seven

322 36 14
                                    

Lea mengangkat wajah kala ia menyadari seseorang hadir tepat didepannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea mengangkat wajah kala ia menyadari seseorang hadir tepat didepannya. Siang itu, ia berjalan tenang menyusuri koridor kampus untuk pergi ke
perpustakaan milik universitas mereka.

Setelah mengangkat wajah, samar-sama
Lea melihat ada senyum tipis diwajah Sajune.

Pemuda itu lalu menyodorkan sebuah kantong kresek transparan berisi sekotak minuman segar dan sebungkus roti isi selai kacang.

"Dimakan nanti aja gapapa, aku gak sengaja lewat kantin dan lihat roti kacang kesukaan kamu." Ucap Sajune lembut.

"Makasih. Udah selesai kelasnya?" tanya Lea.

"Udah, aku pulang duluan ya. Ada urusan dulu sebentar."

Lea mengangguk pelan seraya memandangi Sajune yang mulai melangkah meninggalkannya.

Ada denyut sakit kala seorang gadis cantik muncul dan menunggu kehadiran Sajune diujung koridor. Lea tersenyum sembari memegang dada yang berdenyut perih.

"Sajune lebih brengsek sekarang daripada gue ya Le." Lea tersentak melihat eksitensi Jiani dibelakang. Gadis itu tidak menjawab, hanya melirik sekilas sebelum kembali memusatkan diri pada sosok Sajune dan Angeline disana.

"Samperin Yasha sana!" Jiani menepuk sebanyak tiga kali pundak Lea.

Mengernyit, Lea nampak bingung dengan perintah Jiani. "Ngapain?"

"Gue gak bisa ngehibur dulu lo hari ini."

Lea semakin dibuat bingung dengan jawaban lelaki itu. "Terus apa hubungannya sama Yasha?"

"Iyakan siapa tahu lo galau karena lihat Sajune sama Angeline lagi. Jadi sekarang gantian Yasha yang ngehibur lo."

"Ngarang lo!" Garang Lea berlagak tak mengerti dengan apa yang Jiani pikirkan.

Jiani merapatkan bibir sejenak. "Gue tahu lo suka kan sama Sajune?"

Lea melebarkan mata. Sadar bahwa ucapan Jiani cukup keras, ia lantas mendorong tubuh Jiani berniat membuat lelaki itu bungkam.

"Mulut lo dari dulu gak pernah berubah. Pantesan Gris selalu nolak kalau diajak jalan sama lo!"

Tak terima ketika nama Gris disebut, Jiani memberenggut kesal. "Kok jadi bawa-bawa Gris sih?"

"Gak boleh? orang Gris juga gak pernah protes."

"Lo tuh ya-" Jiani mengangkat tangan, telunjuknya terarah kewajah Lea tak terima dengan apa yang baru saja Lea katakan.

Lea semakin tertantang melihat bagaimana Jiani menunjuk wajahnya seperti barusan. "Apa-"

Belum sempat melanjutkan perkataannya, sudut mata Lea tak sengaja melihat sekilas kakak tingkat mereka dari fakultas sebelah. Lea membulatkan mata menyadari bahwasanya gadis itu adalah mantan kekasih Jiani satu tahun yang lalu.

How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang