Diujung jembatan kayu berusia puluhan tahun itu, Jiani hampir kalap demi meredakan emosi Sajune yang menggebu-gebu. Ia tidak pernah berpikir Sajune akan semarah ini pada gadis manis didepannya.
Hari ini, Jiani bukan hanya terkejut dengan segala bentakan Sajune pada Teresa, namun juga pada sebuah fakta yang berhasil menyentil lubuk hatinya.
Bagaimana bisa Teresa begitu tega mempermalukan Lea pada orang-orang? padahal sebelumnya mereka terlihat baik-baik saja, nyaris tak pernah ada perselisihan diantara keduanya.
Bahkan Jiani tak bisa berpikir jernih, jelas begitu kecewa, orang yang selama ini ia anggap bisa saling menjaga satu sama lain nyatanya berbeda.
Entah bagaimana jadinya jika Lea tahu yang sebenarnya, sejak awal gadis itu hanya menyalahi Angeline, tak pernah sekalipun menaruh curiga pada Teresa.
"Kenapa harus Lea doang yang lo cantumin namanya dipostingan itu? kenapa gak sama gue sialan!"
Nafas Teresa tampak tercekat, getar melumuri seluruh badannya, bibirnya hampir kaku tak mampu untuk membalas bentakan Sajune seperti apa yang selalu ia lakukan kemarin-kemarin.
"Lo udah buat title kemahasiswaan Lea dikampus kita terancam!" Tak sadar Sajune meneteskan air matanya, ia mengacak surai frustasi.
Karena semua ini, karena apa yang telah Teresa dan Angeline lakukan, ia harus kehilangan Lea, ia harus menyaksikan Lea perlahan hilang dari hadapannya. Menghilang tanpa jejak, tanpa meninggalkan sedikitpun pesan sebagai ucapan perpisahan.
Bahkan hingga saat ini, semua usaha pencarian yang ia lakukan berbuah nol, tak ada satupun yang berhasil. Pun Jiani, pemuda itu masih membungkam mulutnya tentang dimana keberadaan Lea.
"Lo kok tega Re?" Jiani bertanya lemas. Tak mampu ia membentak perempuan yang telah menjadi temannya selama hampir satu dasawarsa ini.
"Lo tahu Ji? gue benci liat Lea selalu mendem sakit hatinya sendiri sama orang bajingan kayak dia." Teresa sudah mengangkat pandangan, telunjuknya terangkat menunjuk sosok Sajune penuh dendam.
Sajune melebarkan mata, menunjuk wajah Teresa sama dendamnya kemudian. "Lo-"
"Apa lo!?" Teresa membentak balik Sajune, tak tahan dengan segala bentakan yang terus membuatnya membuat terintimidasi. "Denger ya! gue gak bakalan ngelakuin itu semua, seandainya lo gak nyari masalah duluan!"
"Gue tahu gue sama Lea salah, tapi apa etis lo ngebeberin semuanya sampai Lea merasa malu sendiri, hati nurani lo kemana?"
Wajah Teresa semakin memerah menahan marah, ia melangkah mendekat, berniat menantang Sajune dengan semua skenario yang telah ia susun didalam mulut.
"Asal lo tahu June, gue sakit hati tiap kali liat Lea ngelamun sendiri akibat semua perlakuan lo sama dia!"
Demi apapun, demi alam semesta dan segala isinya, Jiani sedari tadi tak mampu berbicara lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
FanfictionLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...