18 - Ngobrol

1 1 0
                                    

'Sepasang manusai bersama dalam waktu lama biasanya memiliki sebuah ikatan ketergantungan yang berujung saling membutuhkan dan jatuh cinta.'

***

Kertas itu telah diganti dengan yang baru. Niki merobeknya begitu hati-hati dari buku milik Joshua. Kemudian, menulis kalimat yang cukup panjang. Cowok di depannya sampai menunggu sambil harap-harap cemas.

'Aku nggak tahu bagaimana asalnya, sampai Kakak sama Niko bisa terlibat masalah di lapangan kemarin. Tapi, aku denger dari beberapa cewek kalo aku terlibat. Aku jadi penyebab pertengkaran kalian. Maka dari itu, aku minta maaf. Aku nggak pernah niat atau mau jadi penyebab orang lain dapat masalah. Aku harap Kakak memaafkan aku.'

Kertas beralih sehingga ada di tangan Joshua. Cowok itu membaca dengan serius, sampai-sampai suasana di antara keduanya benar-benar terasa lebih menegangkan.

Joshua menimbang selama beberapa lama. Dia membuka tutup pulpen dan mulai menulis.

Kalau boleh menjuliti, tulisannya ibarat langit dan bumi dengan tulisan Niki. Sangat tidak rapi, nyaris mendekati abstrak. Untungnya, Niki dibekali kemampuan membaca tulisan dalam gaya ceker ayam sekali pun. Gara-gara Niko tentu saja.

'Apa Niko sahabatmu?'

Ternyata hanya itu kalimat yang ditulis Joshua dalam waktu lama. Soalnya Niki bisa melihat selama beberapa saat, pulpen bertinta hitam itu terangkat beberapa milimeter di atas kertas.

'Ya, kami bersahabat sejak kecil. Kebetulan kami bertetangga dan ibu kami bersahabat. Mereka bilang, pertemuan pertama kami ketika kami berusia dua tahun. Jadi, aku anggap itu tanggal persahabatan kami.'

'Persahabatan yang cukup indah.'

'Bisa dibilang. Kami melewati masa-masa indah, membuat banyak kenangan dari masa ke masa. Niko sebenarnya anak yang baik dan perhatian, cuma suka ngomong pedas aja. Karena bagiku, dia paling enggan menunjukkan perasaan yang sebenarnya.'

'Apa kalian hanya sebatas bersahabat? Tidak ada perasaan cinta? Sepasang manusai bersama dalam waktu lama biasanya memiliki sebuah ikatan ketergantungan yang berujung saling membutuhkan dan jatuh cinta.'

Niki mengerutkan kening dalam waktu lama, membaca kalimat yang ditulis Joshua berulang kali sampai kepalanya yakin akan sebuah kesimpulan.

'Kami murni bersahabat. Bagiku Niko selamanya akan jadi sahabatku. Tidak ada kata cinta karena kata orang, pacaran itu cuma menghancurkan sebuah hubungan.'

Ada senyum tipis dan sekilas yang dipertunjukkan Joshua ketika membaca tatananan kalimat yang ditulis Niki di bagain terbawah kertas. Dia membalik secarik kertas itu dan mulai menulis lagi.

'Aku dengan tulus meminta maaf karena terlibat pertengkaran remeh dengan sahabatmu. Kami hanya terlibat persaingan kecil dengan media basket.'

Rupanya penjelasan Joshua terlalu samar sehingga Niki hanya memahami bahwa cowok itu meminta maaf padanya. Dia pun tersenyum, menatap mata Joshua selama beberapa detik.

Matanya yang jernih dengan iris hitam legam, rupanya mampu memercikan sihir yang membuat Joshua terpaku selama beberapa saat. Pantulan cahaya di mata beningnya mampu menyapa hati cowok di depannya.

Joshua cepat-cepat menggeleng, kemudian berdeham. Dia menunduk untuk melenyapkan senyum yang enggan luntur. Saat mengangkat kepala, wajahnya kembali berubah datar.

Niki sedang fokus menulis, sepertinya. Namun, sejak tadi, dia terus mencoret kata-kata yang telah ditulis. Tentu saja tindakan itu membuat rasa penasaran muncul di hati Joshua.

Akhirnya satu kalimat tertulis utuh. Niki menyodorkan kertas dengan ragu-ragu. Terbukti dari jarinya yang bergerak melambat dan matanya menatap takut-takut pada Joshua.

'Sebelumnya aku minta maaf. Tapi, aku penasaran. Aku pikir Kakak punya dua kepribadian. Soalnya pas dulu-dulu dan di ekskul, Kakak killer banget. Tapi, sekarang, Kakak ramah banget ke aku. Maaf kalau pertanyaanku menyinggung hati Kakak. T_T'

Mati-matian Joshua menahan senyum dan mempertahankan muka datarnya. Dia sudah menduga kalau perubahan sikapnya akan mengganggu pikiran Niki. Namun, dia tidak menyangka bahwa cewek itu memiliki keberanian sampai sejauh ini.

'Aku tidak galak, hanya tegas. Karena ada banyak tanggung jawab yang harus kujalani dengan serius. Omong-omong, aku juga tidak punya kepribadian ganda. Aku hanya berusaha menempatkan diri dalam segala situasi.'

Rupanya jawaban yang diberikan Joshua cukup membuat hati Niki lega. Cewek itu menghela napas, kemudian melempar senyum manis pada Joshua yang melipat kedua tangan di dada.

Cowok itu melirik jam di tangan kirinya. Tersisa lima belas menit lagi waktu istirahat kedua. Ditambah setelah ini, ada jeda jam kosong karena adanya pertandingan basket persahabatan yang telah mendapat izin dari pihak sekolah.

Dia mengeluarkan sesuatu dari saku, sebuah cokelat dalam kemasan jajanan anak SD.

'Semoga bisa mengganjal perutmu.'

Joshua menyodorkan cokelat itu bersama secarik kertas.

Niki menerimanya dengan bibir yang masih melengkung ke atas.

Tanpa mereka sadari, seseorang mengamati dari kejauhan. Dia begitu geram sampai mengepalkan kedua tangan saat melihat interaksi antara Joshua dan Niki. Hatinya panas melihat orang yang disukai sejak lama, terlihat begitu akrab dengan orang baru.

***

Sorak-sorai makin bergemuruh saat bola cokelat-kuning itu melambung tinggi dan berhasil mendarat di mulut ring. Poin baru kembali tercetak, menambah total angka yang makin meninggalkan lawan.

Niko melakukan tos dengan rekan setimnya sambil memamerkan senyum pongah. Saat ini mereka sedang melawan tim basket dari SMA sebelah yang telah janjian akan mengadakan pertandingan persahabatan.

Maka dari itu, siang ini banyak juga murid dari sekolah lain yang datang berkunjung. Kebanyakan kaum cewek yang ingin menyemangati tim—termasuk gebetan dan pacar—dari pihak mereka.

Mungkin itu salah satu alasan Niki tidak memunculkan diri di lapangan basket. Padahal biasanya cewek itu selalu menyempatkan diri untuk menonton Niko bermain, sekadar menunjukkan ikatan persahabatan.

"NIKO, I LOVE YOU!" jerit seorang cewek yang terdengar paling kencang ketika sorakan pecah.

Niko kembali mencetak poin dengan lemparan bola yang berhasil memukau banyak mata. Oh, tentu saja terutama kaum cewek yang merupakan fans-fans-nya.

Sayangnya, semua itu mendadak tidak ada harganya ketika Niko ingat bahwa Niki tidak ada untuk menonton seberapa kerennya dia dalam bermain basket.

Pertandingan berakhir beberapa saat kemudian dengan tim Niko yang menjadi pemenang. Mereka tampak bersorak bahagia. Bagi tim tamu yang kalah, tampak menerima hasil pertandingan dengan sportif. Malah mereka saling menyalami dan memberi selamat. Kemudian, ditutup dengan foto bersama.

"Niko, kamu keren banget, deh!" Zura, cewek yang paling cantik di ekstrakurikuler cheers, berujar begitu bersemangat. Sampai-sampai senyumnya teramat lebar dan kedua tangan masih memegang pompom.

Seketika cewek itu melempar pompom pada temannya yang baru datang. Kemudian, mengeluarkan ponsel dan berkata, "Niko, yuk, foto dulu!"

Niko oke-oke saja dan mulai bergaya. Tiga foto dengan gaya berbeda diambil oleh Zura. Cewek itu tampak bahagia. Niko senang karenanya, karena cewek incarannya sudah masuk perangkap.

"Sebagai ucapan selamat dan perayaan kecil-kecilan, pulang nanti aku traktir kamu, ya?" kata Zura sambil menatap penuh harap pada Niko.

Niko menimbang dulu. Biasanya dia pulang bareng Niki dan cewek itu sudah seperti harus bersamanya. Soalnya Sintia dan terutama ibunya, bisa mengutuknya kalau sampai Niki tidak pulang bersamanya.

"Ayolah, Niko ...," rengek Zura. Kali ini dia sampai memegangi tangan kiri Niko dan merajuk bak anak yang ingin dibelikan permen.

"Baiklah," putus Niko.

Dalam hati dia masih bimbang, tetapi mulai mencari solusi agar nanti Niki tidak pulang sendirian. 

Kiki-KokoWhere stories live. Discover now