Part 26 - Siapa itu Adinata?

488 59 0
                                    

Setelah kejadian tadi, Derran sama sekali tidak fokus untuk pertunjukkan musiknya bersama The 99's. Malvin hampir marah pada Derran karena cowok itu memainkan drumnya dengan asal, bahkan melenceng dari nada ketika mereka latihan.

"Lo kenapa, sih? Fokus, Der!" gertak Malvin. 

"Oke, maaf."

"Ulang lagi! Kita masih punya sepuluh menit sebelum tampil!"

Otak Derandra tak bisa menikmati alunan musik yang mereka mainkan, otaknya dipenuhi oleh bayangan Kirana, seperti diterjang badai di siang bolong, ia malah dikejutkan dengan fakta bahwa Kirana tengah mengandung hasil kecelakaan mereka.

Tak!

Stik drum yang dipegang Derran terjatuh, teman-temannya yang lain mendesah kecewa. "Lo gimana sih, Der? Kayaknya tadi baik-baik aja."

Leon merasa ada yang aneh dari Derran, semenjak ia datang dari UKS setelah mengembalikan kotak P3K tadi. Leon mendekati Derran, menepuk bahu cowok itu. "Lo biaa cerita sama kita, jangan dipendam sendiri, rasanya gak enak."

Arjuna, Jovan, dan Malvin saling tatap. Lantas, mereka meletakkan alat musik yang mekea gunakan, mendekati Derran dan duduk melingkar di sofa.

"Sorry, Der. Kayaknya, gue terlalu berlebih-lebihan." Malvin meminta maaf pada Derran, sedangkan Derran tersenyum tipis. "Gak apa-apa, gue emang yang salah, karena gak bisa profesional."

Derran menghela napas berat, "gue yakin kalian bakal marah pas gue cerita."

"Kita belum tahu lo mau bilang apa, Der. Kita usahakan ngadepinnya pakai kepala dingin, deh," celetuk Arjuna.

Jovan memutar bola matanya malas, "halah, entar endingnya lo gebukin Derran kayak yang di apartemen." Mendengar candaan Jovan, mereka semua sontak tertawa bersama. Jovan memang ahlinya membuat orang kicep dengan kata-kata pedasnya.

"Gue gak tahu harus apa sekarang, ini terlalu tiba-tiba ... " jeda Derran. Yang lain menatap Derran dengan serius, menunggu Derran melanjutkan kata-katanya.

" ... Kirana hamil anak gue," lanjut Derran.

"APA?" Mereka berempat berteriak kencang, mungkin suara mereka terdengar dari luar karena sangking kerasnya. Sudah Derran duga, teman-temannya pasti memberi respon yang berlebihan. Derran sudah siap menerima bogeman dari mereka berempat, tapi yang ditunggu-tunggu ternyata tidak terjadi.

"Kalian gak mau pukulin gue lagi?"

Pertanyaan Derran sukses membuat teman-temannya melongo, "lo mau gue pukulin?" tanya Leon. Spontan Derran menggeleng, gila saja jika ia minta dipukuli.

"Lo gak lagi bercanda sama kita, kan?"

"Ngapain gue bercanda? Sekarang Kirana lagi sama Ell, gue gak tahu kondisi dia sekarang kayak apa."

"Terus, lo bakal tanggung jawab, kan?"

"Tanggung jawab pasti ada, tapi di sini gue sama Kirana beda jalan," ucap Derran, memegang kepalanya yang terasa pening.

"Maksudnya?"

"Di saat gue pengen anak itu hidup, Kirana malah sebaliknya. Dia pengen nyingkirin janin yang ada di rahimnya, g-gue gak habis pikir. Udah jelas gue berusaha buat ilangin rasa benci gue ke dia, tapi sekarang? Kirana malah bikin gue tambah benci sama dia." Derran bingung, kenapa Kirana menolak? Padahal ia sudah siap untuk tanggung jawab apapun resikonya.

"Gue gak setega itu buat bunuh anak gue sendiri," lirih Derran.

Fakta yang membuat keempat sahabatnya terkejut, jika kebanyakan perempuan akan iya-iya saja saat diberi pertanggungjawaban. Kenapa Kirana justru menolak? Dan malah memilih opsi menggugurkan kandungannya.

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang