10 - Salah Paham

3 2 0
                                    

'Niki tidak pernah menyesalkan persahabatan mereka, tetapi reaksi umum yang seolah mengatakan bahwa bersahabat dengan Niko adalah sebuah kesalahan.'


***

Ucapan Niko beberapa hari lalu benar-benar mengganggu kepala Niki sehingga cewek itu jadi lebih banyak diam. Terlalu tenggelam dalam lamunan sambil sesekali mengerutkan kening, geleng-geleng. Dia ingin bertanya agar lebih jelas, tetapi Niko seperti sengaja menghindarinya.

"Aduh!" Terlalu fokus melamun, dia lupa mengerem saat melewati belokan sehingga menabrak tembok.

Sambil menggosok-gosok jidat, Niki memelotot pada tembok. Ingin memarahi, tetapi masih sadar diri, masih waras.

Kebisingan yang diselingi tawa dari arah belakang, menarik perhatian Niki. Cewek itu berbalik dan menemukan tiga cewek yang langsung memasang muka galak saat menatapnya.

"Lo bukannya cewek kegatelan yang nempel terus sama Niko, ya?" celetuk seseorang yang memasang tampang seolah ingin menelan Niki bulat-bulat.

"Hm, dasar gatel. Muka pas-pasan, sok banget berani deketin Niko." Cewek yang bertampang paling judes mengimbuhkan.

Mereka lagi, batin Niki, benar-benar merasa lelah menghadapi para pengganggu yang tidak lain adalah fans Niko.

Masuk salah satu SMA favorit di Bandung ini tujuannya hanya agar menjadi murid yang bisa memiliki pikiran lebih terbuka. Minimal jadi murid baik-baik. Hanya saja, sejak hari pertama masuk, perannya sebagai sahabat Niko, justru membawa petaka.

Niki tidak pernah menyesalkan persahabatan mereka, tetapi reaksi umum yang seolah mengatakan bahwa bersahabat dengan Niko adalah sebuah kesalahan.

"Padahal banyak, lho, yang nggak suka sama lo, apalagi pas lo caper ke Niko. Jadi, apa susahnya, sih, tinggal jauhin Niko?"

Cewek yang sepertinya ketua geng itu maju selangkah. Sikapnya sudah mengintimidasi dengan kedua tangan bersedekap, tatapan tajam, dan, oh, senyum miringnya!

Niki agak merinding karenanya.

"Lo ...."

Niki memejamkan mata saat melihat tangan cewek di depannya terulur. Dia sudah membayangkan akan mendapat serangan, tetapi tidak terjadi apa-apa.

"Ih! Awas aja, ya!" Suara cewek itu terdengar gemas sekali.

Niki dengan takut-takut membuka mata, kemudian mengumpulkan keberanian untuk mendongak.

Rupanya tiga cewek sudah pergi.

Jelas saja Niki langsung mengembuskan napas lega. Tubuhnya merapat ke dinding, nyaris merosot karena kedua lututnya mulai terasa lemas.

Cewek itu menduga bahwa ketiga penyerang tadi pergi karena buru-buru. Dia tidak tahu saja bahwa ada sepasang mata yang memelotot tajam penuh ancaman pada mereka dari balik punggungnya.

Belum lagi sosok itu termasuk salah satu yang ditakuti di sekolah.

Niki berbalik setelah mengumpulkan tenaga dan menenangkan jiwa. Pandangannya masih tidak fokus sehingga ketika melihat Joshua di depannya—yang baginya terasa tiba-tiba, dia langsung nyaris terjengkang.

"Eh?" Joshua ikutan kaget. Hampir saja memegang tangan Niki untuk menjaga keseimbangan cewek itu. Untung saja cewek itu lebih sigap meski sampai harus berjongkok.

"Kaget, kaget, kaget," rapal Niki, benar-benar lemas sampai rasanya dia ingin melebur ke lantai saja bak es krim yang meleleh.

Joshua tertawa kecil melihatnya.

Kiki-KokoWhere stories live. Discover now