Tiga tahun silam, hubungan kedua anak adam itu masih baik-baik saja. Sang Tuan yang manja dan Sang Puan yang penuh perhatian. Semuanya terasa sempurna, persahabatan mereka bukan hanya menimbulkan api cemburu diantara orang-orang terdekat namun juga menimbulkan banyak tatapan iri tentang bagaimana bahagianya menjadi seorang Arseus Sajune dan Oretha Eleanore.
Akan tetapi semua hal berubah, tatkala Sajune mulai menaruh rasa pada Sang Puan, rasa obsesi itu menghancurkan segalanya.
Lea bagai boneka hidup yang dipermainkan sesuka hatinya. Tatapan sayang yang dulu tersirat diraut wajah Sajune kini telah hilang diganti obsesi berkepanjangan.
Lea menyadari sesuatu, Sajune hanya menginginkan tubuhnya, Sajune hanya menjadikan ia sebagai pelampiasan semata. Sajune yang dulu telah hilang, dan Lea tak tahu kemana hilangnya siratan sayang seorang Sajune kepada dirinya.
Dan sore ini, diparkiran kampus mereka, perdebatan itu kembali terjadi seperti biasa.
"Bisa berhenti deket-deket sama Jiani gak?" Sajune menatap tak suka netra Lea dengan raut penuh kekesalan.
Lea memilih diam sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir pertengkaran diantara mereka. Karena dengan pembelaan apapun ia akan tetap salah dimata Sajune, meski kalimat yang ia ucapkan sepenuhnya berisi tentang fakta.
"Kenapa diam aja?"
Lea menggeleng sebagai jawaban, gadis itu lalu menghela nafas kasar dan memalingkan wajah kesamping kanan.
"Apa yang istimewa dari Jiani sih Le? cowok brengsek itu gak pantes deket-deket sama kamu!"
Spontan Lea mencebikan bibir kesal akan perkataan Sajune. "Brengsek kata lo?"
"Kenapa? kamu gak terima? Apa istimewanya sih cowok sok keren kayak dia?"
"Jiani memang gak istimewa, tapi setidaknya dia tahu bagaimana caranya ngehargain gue sebagai perempuan!"
"Maksud kamu apa?" Sorot mata Sajune berubah, Lea tak tahu bagaimana menjelaskan tentang Sajune. Kadangkala pemuda itu akan bersikap seperti bayi yang kekurangan kasih sayang, lalu sedetik kemudian ia juga akan berubah 360 derajat ketika Lea menyalurkan ketidaknyamanan akan sikap pemuda itu yang seenaknya.
"Berhenti ya June, gue juga butuh ruang yang bebas sebagai seorang remaja yang normal. Kalau lo lupa, Jiani sahabat gue! Sahabat lo juga!"
Sajune menggertakan gigi hendak meraih pergelangan tangan perempuan didepannya dan detik itu juga Lea segera beranjak dari sana.
"Lea!"
Teriakan Sajune begitu menggema, Lea semakin mempercepat langkah, mengabaikan tatapan dari orang-orang disana.
Beruntung, kala itu Lea melihat dua orang yang tak asing lagi dimatanya tengah berjalan kearah gerbang kampus. Ia lantas bergegas menghampiri Jiani dan Yasha lalu menyembunyikan diri dibalik punggung dua pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
FanfictionLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...