Narasi | 2

18 1 0
                                    

Ini merupakan narasi kedua yang ada di au After Marriage

***

3.50 A.M

Namira melirik sekilas ke arah jam bulat di nakas. Ia sudah setengah sadar ketika mendengar alarm suaminya berbunyi jam setengah empat tadi, semakin sadar ketika Abimana mengecup pelipisnya sekilas sebelum memutuskan untuk bangun dan bergerak menuju kamar mandi.

Dengan keadaan yang masih mengantuk, ia memaksa tubuhnya untuk bangun, duduk bersila sembari menatap pergerakan Abimana di depannya. Ia menguap sekali lagi, masih dengan muka bengkak sehabis bangun dan rambut yang sedikit berantakan. Abimana sudah selesai bersiap, sedang memasukkan laptop kedalam tasnya.

"Kenapa bangun?" Abimana bertanya pelan, "tidur lagi sayang!"

"Kamu beneran gak mau sarapan dulu?"

Abimana menggeleng. Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalam tasnya, ia menghampiri Namira. "Mas minum kopi aja nanti sebelum berangkat."

"Aku bikinin ya?" tawar Namira meskipun dengan tatapan yang masih belum sadar sepenuhnya.

Abimana sekali lagi menggeleng, mengusap wajah istrinya perlahan, "kamu lanjut tidur aja,"

Namira bergerak ke sisi kasur, berniat turun dari ranjang. "Aku cuci muka sebentar, aku buatkan kopi untuk kamu."

"Ya udah, oke. Mas tunggu di luar ya,"

Namira mengangguk, lantas bergerak cepat ke kamar mandi.

. . .

Segelas kopi dan roti panggang sederhana Namira letakkan di meja. Meskipun Abimana bilang tidak mau sarapan, Namira tetap menyajikannya. Katanya, setidaknya ada sedikit karbohidrat lain yang masuk, jadi bukan hanya kopi saja.

Namira duduk di depan Abimana, melipat tangannya sembari melihat pria itu makan. Ia berdecak pelan, "siapa yang bilang mau minum kopi aja tadi,"

Abimana mengerutkan dahinya sembari melahap potongan terakhir roti tawar yang dipanggang seadanya oleh istrinya itu. "Kalau gak mas makan, emang gak marah?"

"Ya marahlah," sungut Namira. "Sudah cape-cape buatnya, eh malah gak dimakan."

"Berarti bener kan, ini mas makan." katanya.

"Sebel banget, sudah mau pulang malah nyebelin gini."

Abimana makin bingung, tapi tak urung ia meminum kopinya sekali lagi sebelum bergerak bangkit. "Mas gak tau kamu ngomong apaan. Ya udah Mas mau berangkat sekarang." Tangannya melambai ke arah Namira, "cepat sini, gak mau salim?"

Sambil merengut Namira menghampiri Abimana. Melakukan hal yang diminta suaminya. "Dua bulan gak pulang, sekalinya pulang cuma 5 hari," dumelnya.

"Kamu ikut mas aja ke Bali."

"Ngaco,"

Abimana terkekeh, menarik tubuh Namira merapat ke tubuhnya. "Maaf ya," tuturnya. Pria itu ikut memberikan kecupan-kecupan kecil di telinga, di pelipis dan berhenti di kepalanya istrinya. "Nanti mas cari waktu yang pas jadi pulang sekali lagi bisa ambil cuti lama, oke?" Abimana mengangkat dagu Namira, melabuhkan ciuman cukup lama di sana, seolah bekal sampai perjumpaan mereka berikutnya.

Ciuman yang awalnya begitu lembut, berubah menjadi menuntut semakin lama. Abimana mengangkat tubuh Namira, meletakkannya di barstools yang ia duduki tadi. Saling berpandangan sesaat, sebelum Abimana kembali menyentuh perempuannya. Pria itu menggerakkan jemarinya menyusuri pipi sebelah kiri Namira dengan lembut. Mereka terus melakukannya, berciuman sambil berpelukkan, mendesakkan tubuh mereka semakin merapat.

Sampai suara Namira mengintrupsi lirih.

"Mas.."

Dan Abimana menghentikan segala tindakannya. Diam mematung, sama-sama mengatur nafas mereka yang memburu. Abimana mengecup sudut bibir Namira sekilas, sebelum benar-benar menjauhkan tubuh mereka.

"Hubungi mas kalau ada apa-apa ya," tangannya mengusap pipi Namira. "Kamu tetap harus mengandalkan mas, Na." lanjutnya lebih pelan.

"Kenapa mas?"

Abimana menggeleng, "mas harus pergi sekarang," pria itu mengecup pelipis Namira. Kemudian, berjalan ke pintu keluar unit apartemen mereka.

Namira mendesah, "gini amat tinggal jauhan sama suami." ujarnya kecil.

***

Problematika Orang Dewasa [Vol.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang