Part 42 - Tentang Kejujuran

515 75 44
                                    

Kirana pingsan Pasca melahirkan, Derran tentu saja panik. Dokter sudah membersihkan tubuh putranya, terasa mustahil ketika ia baru menginjak usia sembilan belas tahun, tapi sudah menjadi seorang Ayah. Tapi, bukankah ini adalah balasan dari perilakunya? Derran menatap putranya yang tertidur pulas, wajahnya masih memerah.

"Kamu kalau capek istirahat dulu, biar Mama yang jaga." Kamila menepuk pundak Derran, cowok itu menggeleng pelan. "Enggak kok, Ma. Derran gak capek."

Dapat Kamila lihat sorot mata penuh ketulusan dari perkataan Derran, Kamila pikir awal pertemuan Kirana dan Derran memang tak baik. Tapi sepertinya, Tuhan memang sudah mentakdirkan sebuah benang merah di antara mereka.

"Kamu sudah punya nama?" tanya Kamila.

"Belum."

"Sebenarnya Derran punya, tapi, Derran pikir Kirana saja yang memberinya." Mendengar jawaban Derran, Kamila tersenyum tipis. Rossa tadi baru datang dengan Leon, sedangkan Arjuna dan Jovan belum datang.

"Cie udah jadi Bapak," goda Leon.

Derran hanya tertawa kecil, memang benar bahwa ia sekarang sudah menjadi Ayah. Padahal teman-temannya masih asik pacaran dan menikmati masa muda.

"Gas, Bunda tadi bawa makanan dari rumah. Jangan lupa dimakan, sama teman-temanmu juga. Biar anakmu Bunda yang gendong." Rossa baru keluar sebentar tadi, entah pergi ke mana. Dan sekarang wanita itu sudah kembali.

"Oh iya, buat Bu Kamila. Tadi saya bawa juga, soalnya udah masak banyak." Rossa menyerahkan sekotak makanan, Kamila jadi merasa tak enak.

"Bu Kamila mending istirahat saja dulu, sudah semalaman juga, jaganya."

Ada benarnya juga kata-kata Rossa, Kamila mengagguk, berterima kasih pada Rossa lantas pamit pulang sebentar untuk istirahat. Wanita itu juga kembali bersama Pras. Kantung mata Derran terlihat jelas, tanda cowok itu kelelahan.

"Kamu tidur aja, sana! Di sini juga ada temenmu yang temenin Bunda." Rossa menepuk-nepuk pelan bayi Kirana agar kembali tertidur, karena tadi sempat terbangun.

"Bener, Der. Lo tidur aja, lo udah beberapa hari kurang istirahat," setuju Malvin. Leon hanya mengangguk sambil mengacungkan jari jempolnya.

"Gue tidur bentar, ya. Nanti kalo ada apa-apa, bangunin."

"Iya-iya," jawab mereka kompak.

***

Merasa cukup membaik karena sudah hampir satu jam tertidur, Derran terbangun dan segera mencari Rossa. Ah, sepertinya sedang di kamar mandi. Ia tak melihat teman-temannya, pergi ke mana?

Derran menghampiri bayinya di ranjang bayi, dielusnya pelan. Lantas, beralih menatap Kirana yang tak kunjung sadar. Beberapa saat kemudian, Rossa keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu sedang membasuh wajah ternyata.

"Bunda pulang aja gak apa-apa, kok. Biar di sini Agas yang jaga, nanti juga Mama sama Papa bakal balik."

"Kamu ngusir Bunda?"

"Bukan gitu, cuma Agas tahu pasti Bunda kelelahan. Habis dari toko pasti langsung ke sini, kan?" tebak Derran, dan sepertinya tebakannya benar.

Dengan seribu satu alasan, akhirnya Rossa setuju kembali pulang. Rossa diantar Malvin, yang ternyata cowok itu dari luar sehabis cari angin. Sekarang hanya ada Leon dan Derran di ruangan.

"Lo hebat," kata Leon.

Derran yang sedang memangku bayinya itu menoleh. "Maksud lo?"

"Gue salut aja, di saat banyak cowok yang gak mau tanggung jawab sama perbuatan bejat mereka. Lo beda, lo berani tanggung jawab meski nyawa taruhannya. Janji lo buat gak jadi kayak Jordi udah lo tepatin, Der."

I'm Sorry | Completed [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang