[16] Zuppa Soup dan Apartemen

28 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Selepas aku memakaikan cincin untukmu sebagai pengikat. Entah kenapa semua di dirimu jadi begitu menarik di mataku, Namira."

























Siang ini panas. Matahari bertengger sempurna di atas kepalanya. Sesuai dengan ajakannya kemarin, hari ini Abimana membawa Namira keliling mencari apartemen untuk dirinya tinggali nanti dan juga sekaligus untuk tempat huni mereka selepas menikah. Tapi, sebelum pencarian apartemen, baik Abimana dan Namira memutuskan untuk mampir di salah satu restoran demi mengisi tenaga mereka.

"Mau mulai dari mana?"

Abimana menggeleng, "yang sekitar kantormu, bagaimana?"

"Ara merekomendasi apartemen di dekat kantor sih. Nanti kita cek ke sana."

"Good idea. Let's eat."

Abimana melihat bagaimana Namira menyantap makan siangnya dengan lahap. Ia melihat bagaimana perempuan itu mengunyah makanannya dengan mulut yang penuh.

Ia tersenyum kecil. Perempuan ini tunangannya. Calon istrinya.

"Kenapa?"

Abimana menggeleng, "apa kau punya permintaan khusus untuk apartemennya?" pria itu mengangkat sendoknya ke udara, "seperti harus memiliki dapur yang besar, mungkin?" memasukkan ke dalam mulutnya, ia mengunyahnya pelan.

Namira bergumam pelan, "gak sih. Sedang juga gak masalah," bola matanya mengedar, berpikir sesaat. "Aku mau ada balkon."

"Balkon?" Abimana mengernyit, "kau suka berdiam diri di balkon?" tanyanya tertarik.

"Kalau capek dengan kerjaan, lihat langit malam itu menenangkan," aku Namira. "Juga aku suka mencium bau selepas hujan dan itu hanya bisa di lakukan di balkon jika kita memutuskan untuk tinggal di apartemen."

Abimana mengangguk, "baiklah. Dari beberapa gedung yang aku cari di internet juga semuanya ada balkonnya." Pria itu mengambil ponselnya, mengotak-atik sebentar. "Aku rasa memiliki balkon di apartemen memang penting. Menikmati udara segar di pagi hari sembari melihat pemandangan kedengarannya bagus."

"Ya. Itu alasan lainnya dari banyaknya alasan mempunyai balkon di tempat tinggal." Namira berucap semangat. "Kalau kau bagaimana? Mungkin kau khusus mau ada ruang tamu?"

Abimana menggeleng, "tidak begitu perlu menurutku. Cukup ruang tengah. Sepertinya tidak ada tamu yang bakal datang juga," kekehnya sesaat. "Yang penting memiliki keamanan yang ketat," ucap Abimana cepat.

Problematika Orang Dewasa [Vol.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang