"Berani kamu menampakkan wajah di depan saya?" bentak Rendy, pria itu marah besar saat Derran datang ke rumah. Apalagi dengan alasan ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Kirana, hal yang sama juga dilakukan Yurika. Wanita itu tak habis pikir dengan sikap nekat Derran, sudah ia beri peringatan sebelumnya untuk tidak datang ke rumah ataupun berurusan dengan Kirana lagi.
Yurika sempat terkejut saat Derran datang sambil membawa berita jika Kirana hamil, kenapa masalahnya semakin bertambah rumit? Apalagi ditambah sikap Derran yang membuat rencana Yurika hancur berantakan.
Derran tersungkur di lantai dengan darah mengalir dari hidungnya, sudut bibrinya robek bekas bogeman dari Rendy. Ia memang pantas mendapatkan ini semua. Malvin tak berkutik, cowok itu merinding melihat kondisi Derran sekarang. Memang apa yang harus ia lakukan? Bisa-bisanya ia kena pukul juga. Melihat bagaimana marahnya Rendy sekarang, Malvin paham jika pria itu sangat kecewa. Entah kecewa karena anaknya terkena tindak pelecahan, atau karena hal lain.
"Kamu pikir ... Kamu ini siapa? Berani sekali menawarkan pertanggungjawaban!"
Yurika menenangkan Rendy agar suaminya tak kembali marah, "sudah saya katakan, pergi dari sini! Kami bisa menyelesaikan masalah ini sendiri."
"Tapi saya tidak bisa! Saya ... Saya menyayangi anak saya, d-dan Kirana ... " Rasanya berat untuk mengatakan bahwa sejujurnya, Derran mempunyai sedikit rasa untuk Kirana. Karena pada dasarnya rasa sayang itu tertutup oleh rasa benci.
"Kamu tidak paham apa yang saya katakan? Pergi dari sini!" Rendy berjalan mendekat, menarik kerah kemeja Derran. Membanting cowok itu hingga kembali tersungkur.
"Uhuk!"
"DERRAN!!" Malvin berteriak, mendekati sahabatnya itu yang tiba-tiba memuntahkan darah.
"Der! Udah, ayo pergi!" Malvin membujuk Derran agar kembali pulang saja, ia tak tega melihat Derran seperti ini. Ini pertama kalinya Malvin melihat Derran dalam kondisi mengenaskan seperti ini.
"G-gue ... Gue masih pengen yakinin mereka, Vin. Tolong jangan ganggu gue!" pinta Derran dengan suara serak, menahan rasa sakit di sekujur tubuh.
"Saya tidak peduli, s-saya ma ... "
"Lo ngapain ke sini?"
Sebuah suara menginterupsi dari arah pintu utama, di sana ... Kirana berdiri, masih dengan seragamnya. Menatap datar ke arah Derran dan ke dua orang tuanya.
"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang?" Rendy menaikkan nada bicaranya, pria itu marah tentu saja, karena Kirana pulang hampir malam.
"Lama tidak bertemu, Rendy." Seorang pria paruh baya datang dari arah pintu, jangan lupakan sosok wanita cantik di belakangnya.
"P-pras?" lirih Rendy. Mata Yurika membola, Kamila benar-benar menepati perkataannya waktu itu.
Derran dan Malvin hanya diam, Malvin menahan tubuh Derran yang hampir saja terjatuh. "Der, ayo ke rumah sakit. Bunda lo nangis kalo tahu lo kayak gini!," ajak Malvin.
Tanpa mereka sadari, kedua pasang mata itu masih setia menatap Derran yang penuh luka lebam. Kirana, ia berdiri mematung di sana.
Bruk!
Tubuh Derran ambruk, darah dari hidungnya masih mengalir, Malvin kehilangan keseimbangan hingga ia ikut terjatuh.
"Derran!" Kirana spontan berlari ke arah Derran, ia menepuk pipi Derran yang penuh bercak darah.
"Kenapa lo biarin dia ke sini, Malvin?!" Kirana bertanya sambil menahan tangis, biarpun ia sangat membenci Derran. Tapi rasanya, ia juga tak bisa menghapus rasa cintanya.
"KIRANA! KEMARI KAMU!" Yurika berteriak, berjalan cepat menarik tubuh Kirana agar menjauh dari Derran yang tengah pingsan.
"Lepass!! Lepaskan Kiranaa!" Kirana memberontak.
"Lepaskan dia, Yurika!" Kamila tidak tahan melihat anaknya diperlakukan seperti itu.
"Siapa kamu? Kirana anak saya! Jadi terserah saya!" Yurika tetap menahan tubuh Kirana, rasanya Pras dan Kamila ingin sekali mencekik Yurika serta Rendy.
"Jika kalian tidak berkepentingan silahkan pergi! Ini urusan keluarga saya!" usir Rendy.
"LEPAS! LEPASIN KIRAN! Saya bukan anak kaliaan! Saya juga bukan keluarga kalian!!" teriak Kirana menggila, ia menangis dalam cengkeraman Yurika dan Rendy.
Rendy dan Yurika hampir saja menampar Kirana jika Pras tidak memberi pukulan kencang pada wajah Rendy, "jadi seperti ini kamu memperlakukan anak saya? Obesesimu tentang kesempurnaan memang tak ada habisnya sejak dulu!"
Kamila dengan cepat menarik tubuh Kirana agar mejauh, Ellena menghampiri Kirana sambil memeluknya. Keadaan rumah benar-benar chaos.
Malvin masih bingung, sekarang ia harus apa? Meninggalkan rumah sendiri? Sedangkan Derran dalam keadaan mengenaskan seperti ini.
"Der, g-gue beneran gak sanggup kalo misal lo beneran mati! Lo bangun gaakk!" Malvin ingin berteriak, tapi tak bisa.
"Kamu jangan asal mengatakan jika Kirana anak kamu! Memang apa buktinya? Kamu bisa saja saya laporkan ke pihak berwajib!" ancam Rendy. Tetapi Pras malah tertawa remeh.
"Kamu pikir saya takut? Bukankah kamu yang sudah menukar anak saya? Kamu juga telah melakukan tindakan eksploitasi terharap anak di bawah umur! Kamu juga sering melakukan tindak kekerasan pada Kirana!" balas Pras tak kalah berani.
"Saya punya banyak bukti, berikan Kirana pada kami, maka semua masalah akan berjalan baik-baik saja. Jika kalian masih tetap keras kepala, saya tidak akan segan membawa kasus ini ke jalur hukum. Oh benar ... Anak laki-laki di sana ..." jeda Pras sambil menunjuk Derran.
"Saya bisa membawa anak itu sebagai bukti kekerasan kamu, lihat ... Dia hampir sekarat!"
Yurika menarik lengan Rendy, menggeleng pelan. Mereka juga berjalan mundur.
"Bawa anak itu ke rumah sakit, ia bisa saja mati!" titah Pras, Malvin dengan kekuatan seadanya memapah tubuh Derran. Ah sungguh merepotkan! Kenapa ada masalah di saat yang bersamaan? Kepala Malvin rasanya hampir pecah saat mengetahui sebuah fakta yang tak terduga sebelumnya. Akhirnya cowok itu membawa Derran pergi ke rumah sakit, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Kirana berlari ke arahnya.
"G-gue boleh ikut?"
Malvin menatap Kirana, ia juga menatap Pras. Pria itu mengangguk, akhirnya Kirana memilih ikut bersama Malvin membawa Derran ke rumah sakit.
Suasana rumah kembali mencekam setelah kepergian Kirana, Ellena sendiri di sini sebagai saksi tindak kekerasan yang Rendy dan Yurika lakukan pada Kirana.
"Bagaimana? Kita selesaikan dengan kepala dingin, atau memilih membawa ke meja hijau, Rendy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry | Completed [✓]
Fiksi Penggemar[헨드리 - NCT Hendery] Follow Dulu Sebelum Baca! *** Hidup di keluarga yang menjadikan kesempurnaan adalah patokan, membuat Kirana menjadi gadis yang kehilangan jati dirinya. Banyak orang iri padanya karena dia cantik dan pintar, tapi sebaliknya, Kiran...