Part 18

169 193 33
                                    

Selamat membaca readers tercintahhhh😘

###

"Tapi, begitulah jalan takdir bukan? Sesempurna apapun kita merencanakan jika Sang Penentu telah berkehendak, kita hanya mampu pasrah dan menjalaninya dengan ikhlas."

-Just Her-

###

"Eh buset! Lo mau bawa tuh cemilan kemane? Mau jualan lu bos?" Kenan menatap tidak percaya pada dua keresek super jumbo yang terisi penuh berada dikedua tangan Gasa.

"Sedekah." Ucap Gasa acuh tak acuh.

Gasa menaruh kedua tentengannya itu diatas meja markasnya. Tepat ditengah perkumpulan para sahabatnya itu.

Semua masih menatap aneh pada seorang cowok keturunan Didjaya itu. Pasalnya, cowok itu tidak akan pernah berbaik hati membelikan mereka begitu banyak makanan tanpa melewati drama KenDi (Kenan & Dino).

"Lo nggak kesambet?" Kali ini Gavin yang bertanya.

Sementara Dino masih fokus menatap cemilan itu satu persatu. Seolah memikirkan cemilan mana yang akan ia santap terlebih dahulu.

"Makan, atau gue tarik."

"Eitsss santuyy boss, sesuatu yang sudah diberikan tidak boleh diambil kembali." Ujar Kenan sok bijak sambil cengar cengir tidak jelas.

Ting!

Satu notifikasi masuk terdengar dari balik saku hoodie warna cream milik Gasa.

Elbhara

?

Hanya tanda baca itu yang El kirim pada Gasa. Sontak Gasa melirik sekilas pada sahabat kecilnya itu, yang kini tengah duduk anteng dimeja belajarnya seperti biasa. Seolah tak terganggu dengan suara bising para sahabatnya. Tetap dengan gestur yang tenang.

Elbhara

"?"

"Gpp."

"??"

"Dia udah inget."

Satu kalimat itu mampu membuat El tidak tenang seketika. Tak ada lagi kelanjutan dari roomchat tersebut, yang membuat Gasa kembali memasukkan ponselnya pada saku hoodie tanpa merasa janggal sedikitpun.

"Gue cabut."

Semua mata tertuju pada El tanpa terkecuali.

"Kemana?" Gasa bertanya santai, tanpa mengintimidasi.

"Ada urusan bentar."

###

El menghentikan motornya sejenak ditepi jembatan. Menghirup udara dengan rakusnya, seolah pasokan oksigen sedang sangat terbatas.

Setelah melepas helmnya, ia melangkah menuju tepi jembatan. Meremas erat besi pembatas dihadapannya.

"Arrrrggggghhhhhhh!!" Raungan demi raungan semakin terdengar nyaring ditengah ramainya jalan raya yang ramai lancar.

El terus menendang bahkan meninju besi-besi pembatas itu tanpa ampun. Penampilannya sangat kacau dengan darah yang mulain mengalir deras dari tangannya.

Just HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang