Bab 20

2.8K 78 0
                                    

"Gue nggak akan setuju menikahkan adik Gue ke laki-laki bejat kayak Lo Bim" bentak Rafa membuat Syifa berjengit kaget. Bima tahu Syifa begitu ketakutan sehingga ia buru-buru menutupi Syifa di belakang tubuhnya.

"Bangsat Lo Bim, apa yang Lo lakuin ke adik Gue? Hah?" Teriak Rafa memenuhi ruangan. Dewi menangis melihat kondisi putri bungsu-nya. Syifa yang melihat semua orang dengan raut sedih dan kecewa membuatnya semakin tertekan. Bima tidak ada balasan dari perkataan Rafa karena dia tahu disini dia salah. Meskipun Sarah yang memberikan obat perangsang, tapi dia sendiri yang memilih Syifa untuk menjadi miliknya. Bima sadar dirinya sangat egois.

Rafa bergerak maju dan mendorong Bima ke dinding lalu memukulinya untuk meluapkan amarahnya ke Bima yang telah melecehkan adiknya. Semua orang disini tidak ada satu orang pun yang membela Rafa. Padahal ayah dan bunda Bima berada disini, tapi mereka diam saja. Dewi tahu anaknya tertekan segera menghampiri putrinya itu lalu memeluknya, menyalurkan ketenangan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Herman lalu menghampiri keduanya dan lalu ikut memeluk mereka.

Karena tidak ada balasan dari Bima, Rafa berhenti memukuli wajahnya. Bagaimanapun mereka selalu bersama dari kecil. Setelah Rafa berhenti memukuli wajah anaknya, ayah Bima menghampiri putra yang dulu selalu ia banggakan. Ayah Bima melayangkan pukulan kewajah putranya itu. "Apa pernah Ayah mengajarkan hal tidak senonoh begini Bima?" Teriak Ayahnya.

Teriakan Ayah Bima menjadi suasana semakin memanas. Dan seketika membuat tubuh Syifa begitu tegang. Herman tahu anaknya ini begitu tertekan lalu membisikkan "semuanya baik-baik saja sayang" lalu mencium kening putri bungsunya. Bisikan ayahnya tidak membuat dirinya tenang, seketika Syifa pingsan.

"Syifa? Bangun sayang. Syifa?" cemas Dewi sambil mengguncang tubuh Syifa pelan. Hal ini membuat semua orang panik. Bima akan menghampiri Syifa tapi segera ditarik oleh Rafa. Karena tidak mau membuat keadaan semakin kacau Bima melihat Syifa dari kejauhan dan  berdoa semoga Syifa baik-baik saja.

"Ini nggak apa ma, tapi Syifa tertekan. Lebih baik kita segera bawa kerumah sakit" saran Radit. Dengan segera Rafa menggendong adiknya itu menuju mobil.

Mereka semua meninggalkan Bima, seakan dia tidak ada. Orang tua Bima ikut serta membawa Syifa kerumah sakit. Bima segera memakai kembali pakaiannya dan berlari mengikuti semua orang dari belakang dengan ojek.

➖➖➖

Semua orang menunggu di ruang tunggu depan UGD. Meskipun mereka tahu kondisi Syifa dari Radit, tapi kalau di rumah sakit Syifa akan mendapatkan alat kesehatan yang lebih canggih.

"Dokter, gimana keadaan cucu saya?" Cemas Opa.

"Cucu bapak tidak apa, tetapi kondisinya sedang tertekan. Lebih baik malam ini menginap disini terlebih dahulu. Kita lihat besok, jika kondisinya psikologinya menunjukkan taraf yang tidak baik lebih baik di bawa ke psikiater" jelas dokter. "Baik kalau begitu saya permisi dahulu" pamit dokter.

Syifa segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Bima juga mengikuti mereka semua dari belakang, dia cemas dengan keadaan Syifa. Saat semua orang telah mendapat giliran masuk keruang rawat inap, Bima juga ikut serta tapi Rafa segera menghalangi jalan Bima.

"Siapa yang izinin Lo masuk?"

"Gue mau lihat kondisi Syifa Raf, Gue mohon" pinta Bima.

"Lo nggak sadar siapa yang bikin Syifa sampe kayak gini? Ha?" Seketika nada Rafa naik satu oktaf.

"Gue tau salah Raf, Gue minta maaf. Tapi Gue bakal nikahin Syifa hamil atau tidaknya dia Gue tetep akan nikahin dia" tegas Bima.

Salahkah bila berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang