Entah sudah berapa kali malam ini Sajune menelponnya tanpa jeda. Lea membiarkan handphonenya jatuh kekarpet tepat depan meja, sedang ia sibuk memilah dan memilih baju apa yang akan ia pakai untuk pergi bersama dengan ketiga temannya esok hari.
Tak peduli akan apa yang terjadi besok antara ia dan Sajune, memikirkannya saja sudah cukup membuat hati Lea lelah. Terserah Sajune maunya seperti apa, Lea benar-benar pusing menghadapi keegoisan pemuda itu.
Ia lantas mengangkat pandangan saat dirasa ada sosok yang hendak membuka pintu kamar apartementnya cukup kasar.
Kini, sosok itu kembali hadir dengan tatapan mata tajam penuh amarah. Lea mengerlingkan mata malas.
"Kenapa gak jawab telpon aku?" Sajune sudah ada dibalik pintu, perlahan mendekat dan membungkukan diri untuk menghunuskan tatapan setajam elang.
Lea membalas dengan tilikan .sinis. "Gak liat gue lagi apa?"
"Jangan bilang mau pergi lagi sama Jiani?"
"Tuh tau, kalau iya emang kenapa?" tanyanya sedikit angkuh.
"Sampai kapan sih kamu deket-deket sama dia terus? Aku udah bilang jangan Lea, kenapa kamu gak pernah ngerti?"
"Emangnya lo siapa larang-larang gue? Urusin aja pacar lo deh, lo harus inget dia lebih penting daripada gue!"
Sajune masih berdiri didepan Lea, enggan untuk mendudukkan diri ketika amarah masih menguasai. "Kenapa jadi bawa-bawa Angeline?"
"Karena Angeline pacar lo bodoh! dia yang harus jadi urusan lo bukan gue!"
Lea memejamkan mata dan menghembuskan nafas kasar. Lantas sedetik setelahnya ia mendorong tubuh Sajune kearah pintu. "Pergi ya June, Mama sebentar lagi mau kesini."
Sorot mata pemuda didepan Lea itu berubah dalam sekejap. Sajune yang semula dilingkupi amarah dan api cemburu kini sudah berganti menjadi sosok laki-laki manja bak anak kecil yang dilanda haus dan dahaga.
"Maaf Lea." Cicitnya pelan sembari memanyunkan bibir merasa bersalah.
Lea mencoba menahan diri dengan tingkah lelaki didepannya. Sajune selalu seperti ini, rasa gengsi yang tinggi itu selalu bisa Sajune patahkan dengan tingkahnya yang tak dapat Lea prediksi kapan datangnya.
"Aish jangan bertingkah kayak gitu deh! Sana pergi!" Usirnya kembali dengan kedua tangan yang kembali mendorong dada Sajune, mencoba bersikap seolah tak goyah.
Dan Sajune adalah manusia paling keras kepala didunia ini, pemuda itu tak jua menghiraukan usiran Lea.
Ia meneguhkan badannya, tak lupa memberikan perlawanan agar Lea tak semakin jauh membawanya mundur kedaun pintu.
"Aku gak mau Lea, mau tetap disini sama kamu."
Mendengar kembali nada manja milik Sajune, Lea dengan gemas mencubit pinggang Sajune kesal, tak tahan dengan tingkah lelaki didepannya. "Apasih gak usah sok imut kayak gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
FanficLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...