.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
________________________
Selamat Membaca
________________________.
.
."Jun... sorry... gue-" Wendy menghela nafas sejenak.
"Gue belum bisa jawab," lanjutnya dengan wajah tertunduk.
Renjun tersenyum dan menggeleng pelan. "Gapapa, Kak, gue cuma mau ngungkapin perasaan gue aja kok, gue juga tahu kalo lo butuh waktu."
"Gue paling ga suka ada di situasi abu-abu, jadi gue mau memperjelas kalo perlakuan gue ke elo selama ini bukan sebagai adik, tapi sebagai cowok." Lanjut pria itu.
"Gue juga ga mau nuntut lo, kalo lo emang cuma mau liat gue sebagai adik," Entah kenapa, Wendy mulai merasa bersalah mendengarnya.
"Jun-"
Drttt Drtttt~
Namun ketika dia ingin mengatakan sesuatu, ponsel Renjun yang ada di saku tiba-tiba bergetar.
"Hallo Rin?"
"....."
"Oh! Lo udah siap?"
"....."
"Yaelah santai napa? baru juga jam delapan lebih dikit"
"....."
"Sorry, gue ada urusan bentar sama Kak Wendy"
"....."
"Iya iyaaa, gue jemput sekarang~"
Setelah menutup panggilan itu, Renjun kembali menoleh pada Wendy.
"Gue pergi dulu ya, Kak" pamitnya pada si gadis yang masih terdiam.
"Jun!" Namun ketika Renjun sudah berdiri, Wendy tiba-tiba menahan tanganya.