Bab 11

2.1K 110 0
                                    

Tepat jam 00.00 dini hari, umur Rafa genap 17 tahun. Semua keluarga Herman bangun untuk memberikan kado dan doa kepada Rafa. Rafa yang terbiasa tidur malam, dia baru saja memejamkan mata terpaksa harus membuka matanya kembali. Dia sebenarnya bersyukur, sangat bersyukur lahir dan tumbuh dikeluarga Herman dan Dewi. Meskipun hubungan keluarganya pernah retak. Tapi sebenarnya mereka saling peduli.

"Selamat ulang tahun ya bang, doa mama selalu yang terbaik untuk abang" kata Dewi dan sambil mencium kening, pipi kanan dan kiri Rafa.

Selanjutnya giliran Herman mencium kening putra pertamanya itu, sembari memberikan kotak kecil kepada Rafa. "Selamat ulang tahun putra papa, semoga kamu menjadi anak yang berbakti dan bisa menjaga adik-adikmu. Ini dari papa, semoga kamu seneng dan bermafaat buat kamu"

"Makasih pa" Rafa buru-buru membuka kado dari papanya. Sebenarnya Herman ini paling peka terhadap apa yang diinginkan anaknya, dan Rafa sangat ingin tahu kado apa yang diberikan sang papa.

"Pa, i.. iniiii beneran buat aku?" Setelah membuka kotak hampers yang diberikan papanya, Rafa teekejut, sungguh ia tidak mengira papanya memberikan sebuah kunci motor bertuliskan logo kawasagi. Merk motor terkenal, yang sebenarnya juga ia idamkan.

"Iya beneran, tapi cuma kuncinya aja ya. Motornya kan di bawah. Papa gak kuat kalau bawa ke atas. Hahaha" gurau papanya.

Rafa segera memeluk erat Herman. Ayahnya ini tidak berubah. Ayahnya tetap selalu peduli dan peka terhadap apa yang menjadi kesukaanya. "Makasih pa, Rafa sayang papa" sambil mencium pipi kanan kiri Herman

"Jadi kemarin gak sayang papa?" Ucap herman
"Kok papa aja yang di peluk bang?" Sela Dewi

"Abang sayang semuanya" katanya sambil memeluk kedua orang tuanya

"Ini dari mama buat abang" sungguh. Herman juga tidak menyangka. Tahun ini, dia akan mendapat semua barang yang diinginkannya. Sebenarnya orang tuanya salu mengajarkan untuk menabung dahulu sebelum membeli sesuatu. Dan dia sudah menabung untuk membeli smartphone ini. Mamanya malah memberikan untuk kado ulang tahunnya.

"Makasih ma" sambil mencium pipi mamanya.

"Ini dari aku Bang, maaf ya gak semahal pemberian papa mama" kata Radit

"Santai dit, makasih udah mau usahain nabung buat ngado gu- aku" Rafa akan keceplosan menyebutkan Lo-Gue di depan orang tuanya. Sebenarnya papanya tidak masalah, tapi mamanya masih memegang teguh untuk menyebut Lo-gue meskipun kepada adiknya, tidak sopan. Kado yang di berikan Radit, sepatu sneakers warna hitam. "Sumpah Dit, ini keren banget. Thanks ya"

"Santai bang, tapi punya kita kembaran. Aku juga beli, cuma beda ukuran aja. Hahaha"

"Sialan" Radit ini selalu membeli barang yang sama seperti Rafa. Tak jarang, Rafa menjadi trendsetter bagi dirinya. Sebenarnya dia juga bingung mau memberikan hadiah apa, dan sebenarnya juga tidak ada tuntutan dari kedua orang tuanya untuk memberikan hadiah. Cuma karena dia ingin membeli sepatu, dan rasanya abangnya juga menyukainya, jadi dia membelikan sebagai hadiah. Untung saja, kemarin abangnya tidak mau membeli sepatu.

 Untung saja, kemarin abangnya tidak mau membeli sepatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Syifa juga ada hadiah nih, buat abang. Dia buat sendiri" Dewi menarik tangan putrinya agar terlihat oleh abangnya. Syifa memberikan tanpa berbicara kepada Rafa, kotak berwarna navi dengan pita silver diatasnya berukuran 25×30cm. Sebenarnya didalam hatinya terbesit rasa kasihan dan menyayangi kepada adik bungsunya ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak juga malu memberitahukan pada dunia fakta bahwa dia memiliki adik yang memiliki keterbatasan.

"Makasih" Rafa segera membuka kotak hadiah yang diberikan Syifa. Dia sudah tahu pasti adiknya ini memberikan baju. Karena itulah hobi dan skill yang dimiliki si bungsu di rumah ini. Dan dia terkesima dengan kemeja buatan adik bungsunya itu. Menurutnya, baju yang di berikan Syifa cukup bagus. Sangat bagus. Kemeja dengan perbaduan warna putih, hitam dan warna pigeon blue yang di berikan Syifa sungguh bagus untuk anak ukuran SD. Tidak sia-sia Syifa terus bersama sang mama, pikirnya.

 Tidak sia-sia Syifa terus bersama sang mama, pikirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana bang? Suka nggak baju buatan Syifa?"

"Iya ma. Makasih Fa, udah mau repot buatin" Dewi tersenyum ucapan tulus putranya. Dia yakin, suatu saat putranya juga akan sama seperti Herman yang akan menjaga dan menyayangi Syifa. Syifa tersenyum bahagia dan mengangguk semangat.

Salahkah bila berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang