Part 5

202 215 64
                                    

Happy reading prennn😘

###

"Kalian percaya takdir? Gue percaya. Tapi gue nggak mau mendefinisikan apa yang terjadi sama gue itu sebagai takdir. Karena terkadang apa yang gue sebut takdir, ternyata cuma kebahagiaan yang singgah sementara."

-Renggasa Alvano Didjaya-

###

Hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan bagi para siswa sekolahan. Karena mereka harus melaksanakan upacara dan rela membakar kulit mereka ditengah teriknya matahari pagi yang membasuh permukaan bumi.

Belum lagi mendapat hukuman bagi mereka yang tidak mengenakan atribut sekolahnya dengan lengkap.

Tapi beruntungnya hari Senin kali ini karena daerah ibu kota sedang diguyur hujan deras sejak dini hari. Jadi, kemungkinan upacara akan dibatalkan. Dan para siswa tidak perlu mengeluh panas dan lelah karena hal itu.

Tapi sayangnya, jalanan bertambah macet dengan adanya guyuran hujan ini. Entah kenapa bisa begitu.

"Aduh neng, jalanannya macet. Neng mau jalan aja atuh dari sini?" Kata mang omrong, supir Dayara.

"Iya mang, kayaknya Yara turun disini aja deh, sebelum telat. Sekolahnya juga bentar lagi nyampe. Mumpung hujannya reda juga. Dayara lari dulu deh mang."

"Iya neng, hati-hati."

Dayara langsung berlari sekuat tenaga, takut-takut jika hujannya kembali deras.

Dan tanpa Dayara sadari ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh sambil membawa payung berwarna abu, lengkap dengan setelan seragam sekolahnya.

Orang itu berlari dan berhenti tepat beberapa meter di belakang Dayara. Dia menetralkan nafasnya yang memburu, dan berusaha tenang seolah tidak habis berlari.

Setelah dia merasa lebih tenang, orang itu menyamakan langkahnya dengan Dayara. Dia mengarahkan payung yang ia bawa untuk menutupi kepala Dayara.

Sontak Dayara terkejut dibuatnya. Pasalnya orang itu datang tiba-tiba tanpa mengatakan apa-apa.

"Gasa!" Kejut Dayara.

Gasa hanya menoleh sekilas dan melanjutkan langkahnya. Saat merasa Dayara tidak mengikuti langkahnya, Gasa berbalik menatap Dayara lekat.

"Mau sampe kapan lo disitu? Lo mau demam?" Suaranya terdengar pelan, namun mengintimidasi.

Dayara dibuat bingung dengan sikap Gasa. Nape nih bocah? Kesamber petir kali ya? Batin Dayara.

Melihat Dayara yang masih cengo, Gasa menghampirinya dan menarik pergelangan tangannya. Kemudian Gasa memindahkan payung abu-abu yang ia genggam, ke genggaman Dayara.

"Pake. Balikin kalo udah nggak lo pake." Setelah mengucapkan itu, Gasa berlalu pergi sambil memasang kupluk dari hoodie coklat yang ia kenakan.

Sementara Dayara masih bergeming dan berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

Dia nggak lagi kesurupan kan? Pikir gadis itu.

Just HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang