Part 22

129 132 43
                                    

Heloooooooooo epribadehhh
Kangen gak kangen gak?

Ya nggaklah, masa kangen wkwk

Canda gengs😘

Yok otewew ajaa

Capsusssss

###

"Ataaaaaaangggggggggg!!! Gue cabut yakk mau maen bentar! Dah Atang!! Gue pergi duluuu!!" Teriak Tara dengan suara menggelegar memenuhi seluruh penjuru rumah, kecuali kamar mamanya yang kedap suara.

"Pagi-pagi bukannya pamit ke emak lo, malah ke si atang sialan." Gerutu Aley yang masih menginap dirumah Dayara sejak kemarin.

"Yee suka suka guelah. Orang mama lagi gak enak badan juga, daripada gue ganggu mending pamit ke si atang. Tar si atang yang nyampein ke mama." Jelas Tara sambil bersiap mengenakan hoodie warna pastelnya.

Hari ini memang hari Minggu, akhir pekan yang paling ditunggu-tunggu.

Aley juga belum berniat untuk pulang, karena pada dasarnya dia memang lebih betah berada dirumah Dayara daripada dirumahnya sendiri. Mungkin nanti ia akan pulang sebentar mengambil seragamnya, dan kembali menginap dirumah Dayara.

"Kakak gue mana?" Tanya Tara saat menyadari bahwa yang sedang menonton televisi hanya Aley.

"Masih molor."

Tara mengangguk paham, "Gue cabut yak. Bilangin kakak gue, gue main ke tempat biasa."

Aley hanya mengacungkan jempolnya sambil terus fokus menonton tv dan mengunyah camilan.

Tara melenggang pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Disisi lain..

Sebenarnya Dayara tidak kembali tidur menjelajah mimpi. Dia masih terjaga, hanya saja matanya tertutup.

Perlahan, gadis bernetra coklat yang terkenal sinis dan susah didekati disekolah itu menghembuskan nafasnya. Seolah lelah akan beban hidup yang semakin lama semakin bertambah.

Pikirannya bercabang kemana mana, sampai pada 'akan seperti apa dirinya dimasa depan?'.

Lagi-lagi ia menghembuskan nafas kasar.

Kali ini topik pikirannya berpindah lagi ke yang lain, tentang Gasa. Bagaimana caranya dia memberitahu Gasa bahwa sebenarnya dia hanya memenuhi janji itu. Bahwa dirinya bukan seseorang yang Gasa maksud, melainkan kembaran dari gadis pujaan hatinya.

Tapi dilain sisi Dayara juga takut saat mengakui itu Gasa malah pergi meninggalkannya, tanpa mau mendengarkan penjelasan lengkapnya. Dayara tidak mau itu. Demi apapun, lebih baik ia menyimpan rahasia ini sendiri daripada membiarkan Gasa kembali menjauh dari jangkauannya.

Egois memang. Tapi bohong jika Dayara tidak menginginkan Gasa.

Gue harus apa? Pertanyaan itu terus muncul dalam benaknya, seolah hanya kata itu yang dapat diputar dalam memori otak Dayara.

Drrt.

Getaran ponselnya membuyarkan lamunan gadis yang masih bermuka bantal itu.

Gas

"Ra."

Dayara hanya diam sambil menatap layar ponselnya yang menunjukkan roomchat dirinya bersama Gasa, tanpa niat untuk membalas.

Gas

"Haloo."

"Tok tok tok"

Just HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang