Narasi | 4

18 1 0
                                    

Ini merupakan narasi keempat yang ada di au After Marriage

***

Abimana tidak tahu saat ini jarum jam menunjuk ke angka berapa. Namun, yang jelas pasti sudah dini hari. Sebab, dia ingat jam berapa dia bergerak untuk mencoba memejamkan matanya tadi.

Kembali suara rintihan itu terdengar di telinganya, membangunkannya agar terjaga sempurna. Dia mencondongkan tubuhnya makin merapat ke istrinya yang sedang membelakanginya. Dia usap pinggang Namira pelan, berusaha mencoba meringankan sakitnya. Walaupun, entah itu akan membantu atau tidak.

"Mau mas ambilkan air hangat?" Dia bertanya. "hot pack kamu kayaknya udah dingin juga." Tangannya beralih menekan-nekan di sana, memijitnya dengan perlahan. "Mas buatkan air jahe sekalian, ya."

Namira menggumam pelan. Seakan tidak kuat lagi untuk mengeluarkan suaranya lebih keras terdengar. Abimana bergerak duduk, meninggalkan ranjang mereka setelah sebelumnya mengecup pelipis Namira singkat.

Entah jam berapa Namira baru bisa terlelap tidur setelah melewati nyerinya masa menstruasi. Atau mungkin karena sudah kelelahan menahan sakit dan akhirnya istrinya itu jatuh tertidur.

Abimana masih terjaga di sana, membaluri minyak aromaterapi—yang memiliki efek hangat setelah di gunakan—di sepanjang punggung hingga ke bagian perut Namira. Dia juga memeluk istrinya dan berakhir mengusap-usapnya di sana hingga wanita itu tertidur.

Dalam keadaan malam yang semakin larut, melihat istrinya yang meringkuk—dengan sesekali timbul kernyitan di dahi wanita itu—dia meringis, membayangkan ketika dirinya sedang tidak bersama wanita itu. Pasti menderita sekali Namira yang sendirian harus menghadapi nyeri perut ketika sedang menstruasi.

"Maafkan mas ya, Na."

***

Problematika Orang Dewasa [Vol.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang