.
.
.
"Kemarin, hari ini dan bahkan yang akan datang kau tetap menjadi orang yang sama."
Suara gemeretak keras yang menghantam jendela kamar membangunkan Abimana dari tidur lelapnya. Rupanya angin kencang di luar menggoyangkan ranting pohon yang tidak jauh dari jendela. Ia memijit pelan kepalanya berulang kali, merasa pusing karena dibangunkan secara paksa. Kamarnya gelap dan keadaan diluar yang hujan lebat rupanya mengalahkan sinar rembulan yang masuk. Kemudian, kilatan petir menyambar di susul dengan suaranya yang menggelegar.
Abimana membangunkan tubuh lelahnya, merasa tidak bisa melanjutkan tidurnya jika sudah seperti ini. Sembari menggapai ponselnya di nakas, ia membawa langkah kakinya ke pantry. Pria itu membuat kopi instan dengan cepat lalu duduk di meja bar sembari merenung. Mengecap pelan kopinya dan menyadari kopi panas dicuaca yang dingin adalah perpaduan yang sempurna.
Tiba-tiba pikirannya di bawa melayang beberapa hari ini. Hubungannya dengan perempuan bernama Namira itu semakin dekat. Berawal dari Abimana yang menghubunginya terkait pekerjaan, lambat laun mulai membicarakan hal di luar pekerjaan. Suatu keberuntungan ketika melihat respon Namira yang cukup baik dan membuat semuanya berjalan dengan lancar.
Mereka sering bertukar kabar, memberitahu hal apa saja yang sudah dilakukan hari ini, kejadian seperti apa yang terjadi hari ini, dan bahkan terkadang mereka acap kali membicarakan hal yang tidak begitu penting, meskipun ia adalah pihak yang banyak mendengarkan.
Jika ditanya apa mereka menjalin hubungan romantis. Jawabannya tentu saja tidak. Mereka tidak berada pada kondisi telah mengungkapkan perasaan satu sama lain. Semua berjalan begitu saja, mereka dekat, mungkin karena pembicaraan mereka nyambung. Abimana juga merasa nyaman setiap kali memberitahukan kerisauannya kepada perempuan itu. Dan Abimana tidak ingin merusak semua itu hanya dengan ungkapan konyol perasaanya yang belum jelas.
Sejujurnya, ia menyukai perempuan itu dari awal mereka bertemu, sekadar tertarik dengan cara perempuan itu berbicara dan bertindak. Namun, malam ini, di bawah hujan yang begitu deras di luar, Abimana seketika memikirkan semuanya. Ia merasa jika ia melepaskan perempuan itu, ia akan menyesal.
Mungkin.
Abimana mengecek ponselnya dan melihat pesan yang masuk sore tadi. Ia hanya membacanya tanpa berkeinginan untuk membalasnya.
Ayahnya dengan semua keinginannya.
Pesan yang ia abaikan dari sore tadi berisi perintah sama yang setiap hari ayahnya kirimkan kepadanya akhir-akhir ini. Perintah untuk segera membawa perempuan yang siap untuk dinikahinya. Namun, yang biasanya ayahnya tidak pernah menyebutkan spesifik tepatnya kapan, kali ini berbeda. Pria paruh baya itu menyelipkan tambahan catatan di pesan yang dikirim sekitar pukul 4 sore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Orang Dewasa [Vol.2]
Romance[Sebenarnya apa permasalahan yang lebih pelik di alami orang dewasa?] Abimana Hanenda tidak pernah mengerti kenapa pekerjaannya yang sudah bagus ini tidak bisa membuat ayahnya merasa bahagia. Akhirnya, ia menyadari keputusannya tidak menuruti keingi...