ting! Tong!
Bel studio berbunyi, Derran dan yang lainnya menoleh ke sumber suara. "Gue aka yang bukain." Malvin berdiri dari tempatnya, dan membuka pintu.
"Kira ..."
"Derran mana?" tanya Kirana to the point.
"Di dalam." Seperti rumah sendiri, Kirana segera masuk untuk mencari Derran.
Derran terkejut awalnya saat melihat Kirana datang, dan keterkejutannya bertambah saat Kirana memeluknya erat sambil menangis. "Maafin gue!" Sedangkan Malvin dan Arjuna menatap Derran dan Kirana aneh.
"Kenapa?"
"Maaf udah cuekin lo sampai tiga hari, gue sebenernya udah maafin lo dari kemarin. Cuma karena masih kesel akhirnya gue punya ide buat cuekin, elo."
Derran tersenyum tipis. "Iya gak apa-apa."
"Mau ke rumah Bunda, gak?" tanya Derran. Kirana dengan semangat mengangguk, ia merasa nyaman di rumah Rossa. Mungkin karena suasananya yang tenang.
***
"Kamu sudah periksa lagi, belum?" tanya Rossa. Kirana menggeleng sebagai jawaban, karena sejujurnya ia memang belum periksa kandungan lagi sejak bulan kemarin.
"Derran gak ajak kamu?"
Lagi-lagi Kirana menggeleng. "Derran sibuk kuliah, Bun."
"Tapi, sesibuk-sibuknya dia, dia harus tetap ingat jadwal kamu. Nanti Bunda tegur dia, deh. Biar lebih waspada lagi." Rossa dan Kirana kini sedang merajut sebuah syal. Merajut adalah hobi Rossa, dan kebetulan Kirana penasaran tentang bagaimana cara merajut. Jadi ia ingin merajut juga bersama Rossa.
Kirana tersenyum tipis ketika sadar bahwa Rossa sangat perhatian dengannya, entah kenapa makin ke sini hidupnya semakin membaik. Derran setelah mengantar Kirana ada urusan mendadak di kampus, karena anak itu cukup aktif di organisasi.
***
"Bunda, ini boleh Kiran bawa pulang? Mau Kiran lanjutkan di rumah." Kirana mengangkat hasil rajutannya pada Rossa, wanita itu terkekeh kecil. "Bawa saja, biar kamu gak bosan di rumah."
"Terima kasih, Bunda." Kirana memeluk Rossa. Derran hanya menggeleng kecil melihat interaksi Ibunda dan Kirana, ia sempat berpikir jika sebenarnya anak kandung Rossa adalah Kirana, bukan dirinya.
***
"Hobi Bunda lo unik juga, ya."
Sepanjang perjalanan, Kirana menatap hasil rajutannya yang belum selesai. Ia juga tak henti-hentinya membahas tentang sang Ibunda.
"Dari kecil, Bunda memang suka merajut."
Kirana mengagguk kecil, kemudian kembali menatap jalanan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Der."
"Hm?"
"Kepengen ketemu Malvin."
Ckit!
Derran mengerem mobilnya mendadak, beruntung jalanan sepi. "Mau ngapain?"
"Peluk Malvin? Pengen ketemu dia."
Derran memijat pangkal hidungnya pelan, ini ngidam apa kesempatan sebenarnya? Karena tak ingin bertengkar, akhirnya cowok itu terpaksa berputar arah menuju apartemen Malvin.
***
Malvin menatap Derran dengan perasaan campur aduk, ketika Kirana datang dan langsung memeluknya erat sambil berkata jika Kirana merindukannya. Bulu kuduk Malvin seketika berdiri, jika saja ini bukan ngidam, Derran pasti sudah memukul rata wajah Malvin.
"Udah, kan? Ayo pulang!" ajak Derran.
"Tapi baunya Malvin enak."
"Pulang, Kirana!" pekik Derran.
"Ran, mending lo pulang. Kasihan dia, baru selesai rapat terus pulang jemput lo. Belum sempet istirahat dari pagi."
Kirana menatap Derran, setelah dilihat-lihat, cowok itu memang terlihat kelelehan. Kirana melepas pelukannya dari Malvin, berjalan mendekati Derran dengan perasaan bersalah.
"Maaf, Der. G-gue keterlaluan, ya?"
Derran menggeleng. "Enggak. Vin, kita pamit, ya!" Setelah itu tanpa mempedulikan Kirana, Derran berjalan mendahului Kirana.
"Derran, tungguin!"
Tapi sepertinya cowok itu sama sekali tak menghiraukan dirinya, air matanya hampir mengalir. Derran benar-benar marah kali ini, Kirana bersimpuh di lantai sambil terisak.
"Cengeng, ayo berdiri!"
Ternyata Derran kembali menghampirinya, kenapa Derran jadi baik sekali? Kirana segera meraih tangan Derran, memeluk cowok itu erat-erat.
"Maafin gue!"
"Kalo sikap lo kayak gini, gue gak yakin bisa ikhlasin lo pergi nantinya," batin Derran sebelum membalas pelukan Kirana tak kalah erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/310104311-288-k51680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry | Completed [✓]
Hayran Kurgu[헨드리 - NCT Hendery] Follow Dulu Sebelum Baca! *** Hidup di keluarga yang menjadikan kesempurnaan adalah patokan, membuat Kirana menjadi gadis yang kehilangan jati dirinya. Banyak orang iri padanya karena dia cantik dan pintar, tapi sebaliknya, Kiran...