Lea bohong, perihal ia yang
sudah berjanji pada Sajune untuk tak pergi kemanapun malam ini. Karena tepat pada pukul sembilan malam, Jiani, Yasha dan Teresa datang kekediamannya berniat untuk menjemputnya pergi.Sudut bibir Lea terpaksa melengkung gagu melihat bagaimana antusias ketiga orang dihadapannya.
"Kita udah ngerencanain ini dari lama ya Le, jangan bilang enggak bisa lagi deh!"
Lea menggaruk tengkuk bingung. "Bukan ngeles tapi masalahnya-"
Belum sempat melanjutkan ucap, telunjuk Teresa sudah ada didepan mulut Lea, membungkam bibirnya agar berhenti sampai disana.
"Kita sama sekali gak nerima penolakan, lo tuh jangan terlalu nurut sama dia. Heran banget tau gak? gara-gara Sajune sialan nih pertemanan kita jadi pecah kayak gini." Kesal Teresa memukul tangan keudara.
"Tapi kan lo tahu dia kayak gimana, gue gak mau datang-datang dia ngebentak kayak orang gila, enek gue liatnya!"
Yasha yang semula diam akhirnya angkat bicara. "Lo punya kita Le, lo bisa datang kapan aja kalau butuh bantuan."
"Tapi gue gak selamanya bisa bergantung ke kalian. Gue juga tahu diri kali."
Jiani mendengus kasar. "Kenapa enggak? kita udah temenan lama, lo kayak yang baru ketemu gue kemarin aja!"
Lea meringis pelan. "Bukan gitu maksudnya, lo berdua tuh udah punya pacar, gue cukup tahu diri buat gak ganggu kalian setiap saat. Sedangkan Tere juga gak selamanya ada disamping gue."
Teresa menggeleng mendengar ungkapan Lea, seberapapun alasan yang keluar dari mulut gadis dihadapannya ini, Teresa tetap teguh pada keyakinannya, ia akan terus memaksa Lea agar tetap pergi dan kembali menghasut gadis itu agar memberontak terhadap perintah Sajune.
Ini bukan kali pertama aktifitas Lea yang menyangkut paut tentang Yasha, Teresa terutama Jianu terus dibatasi oleh Sajune. Meski bukan kekasih Lea, cowok itu seolah memegang kendali diri Lea sepenuhnya. Padahal orang-orang juga tahu bahwa Sajune sudah memiliki tambatan hati yang lain dan itu jelas bukan Lea.
Eleanore, begitu dikenal sebagai sosok dengan ruang lingkup pertemanan yang begitu kecil. Ia hanya dekat dengan Jiani, Yasha, Teresa dan Sajune saja, berhubung mereka sudah saling kenal sejak masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.
Kelimanya begitu dekat seolah tak ada celah untuk merusak pertemanan mereka. Tak jarang juga ada banyak tatapan cemburu melihat bagaimana harmonisnya hubungan mereka.
Tapi itu dulu, sebelum pertemanan mereka benar-benar hancur hanya karena rasa cemburu Sajune yang selalu menginginkan Lea seakan untuk dirinya seorang.
Menyisakan siratan kebingungan dari Jiani, Yasha dan Teresa tentang perubahan Sajune yang begitu signifikan.
"Gak ada alasan ya cantik, lo harus tetap pergi sama kita." Teresa mengedipkan mata dan mendorong tubuh Lea untuk pergi kedalam kamar.
Lea menatap langit-langit ruangan. Bukan, ini bukan perihal ia yang terlalu menuruti semua keinginan Sajune, tapi ia yang tak ingin mengambil pusing dan menambah masalah, itu saja.
Lea hanya akan memberontak jika Sajune sudah terlampau keterlaluan, selebihnya Lea pikir yasudah terserah Sajune maunya seperti apa.
Lima belas menit menunggu, Lea sudah siap dengan satu tas sedang berisi baju ganti dan selempang putih berisi lembaran uang, jaga-jaga jika ada hal penting ditengah perjalanan mereka.
"Beneran mau ke kebun teh itu ya?" tanya Lea.
Teresa mengangguk disamping Lea sembari menunggu gadis itu membenarkan tasnya sebelum memasuki lift apartement. "Itu kan mau lo?"
Lea mengangguk antusias setelah itu, melupakan tentang Sajune dan segala hal yang menyangkut tentang lelaki itu.
"Ini tuh kesempatan emas tahu Le, kita gak akan pernah tahu waktu luang itu bisa didapatkan kapan lagi!" tutur Jiani tersenyum sambil menekan tombol lift.
Keempatnya berjalan beriringan ketika sampai dilantai basement. Suasana malam ini begitu sunyi, hanya ada bunyi klakson mobil yang berlalu lalang saling bersahutan dijalan raya.
Lea duduk tepat disamping Teresa, mereka berangkat ketiga jarum jam telah menunjukkan waktu setengah sepuluh malam.
"Kita sampai lusa disana, karena perjalanannya cukup jauh jadi butuh istirahat yang ekstra buat pulang lagi kesini."
Sosok yang barusan berbicara adalah Yasha, ia adalah satu-satunya manusia diantara mereka yang tak banyak berbicara namun menaruh perhatian banyak terhadap keselamatan mereka.
Maka besok menjadi hari yang paling indah bagi Lea, melupakan hiruk pikuk kota adalah salah satu impian yang tak sempat ia capai bersama teman-temannya.
Lea tak memedulikan lagi tentang Sajune yang akan datang dengan gejolak amarahnya lusa nanti, karena disini hanya ada mereka berempat yang tersenyum dan saling berbagi tawa satu sama lain.
Melihat senyum manis yang terbit dari bibir Lea, Teresa mengusap surai gad
is disampingnya lembut, penuh kehangatan."Bahagia terus ya Le, jangan suka pendam masalah sendiri. Kita ada disini cuma buat Lea."
===
Teresa
(FROMIS_9'S SEOYEON)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
Hayran KurguLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...