'Cinta bisa membuat orang gila. Apalagi kalau sudah dalam tahap cinta gila, sudah tidak ada kewarasan lagi yang tersisa.'
***
Niko hampir saja melempar ponsel saat membuka pesan WhatsApp dari salah satu kontaknya. Padahal itu ponsel mahal, kalau rusak bisa kena omel emak.
Ada untung dan ruginya jadi orang terkenal. Salah satu keuntungan adalah bisa punya mata-mata gratisan. Tanpa menemui atau menanyai Niki, dia sudah tahu di mana detail posisi, sedang apa, bahkan sedang dengan siapa cewek itu. Hanya saja, informasi yang didapatnya pagi ini benar-benar membuat gerah.
Niki sedang berduaan dengan cowok di perpustakaan. Cowoknya memunggungi kamera, jadi Niko tidak bisa kirim santet dan sejenisnya.
"Napa kau?" Reza muncul sambil membawa sebotol minuman.
Niko mendengkus lalu membuang muka.
"Eileh, gebetanmu digondol maling?" terka cowok yang lebih tinggi dua senti dari Niko itu.
Niko lagi-lagi menghela napas. Dia menatap sinis saat Reza dengan santai duduk di pinggiran mejanya. Ralat, meja cewek yang sedang diincarnya.
"Nik! Nik! Nik! NIKOOO!"
Kelas yang sedikit ramai pun jadi sepi saat seorang cowok masuk sambil teriak-teriak heboh.
Sebelum itu, sebuah fakta harus terungkap dulu. Bahwa dalam siklus berteman, bagi mereka yang punya wajah rupawan, pasti masuk cirlce "mahal" yang syarat masuk utamanya harus tampan atau mapan.
Meski Niko tidak menganut paham itu, kedua teman barunya memang terbilang lumayan. Reza, wajahnya cukup tampan, meski tidak setampan dirinya. Dari segi fisik, Dicky mungkin kalah oleh beberapa cowok, tetapi dari kekayaan, bolehlah dia diadu. Cowok bertubuh tinggi berisi—170 sentimeter dan berat 70 kilogram—dengan kulit sawo matang itu merupakan anak salah satu pengusaha terkemuka di Bandung.
"Apaan, sih, heboh bener," ketus Niko yang terlihat kesal.
"Kamu sembunyi, buruan! SEMBUNYI SEGERA, BRADER!" Dicky memang pembawaannya sudah heboh, jadi seisi X-IPS 3 harus menyetok kesabaran sebanyak mungin ....
Tidak, lebih tepatnya menyetok banyak umpatan dan kulit sapi kering buat ganti gendang telinga yang serasa rusak kalau cowok itu sudah teriak.
"Ya ap ...."
"A Nikooo!" Jeritan seorang cewek yang terkesan dimanja-manjakan terdengar samar-samar.
Mata Niko memelotot ngeri, kemudian beralih tajam saat menatap pada Dicky. Menginterogasi cowok yang sedang ngos-ngosan itu.
"Udah, cepet kamu sembunyi sana!" Dicky mendorong tubuh Niko menuju pojok kelas, tempat segerombolan cowok sedang kumpul main gim.
"Ayang Nikooo!" Suara itu makin keras saja. Dari kaca jendela, terlihat seorang cewek tengah berjalan menuju X-IPS 5.
Niko segera menyembunyikan diri dengan meringkuk di balik tubuh besar seorang cowok. Cowok itu menggeram karena terganggu yang hanya dibalas kata 'sorry' berulang kali darinya.
"Ayang?" Cewek itu melongok sembari memasang muka seimut mungkin—baginya. Tangan kananya memainkan ujung rambut.
"Niko nggak ada di sini," kata Reza yang selalu bertugas sebagai panglima Niko.
"Masa? Tapi, aku bisa nyium baunya. Di sini kuat banget, lho." Cewek itu ngotot.
Dia memang tidak sepenuhnya bohong karena rumusnya selalu sama, cinta bisa bikin orang gila. Cewek itu sudah cinta gila pada Niko, makanya melakukan hal-hal nekat dan ekstrem sampai dia pantas dapat gelar sassaeng seandainya Niko seorang idol.
YOU ARE READING
Kiki-Koko
Teen FictionBersahabat dengan buaya darat tentu banyak ruginya. Namun, Nikita Zhafira Adnan tetap setia menemani Nicholas Ivander selama empat belas tahun belakangan. Meskipun dengan status itu, dirinya selalu terlibat masalah, terutama dimusuhi cewek-cewek kor...