Bab 22

1.9K 58 0
                                    

Kepulangan Syifa sudah disambut oleh seluruh keluarganya dan juga keluarga Bima. Ayah, Bunda dan adiknya ikit serta dalam menyambut Syifa.

Aneh deh, kenapa semua pada sambut Syifa, padahal cuma sakit dirumah sakit semalam doang. Orang kaya, sakit dikit kerumah sakit pikir viola. Memang hanya dirinya yang belum tau mengenai kelakuan kakaknya ini. Tapi viola merasakan orang tua dan abangnya ini memiliki beban masalah karena sejak pagi ayah dan ibunya yang biasanya tersenyum dan penuh tawa hari ini mereka terlihat buru-buru kerumah Wibisono 'untuk menyambut Syifa dari rumah sakit'.

Meskipun keluarga mereka memang dekat, tapi biasanya ayah dan ibunya tidak begitu repot untuk masalah sepele seperti ini. Dan kakaknya yang tidak pulang karena harus menunggu Syifa di rumah sakit.

Radit membawa Syifa kekamarnya agar adiknya bisa beristirahat. Para orang tua membahas masalah yang tadi malam terjadi. "Ini rekaman dari pak Lukman, papa sudah minta untuk semua rekaman di hapus agar tidak terjadi masalah. Rekaman ini juga sudah papa salin untuk di beberapa tempat agar lebih aman." Jelas Herman. "Papa menemukan pelayan yang memberikan minuman ke kalian, dan disini papa melihat ada perempuan sepertinya teman kalian yang menyuruh pelayan untuk memberikan minuman ke kalian" Tunjuk herman ke semuanya.

"Lah ini kan sarah" ceplos Viola membuat semua orang melihat kearahnya.

"Kamu kenal?" Pertanyaan tegas dari herman membuat viola takut dan menjawab dengan anggukan. "Siapa dia?"

"Pa, ada yang perlu diklarifikasi disini" Rafa menjawab pertanyaan papanya. Rafa menjelaskan sepeti yang Bima katakan dan juga tingkah Sarah yang aneh saat di sekolah dulu.

"Jadi sarah ini mantan pacar kamu?" Pertanyaan ini seperti menghunus ke jantung Bima.

"Iya om, tapi Sarah ini putus dengan saya karena dia selingkuh dengan laki-laki lain. Urusan saya dengan dia telah selesai" ucap Bima tegas.

"Jadi apa motif perempuan ini di keluarga ini?" Herman berfikir "apakah kamu dengan dia tidur bersama?" Tanya Herman

"Enggak Om. Sumpah demi Tuhan saya tidak pernah menyentuh dia, bahkan menciumnya saja tidak pernah" jelas Bima. "Hmm, dia memilih laki-laki paruh baya om, sepertinya demi uang" lanjut Bima.

"Hahaha, jadi itu alasan targetnya Rafa" Herman mengerti. Dia berdiri dari duduknya dan memikirkan rencana untuk wanita itu. Dengan sikap sarah itu tandanya dia telah membuat kuburnya sendiri.

Rafa ikut berdiri "Biar ini jadi urusan Rafa dan Bima pa. Karena sepertinya dia mempermainkan Bima dan Rafa disini" dengan sikap Rafa yang menurun dari ayahnya tentu Herman tau putranya itu tidak akan melepaskan wanita itu.

Ada masalah apa sih setelah Gue pulang? Kayaknya salah deh Gue pulang duluan, pikir Viola.

➖➖➖

"Kenapa perasaan gue nggak tenang gini ya?" Sarah mondar mandir kesana kemari di dalam kamarnya.

Suara dering telepon memecah pikirannya

"Siapa sih ganggu aja"

Om Dedi calling...

"Ngapain sih ini om-om nelpon pagi-pagi buta gini. Nggak tahu apa gue nggak bisa tidur" kesalnya "kalau bukan karena gue butuh uang mana sudi gue" dongkolnya

"Iya, halo mas" suara Sarah melembut

"Main yuk, mas bosen dirumah"

Sarah selalu tidak bisa menolak ajakan main para om hidung belang ini karena pasti dia bisa belanja apapun yang diinginkannya.

"Oke, jemput di tempat biasa aja ya mas" tanpa menunggu balasan dari seberang telepon Sarah sudah buru-buru mematikan telponnya dan segera berdandan.

Salahkah bila berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang