Debaran kekhawatiran itu tak jua menghilang meski Lea saat ini sudah tiba dilokasi yang Hans kirim tiga puluh menit yang lalu.
Menggertakan gigi seraya menunggu harap baik muncul, Lea kembali membuka gawai, masih melekat dalam kepalanya kala Hans mengirimkan sebuah foto dengan objek utama seorang Sajune tengah bersandar dengan kondisi yang cukup mengenaskan.
Surainya tampil acak tak terurus, dan bibirnya mengerecut sebal sembari memandangi kedua telapak tangan yang Lea tak tahu apa isinya.
Padahal Lea sudah mengabari Hans ketika ia sudah menginjak tanah tersebut, namun sampai saat ini tak ada balasan dari Hans, seolah pemuda itu sengaja mematikan handphonenya dan membiarkan Lea kebingungan sendiri.
Lea kembali memencet bel sebanyak dua kali, berharap ada asa yang muncul disana.
Batinnya terus berteriak gelisah, apa mungkin Hans mengirimkan alamat yang salah dan mengerjainya karena telah menyakiti hati Sajune? atau pemuda itu memang sengaja membiarkan Lea berdiri tak nyaman didepan pintu seorang diri?
Jujur rasanya Lea tak nyaman, Lea takut Sajune-nya akan benar-benar berbuat nekat, atau yang paling fatal adalah menolak kehadirannya mentah-mentah.
Cukup lama mengukung diri dalam kegelisahan, setitik harapan akhirnya dapat Lea jemput juga.
Pintu setinggi dua meter itu terbuka, menampilkan pemuda berpenampilan acak dengan baju sama seperti perjumpaan terakhir mereka.
Sajune nampak sayu, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang alasan mengapa Lea rela datang kerumah Madish ditengah hari seperti ini?
Tanpa bisa Sajune duga, Lea menubrukan dirinya pada tubuh Sajune, memberikan kehangatan dan memeluknya begitu erat seolah tidak ada lagi hari esok diantara mereka.
"Ini bukan Lea kan?" pertanyaan itu keluar bergitu saja dari mulut Sajune, membuat Lea gemas dan berakhir mencubit pinggang pemuda itu cukup keras.
"Kamu bikin aku khawatir June!" marahnya sembari memundurkan wajah dan menatap Sajune syarat akan kekhawatiran.
"Ngapain kesini sih? kita bukannya udah udahan? itu kan yang kamu mau?" Sajune sengaja memancing perempuan didepannya tanpa ekspresi apapun.
Lea menggeleng, tanpa sadar krystal bening tiba-tiba jatuh kepipinya. "Maaf soal hal itu, tapi aku gak ada niatan buatan mutusin kamu, semuanya hanya demi memenuhi apa yang Mama mau."
"Terus mau kamu apa bela-belain datang kesini? keinginan Mama kamu udah tercapaikan?"
"June tolong, kita masih bisa bersama kan?"
Sajune meraih tangan Lea menggenggamnya dan mulai menatap Lea serius. "Bukannya kamu yang bilang gak ada harapan diantara kita? bukannya kamu yang bilang aku itu brengsek dan gak pantes buat kamu? terus apa yang bisa diharapkan dari kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
FanfictionLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...