Teresa mengernyit heran melihat wajah Lea yang terlihat gelisah tak seperti biasanya. Sikap tenang yang selalu terpampang, seolah hilang berganti raut resah yang tak mampu ia jelaskan.
Menarik pundak Lea, Teresa memaksa gadis itu agar menghadap kearahnya. "Lo gapapa?"
Lea menggeleng, tersenyum sedikit gugup. "Gue gapapa, kenapa emangnya?"
"Lo kayak resah gitu, ada masalah?"
Lantas Lea menggeleng lagi untuk kedua kalinya. "Gak ada, kenapa? ada yang aneh ya dari gue?"
"Kalau ada masalah tuh cerita Le, karena Sajune lagi ya Le?" tebak Teresa setengah berbisik menghindari perhatian orang-orang.
Lea membasahi bibir sejenak, menetralkan degup jantungnya saat nama Sajune disebut.
"Masalah gue tuh bukan cuma tentang Sajune doang, kenapa harus Sajune terus sih?"
"Biasanya dia terus yang suka bikin ulah."
Berbicara perihal Sajune, Lea berusaha menghindari pemuda itu sejak tadi pagi. Ingatan tentang apa yang terjadi dihari kemarin, tak bisa Lea hapuskan begitu saja.
Lea terus menyela tentang apa yang terjadi pada dirinya, detik demi detik ia terus mengutuk hatinya yang tak mampu dikendalikan.
"Lea! ada yang nyariin!"
Mata Lea melebar, kala seorang gadis menyembulkan wajahnya dari balik pintu bersama satu sosok dibelakangnya.
Lea menegak ludah kasar, ragu untuk beranjak dari sana. Ada sedikit jeda sebelum Teresa menggoyangkan lengannya mencoba menyadarkan Lea dari lamunan.
"Jangan bengong, samperin dulu gih. Kalau ada apa-apa teriak aja panggil gue."
Anggukan pelan menjadi jawaban Lea sesaat setelah Teresa menyuruhnya untuk menghampiri Sajune yang tengah menyandarkan punggung kesisi tembok.
Alunan debar aneh itu kembali menari-nari dalam dada. Sebisa mungkin Lea ikut menghalau dengan bisikan kecil pada hatinya agar ia tak jatuh lebih dalam.
Senyum Sajune menyapa, tepat saat Lea berdiri dihadapan pemuda itu. "Kelasnya masih lama?"
Lea menggaruk tengkuk gugup. "U-dah selesai kok, kenapa emang?"
"Lea kenapa gugup? masih salah tingkah sama kejadian kemarin?"
Kedua mata Lea membelalak tak percaya, bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan pertanyaan lain yang membuat Lea memejamkan mata saat itu juga, ia merutuki diri sendiri.
"Enggak gila! Ngomong-ngomong nih-" Lea memberikan isyarat pada Sajune untuk mendekat kearahnya. "Bisa lupain tentang apa yang kita lakuin kemarin gak?"
Sajune tersenyum meledek mendengar bisikan Lea, sudut hatinya terus berbisik agar terus menggoda Lea hingga pipi gadis didepannya berubah memerah.
"Lea tuh kalau salting suka keliatan!" Ucap Sajune gemas seraya mengacak surai Lea lembut. "Sana bawa tasnya, kita pulang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love The Heartbreak (SELESAI)
FanfictionLea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama terpaksa hancur begitu saja kala Sajune lambat laun menarik ia kedalam labirin cinta tanpa bisa Lea...