twenty seven

131 24 4
                                    

Lea tak berhenti menepuk-nepuk pahanya sendiri hampir lima belas menit lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea tak berhenti menepuk-nepuk pahanya sendiri hampir lima belas menit lamanya. Otaknya terus menerus dihadapkan oleh dua pilihan yang berbeda. Frustasi rasanya mengingat berkali-kali ia merasa ragu dengan dirinya sendiri.

"Balas enggak ya, balas enggak?" ia terus bergumam, sesekali meniti satu persatu jarinya sebagai alat pilih-memilih.

Pesan dua hari yang lalu dari Sajune, masih tak kunjung ia buka sampai sekarang, Lea hanya melihat pesan pemuda itu sekilas dan membiarkannya begitu saja dengan hati yang terus menerus dihantui oleh ragu.

"Sajune lo bikin gue bingung." Lea memekik frustasi. "Bodo bales aja."

Eleanore
baik, lo apa kabar?

Lea mengusap dadanya, mencoba menahan pekikan yang akan keluar dari mulutnya berulang kali. Setelah sekian lama tidak berkomunikasi dengan Sajune, hari ini Lea akhirnya punya sedikit keberanian untuk berkomunikasi, meski tak luput dari ketakutan akan masa itu.

Debar jantung Lea sudah tak berupa adanya. Ia sungguh gugup, takut tak ada balasan dari Sajune.

Hanya dalam waktu dua menit kurang, Lea sudah dapat balasan dari sang tuan. Hatinya kembali berdebar tak normal.

Arseus Sajune
baik juga
ada sesuatu yang pengen aku sampein sama kamu

Eleanore
apa?

Arseus Sajune
i miss you lea

Lea beberapa kali mengerjap salah tingkah, Sajune mengapa senang sekali membuat hatinya terasa diobrak-abrik tak tentu arah. Lea juga rindu Sajune, sangat.

Eleanore
boleh kita ketemu?
jika lo berkenan, temuin gue diseberang kedai waktu itu
hari ini, jam 7 malam

Masih menahan getar hangat dalam dada, Lea menutup segera handphonenya dan menelusupkan kepala pada tumpukan bantal. Ah rasanya ia sudah gila sekarang.

Dari sekian banyaknya laki-laki didunia ini, kenapa sampai sekarang masih Sajune pemenangnya? Lea sampai sering mengutuk dirinya sendiri.

Lalu pertanyaan lain datang, bagaimana caranya ia meminta izin Mama untuk pergi selarut itu? Lea mengacak kembali surainya frustasi. Beberapa saat setelah itu, nama seseorang terbesit dalam benaknya, Lea tersenyum bangga.

Ada Jiani yang bisa ia bujuk untuk melancarkan aksinya. Iya, Jiani bisa ia manfaatkan untuk keadaan seperti ini. Bermodalkan pengabulan permintaan untuk lelaki itu, Jiani sudah bisa ia gaet keberadaannya.

Lea lalu menatap langit-langit tenang masih banyak menaruh harap bahwa hari esok akan jauh lebih indah. Ia tenggelam dalam khayalannya, masih tentang Sajune yang selalu ia rindukan meski pikirannya selalu berusaha menenggelamkan perasaan mendebarkan itu dalam-dalam.

 Ia tenggelam dalam khayalannya, masih tentang Sajune yang selalu ia rindukan meski pikirannya selalu berusaha menenggelamkan perasaan mendebarkan itu dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang