💜Happy reading 💜
###
"Gimana? Udah jauh lebih baik?" Tanya wanita paruh baya yang parasnya masih terlihat awet muda.
"Udah kok, Bun. Bentar lagi Rena pasti bisa sembuh total!" Jawab gadis yang masih harus menjalani perawatan dirumah sakit itu dengan semangat.
"Jadi, kapan kamu mau ngasih tahu abang kamu, sayang? Udah hampir seminggu lho kamu belum kasih tahu abang." Ingat Indri, ibunda Rena dan Gasa.
"Iya, Bundaa. Nanti bakal Rena kasih tahu, kok. Tapi nggak sekarang, ya?" Bujuk Rena lagi.
Indri hanya bisa menghela nafas pasrah, pasalnya anaknya ini keras kepala. Sulit untuk dibujuk dengan cara apapun.
"Yaudah kalo gitu, jangan lama-lama ya. Bunda mau pulang dulu. Kalo ada apa-apa telpon Bunda, ya."
"Siap, Ibun." Jawab Rena dengan tangan yang seolah sedang hormat pada tiang bendera.
Setelah beberapa saat sang bunda keluar dari ruangannya, seketika senyuman Rena memudar.
Pasalnya, ia belum mau bertemu Gasa, kakak satu-satunya.
Bukan apa-apa, ia hanya takut. Takut untuk mengatakan semuanya.
Akibat dari kecelakaannya, dan seseorang yang sengaja melepas semua peralatan medis ditubuhnya saat ia bangun 2 tahun yang lalu. Rena ingat dengan pasti siapa orang tersebut. Hanya saja, Rena tidak bisa mengatakannya.
Karena Rena menyukainya.
###
"Pagi epribadehhh, pasti pada kangen sama gue ya!" Seru Kenan dengan lantangnya.
Sontak terikkan Kenan mengundang banyak perhatian. Semua mata yang ada dikelas 11 IPS 3 itu kini beralih menatap Kenan.
Dan semuanya serempak mengatakan, "Najis."
Tentu Kenan memasang wajah sok terkejutnya, dengan drama yang sudah siap ia mainkan.
"Kok kalian jahat banget sih sama akuu." Sorot mata Kenan seolah menunjukkan bahwa dirinya adalah orang paling tersakiti didunia.
Begitulah Kenan, sampai teman satu kelasnya sudah hafal dengan tabiat Kenan, Dino dan Gavin yang selalu meramaikan kelas mereka.
Lain halnya dengan kelas lain yang justru tergila-gila pada mereka dan menjadi fans fanatiknya, siswa kelas 11 IPS 3 malah terkesan muak dengan ulah mereka.
Tapi tentu saja, Gasa dan El yang lebih banyak diam tetap menjadi idola mereka.
"Nggak usah banyak acara deh, lo. Lama-lama gue gadein juga lo." Kesal Gavin sambil menepuk bahu Kenan sekuat tenaga.
"Kalian semua sama aja! Nggak ada yang peduli sama aku. Sakitnya tuh disini mas, disini!" Kenan menepuk dadanya kuat-kuat, dia sedang mendalami perannya.
"Kalo gitu, mending aku mati aja!" Kenan memasang wajah sedih seolah hendak menangis, dan badannya bergerak seolah ia hendak pergi namun ditahan oleh seseorang. Padahal tidak ada yang menahannya.
Semua yang ada dikelas itu hanya bisa menghela nafas lelah melihat drama Kenan.
"Jangan tahan aku, mas. Jangan!" Drama Kenan semakin menjadi.
Tiba-tiba Dino mendekat, kemudian mendorong Kenan dengan tenaga yang lumayan kuat.
"Kok lo dorong gue sih?!" Protes Kenan.
"Katanya jangan ditahan? Yaudah gue dorong. Pergi sana kalo mau pergi, nggak ada yang larang kok. Semoga bahagia ya." Ceplos Dino tulus.
Sungguh, Dino ini entah memang sepolos itu atau memang otaknya sekosong itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Her
Teen FictionIni hanya tentang kita yang mengikuti alur takdir, dan belajar ikhlas untuk setiap rencana-Nya yang terbaik. -Just Her- -Faizah Abbiah <3 ⚠️⚠️PERHATIAN!!⚠️⚠️ ⚠️KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA⚠️ ⚠️🚫SAY NO TO PLAGIAT!!🚫⚠️ Selamat membaca, semog...