Part 34

31 26 7
                                    

💜Happy reading💜

###

"Ra?" Aley terkejut melihat Dayara.

"Apa sih, nggak usah sok kaget gitu deh." Dayara tertawa tanpa mempedulikan Aley yang tengah mengkhawatirkan dirinya.

"Ra, lo serius mau masuk hari ini? Lo udah sembuh? Total nih? Kalo masih ada yang sakit mending jangan dulu, Ra. Kalo nanti si Auliya berulah lagi gimana?"

"Sstttt pelan-pelan, gue baik baik aja, kok, Ley."

Aley menatap Dayara khawatir. Ia takut kehadian seperti di toilet rooftop itu terjadi lagi.

"Pokoknya lo nggak boleh jauh-jauh dari gue! Nggak ada penolakan." Final Aley.

"Iya iyaa, si paling khawatir nih ya." Dayara merangkul Aley dan tertawa seolah kejadian ditoilet itu tidak pernah terjadi.

"Ra, gue serius."

"Iya Aleeeyy."

"Kalo si Auliya Auliya itu gangguin lo lagi langsung panggil nama gue tiga kali. Gue pasti dateng!"

Dayara tersentak kaget mendengar penuturan Aley. Ia merasa dejavu dengan kalimat yang baru saja Aley ucapkan.

Sungguh, ia rindu sosok lelaki yang pernah mengucapkan kalimat itu. Tapi ia sadar bahwa dirinya tidak berhak berada disisi cowok jangkung itu.

"Pokoknya kalo lo mau ke toilet pun harus sama gue!"

Dayara tersadar ketika Aley berteriak. Ia tertawa. Sungguh, Dayara sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Aley. Karena disaat seperti inilah ia benar-benar membutuhkan seseorang seperti Aley.

Tak lama guru pun masuk ke dalam kelas mereka.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini..."

###

Bel pulang sekolah berdenting, membuat hati para siswa dan siswi SMA Gelora senang. Karena setelah ini mereka bisa beristirahat atau mungkin jalan-jalan dengan teman bahkan kekasihnya.

"Ra, gue pulang duluan ya. Hari ini ada acara keluarga jadi gue dijemput." Ucap Aley merasa bersalah.

"Nggak papa, lagian gue juga udah gede kali, Ley. Udah lo tenang aja, gue bisa pulang sendiri." Balas Dayara.

"Nggak, nggak bisa. Lo harus pulang sama El." Sanggah Aley, tak mau Dayara pulang sendirian.

"Nggak usah. Lagian dia juga sibuk kali, punya urusan sendiri."

"Nggak bisa, pokoknya lo harus pulang sama El. Gue nggak tenang kalo lo sendirian, Ra."

Aley mengambil ponselnya, hendak melakukan sambungan telepon pada El.

"Nggak usah, Aley. Gue bisa sendiri. Kemarin gue nggak bisa ngelawan karena sakit. Sekarang gue baik baik aja kok. Percaya sama gue, ya?" Tahan Dayara.

Aley menghela nafas. Ya, ia melupakan satu hal. Selain keras kepala, Dayara itu jago berkelahi. Bahkan karena sifatnya yang cuek dan selalu berwajah datar itu sahabatnya ini disegani oleh siswa-siswi seantero Gelora.

Namun ya tetap saja, karena rumor kedekatannya dengan Gasa itu membuatnya jadi bahan gunjingan siswa siswi SMA Gelora.

Ya, fans Gasa dan teman-temannya itu banyak. Jadi wajar jika siapa saja yang dekat dengan mereka akan menjadi bahan gosip seantero Gelora.

Tapi Dayara tidak suka itu. Hal itu membuatnya risih dan merasa terganggu. Dan itu yang membuat Aley khawatir.

"Yaudah deh, terserah lo aja. Hati-hati ya, Ra. Gue duluan." Akhirnya Aley mengalah, sahabatnya ini sangat keras kepala.

Dayara mengangguk, "Hati-hati."

Aley pun pergi lebih dulu, meninggalkan Dayara yang tengah menunggu ojek onlinenya.

Setelah beberapa menit kepergian Aley, tiba-tiba mulut dan hidung Dayara dibekap dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.

Kesadaran Dayara lenyap seketika. Semuanya gelap, entah akan ada dimana ia ketika sadar nanti.

###

Srak.

Pluk.

Gantungan kunci berbentuk bintang yang selama ini Gasa simpan, terjatuh dari tasnya karena tidak sengaja tersenggol oleh tangan cowok jangkung itu sendiri.

Gasa mengambilnya, kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Ia menilik gantungan kunci itu sambil menerawang masa lalunya.

10 tahun yang lalu..

Gadis kecil yang biasa dipanggil Gaga itu menarik tangan Gasa tiba-tiba.

Gasa yang tadinya sedang asyik membangun istana dengan balok, kini mengalihkan atensinya pada Gaga.

Gadis itu menaruh sebuah gantungan kunci berbentuk bintang ditangan Gasa.

"Kalo suatu hari aku nggak bisa bareng Kak Al, jangan lupain aku ya. Ini kenang-kenangan dari aku, nggak boleh hilang! Kalo hilang aku bakal pukul Kak Al sampe Kak Al kesakitan!" Ucap gadis kecil itu dengan tampang sok galaknya.

Gasa tersenyum, ia bertekad dalam hatinya, tak akan pernah menghilangkan barang berharga itu.

"Dan kalo nanti aku pergi jauh, tolong jaga Rara buat aku ya, Kak. Jaga adik aku kayak Kakak selalu jagain aku. Ya?" Gadis itu memohon, seolah ia tahu bahwa dirinya akan pergi jauh sebentar lagi.

Gasa terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Gasa kecil tidak pernah berpikir jika perkataan gadis kecil itu adalah pertanda kepergiannya.

"Sayangi Rara, kayak Kakak sayang sama aku juga ya. Rara itu sayang banget lho sama Kakak, tapi Kakaknya cuek terus. Rara jadi sedih. Nanti sering-sering ajak main bareng ya! Sama El juga biar seru. Kan lebih banyak temen lebih seru!" Tutur gadis cilik yang ceria itu.

Gasa hanya mengangguk, tersenyum mengiyakan ucapan gadis itu.

Gasa menghela nafas panjang. Kali ini matanya menatap langit-langit kamarnya sambil menggenggam erat gantungan kunci itu.

Padahal gadis itu sendiri yang bilang jika memiliki lebih banyak teman akan lebih seru, tapi justru dia sendiri yang pergi meninggalkannya.

"Gue cukup punya satu temen, kok. Asal lo orangnya." Tutur Gasa ditengah lamunannya.

Kemudian Gasa terperanjat. Ingatannya berputar mengingat kejadian di sekolah tadi. Dia sepertinya melihat seseorang yang kerap Dayara panggil sebagai Dio berkeliaran di sekolahnya beberapa hari ini.

Dan Gasa melihat gerak-geriknya yang tidak biasa. Bahkan cowok itu mengenakan pakaian serba hitam dan selalu mengenakan masker juga topi.

Awalnya Gasa tidak peduli. Setelah dipikir-pikir lagi, perasaannya jadi tidak enak. Apa Dio akan melakukan sesuatu pada Dayara?

Buru-buru ia mengambil ponselnya diatas nakas, mencoba menghubungi seseorang.

"Tar, ini gue. Kakak lo udah dirumah?"

"Belum, Bang. Gue juga nggak tau dia kemana. Ini gue juga mau nyari, soalnya mama udah khawatir banget dari tadi."

Gasa menutup sambungan teleponnya. Dengan tergesa, cowok itu memakai jaketnya dan mengambil kunci motor yang tergeletak di meja belajarnya.

Ia sempat melirik jam dindingnya, sudah jam 20.00 dan gadis itu belum juga ada dirumah? Ini tidak benar.

Gasa melihat sejenak gantungan kunci bintang pemberian Gaga digenggaman tangannya. Kemudian menyimpannya disaku jaket, seolah itu adalah jimat keberuntungannya malam ini.

Lo nggak boleh kenapa-napa.

###

Thanks for reading<3

See u

Just HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang