Happy reading!!💕
###
"Hei Ra!" Teriak seorang cewek dengan nametag Aleysha Putri Martaarthara itu kepada sahabatnya.
Sementara cewek yang terkenal ketus dan susah didekati dengan nametag Dayara Purnama Lingga itu hanya berbalik dan melambaikan tangannya, lengkap dengan senyum tipisnya yang manis kearah sahabatnya.
"Tumben pagi udah dateng? Biasanya lo dateng mepet jam masuk." Kekeh Dayara.
"Ini tuh momen langka Ra. Jarang-jarang kan gue dateng sepagi ini! Patut diabadikan sih ini mah!!" Timpal Aley dengan hebohnya.
"Nape lo? Dimarahin bunda lo?" Tanya Dayara lagi, masih dengan kekehan manisnya.
Sekilas info, senyum Dayara hanya ia tunjukan didepan orang-orang terdekatnya yang ia anggap sebagai orang yang penting dalam hidupnya. Selain dari orang-orang itu, dia hanya menunjukan sisi ketusnya. Makadari itu, walaupun parasnya cantik dia tidak punya lelaki yang bisa ia buat sebagai sandaran. Karena banyak laki-laki yang menembaknya dengan ending yang sudah diduga. Pasti ditolak!
"Iya nih! Bunda bangunin gue sambil narik-narik selimut gue coba, sambil bilang 'ini tih idih jim tijih! Idih kisiingin! Cipit mindi!'" Jelas Aley dengan mengejek cara bundanya membangunkan dirinya.
Dayara tertawa pelan mendengarnya. Sahabatnya ini memang ada-ada saja. Kontras sekali dengan sikapnya yang ketus. Aley justru lebih dominan heboh dan supel ke semua orang. Ada-ada saja yang ia bahas setiap harinya.
"Padahal kan itu masih jam 5!! Bayangin, jam 5 woyy!! Makanya pen molor aja gue di kelas." Gerutu Aley.
"Serah lo deh."
Dan tak lama mereka pun sudah sampai didepan kelas mereka. 11 IPA 1.
###
Ding dong...
"Oke anak-anak, sekian untuk kelas saya hari ini. Dayara, tolong bawakan buku-buku ini ke ruangan saya ya." Tutup bu Irma, selaku guru Matematika yang killer tapi asik diajak bercanda diluar jam pelajaran.
"Siap bu!" Jawab Dayara. Yaa walaupun sebenarnya dia sangat malas untuk melaksanakannya, tapi apa boleh buat. Tidak mungkin kan dia melawan perintah gurunya?
"Hadehhh mana berat banget nih buku! Kagak ada pangeran berkuda putih kek gituu, yang mau bantuin gue." Sungut Dayara di tengah perjalanannya menuju ruang guru.
(Ya gimana lo mau dapet pangeran berkuda putih jubaedah, kalo lo nya aja kayak mak lampir😑)
Happ.
Tiba-tiba ada yang menangkup tumpukan buku-buku itu dan membawanya kepelukannya. Tanpa ada sepatah kata pun.
"Eh. Lo mau bawa kemana bukunya anjir!" Dayara panik akan tingkah cowok yang baru saja mengejutkannya.
"Gue bantu." Kata cowok itu.
"Gak usah El! Gue gak mau ada yang salah paham tentang kita." Ya orang itu adalah El, yang tak lain adalah sahabat dari Gasa.
"Gue cuma bantu, gak usah salah paham." El pun berlalu pergi dengan tumpukan buku ditangannya.
Sementara Dayara hanya diam ditempat sambil menatap kepergian cowok yang terkenal dingin itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
###
"Wahh enak nih bakwannya. Gue makan ye mang, urusan bayar mah seperti biasa aja. Kalemmm, ada si boss. Ya nggak bos?" Itulah Kenan, sangat tidak ada akhlak.
Sementara yang disebut dengan sebutan 'bos' itu hanya melirik sebentar dan kembali fokus pada ponselnya.
"Eh, gue liat tadi lo bantuin cewek, El? Siapa? Cerita kali sama kita-kita, gak usah beksprit-bekspritan." Pancing gavin dengan nada menyebalkannya.
"Backstreet njing!" Timpal Dino dengan penuh kasih sayang.
"Ya itu maksud gue." Dengan wajah menyebalkannya yang khas, tapi sialnya sangat tampan hingga membuat cewek manapun bertekuk lutut dihadapannya dengan gombalan-gombalan maut ala Gavin.
"Siapa El? Cerita kali, diem-diem bae." Kenan ikut mengompori karena yg di tuding sejak tadi hanya diam membisu sambil terus bermain game di ponsel kesayangannya.
"Bukan urusan lo!" Terdengar pelan, namun tegas.
"Yahhh gak seru lo El! Masa kabar gembira gini lo kagak cerita ke kita-kita. Sakit hati adek bang." Itu suara Dino yang penuh dengan penghayatan alay nya.
"Jijik anjir!!" Sungut Gavin.
"Jan terlalu benci bro, tar suka beneran lo sama Dino, mampus lo." Kekeh Kenan, yang masih setia dengan bakwannya. Entah sudah bakwan ke berapa yang ia lahap sekarang.
"Najis!"
"Apa kurangnya aku mas?" Lirih Dino dengan penghayatannya yang seolah sedang memerankan seorang istri yang tersakiti seperti di sinetron indosiar.
"Bukan temen gue lo pada!" Tunjuk Gavin kepada kedua curut yang selalu mengganggunya dengan penuh emosi.
"El, lo beneran bantuin cewek? Secara kan lo selama ini kek anti banget sama cewek. Gue kira lo gay anjir." Kenan masih penasaran dengan penuturan Gavin tadi.
"Hm." Singkat, padat dan jelas!
"Lo suka sama tuh cewek?" Kenan masih berusaha memancing.
"Gak."
"Gue gak yakin kalo lo gak suka sama dia." Kali ini Dino yang bicara.
"Mulut bisa boong, hati kagak." Timbrung Gasa, setelah sekian abad hanya diam dan memperhatikan.
###
Sekian, terimanasib🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Her
Teen FictionIni hanya tentang kita yang mengikuti alur takdir, dan belajar ikhlas untuk setiap rencana-Nya yang terbaik. -Just Her- -Faizah Abbiah <3 ⚠️⚠️PERHATIAN!!⚠️⚠️ ⚠️KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA⚠️ ⚠️🚫SAY NO TO PLAGIAT!!🚫⚠️ Selamat membaca, semog...