Prolog

395 246 84
                                    

Tinn tinnn

Suara klakson motor itu terdengar nyaring ditelinga siapa saja yang ada disekitarnya.

"Woyy!! Lo kalo jalan liat-liat! Nyari mati lo?!!" Kata sang pengemudi itu dengan penuh emosi.

Sementara cewek yang dibentak hanya berbalik dan menatapnya datar, dengan kedua tangan yang dilipat didepan dadanya.

"Gue jalan udah minggir! Lo nya aja yang nggak ati-ati bawa motor. Main ngebut aja. Lo tau kan ini area parkir sekolah, bukan tempat balapan?" Balas sang cewek dengan nada yang pelan, namun terdengar tegas.

"Ini wilayah gue! Sekolah juga punya keluarga gue. Ya terserah gue lah mau ngapain juga!" Cowok yang mengendarai motor sport hitam kesayangannya itu masih membalas dengan nada emosinya.

"Gue nggak peduli." Setelah mengatakan itu, cewek ketus itu berlalu pergi meninggalkan si pengendara motor yang masih emosi akan tingkah lakunya.

"Wahh gila nih cewek! Songong banget lo! Pagi-pagi dah bikin gue esmosi aja." Sungutnya, lalu melajukan motornya ke pojok tempat parkir yang dekat dengan pepohonan. Yang mana tempat itu sudah ia klaim sebagai tempat kewilayahannya.

###

Cowok dengan nametag Renggasa Alvano Didjaya dan setelan seragam yang tidak pernah rapi, lengkap dengan jaket jeans hitamnya itu melangkahkan kakinya menuju kelas 11 IPS 3.

Sekilas tentang seorang Renggasa Alvano Didjaya. Dia bukan ketua dari geng motor seperti di kisah-kisah romance yang lain. Dia adalah siswa berprestasi yang penampilannya berbanding terbalik dengan prestasinya.

Dia ya dia. Siswa berprestasi yang tidak mau diatur oleh siapapun, oleh guru-gurunya maupun oleh kedua orang tuanya. Tapi percayalah kalau dia sangat menyayangi kedua orang tuanya.

Dia juga dicap sebagai siswa nakal dan berandalan sekolah yang rajin bolos juga suka molor dikelas. Tapi tidak ada yang berani menegurnya sekalipun itu guru. Karena dia adalah putra sang pemilik sekolah yang disegani banyak orang, plus anak kebanggaan keluarganya. So, siapa yang berani menentangnya, siap-siap didepak dari sekolah itu.

Saat baru sampai didepan kelasnya, iapun disambut oleh sahabat-sahabatnya.

"Pagii pak bos! Kucel amat tuh muka, masih pagi lho ini." Kata Kenan selaku sahabat Gasa yang paling nggak ada akhlak.

"Lo kenapa?" Tanya El. Cowok yang terkenal dingin dan cuek-bebek di sekolah itu.

"Ada cewek yang bikin gue emosi pagi ini." Jawab Gasa.

"Widihhh masalah cewek nih? Kasi tau kali ciri-cirinya, siapa tau jodoh sama gue." Timpal Gavin, si paling playboy diantara sahabat-sahabatnya.

"Lo kayaknya harus gue ruqiyah dulu deh, Vin. Otak lo dah sengklek mikirin cewek mulu. Apakabar sama cewek-cewek lo yang bertebaran dimana-mana?!!" Sewot Dino yang kelakuannya sebelas dua belas sama Kenan.

"Yee terserah gue. Cewek, cewek gue. Hidup, hidup gue. Ya terserah gue lah." Balas Gavin.

"Mau lo apain?" Tanya El pada Gasa, yang hanya bisa didengar oleh Gasa saja.

"Gue gak tau. Liat aja nanti." Dengan senyum tipisnya yang nyaris tidak kelihatan.


Just HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang