Bab 15

2.2K 75 7
                                    

Memang waktu itu sangat cepat, sudah 6 tahun berlalu.
Rafa sepertinya sudah sangat betah untuk tinggal di luar negeri. Dia sampai melanjutkan s3 sekaligus bekerja disana. Dewi sebagi seorang ibu sungguh merindukan putranya itu. Meskipun hampir setiap tahun mereka mengunjungi Rafa di Australia, tapi bagaimanapun tidak ada seorang orang tua yang tidak merindukan anak yang jauh disana. Setiap hari meminta Rafa untuk pulang, karena disini dia bisa melanjutkan perusahaan ayahnya atau meneruskan pabrik warisan dari keluarga mamanya. Tapi anak satu ini memang sangat keras kepala.

"Bang, pulang dong. Kenapa sih lama banget disana, kamu disini tuh tinggal milih ambil alih pekerjaan mana. Pabrik dan perusahaan kalau bukan kamu yang nerusin siapa, Radit jadi dokter. Sebentar lagi Radit juga bakal selesai koasnya masakkamu nggak ada terus sih. Kamu nggak mau liat secantik apa adik bungsu kamu?" Panjang lebar rayuan Dewi lakukan agar putranya ini segera pulang ketanah air.

"Iya ma, besok pulang"

"Besok terus, ini udah sampe 6 tahun lho ini bang" cerca Dewi

"Ma, udah dong. Yang penting putra kita baik-baik aja" ucap Herman sambil mengelus punggung istrinya dan mulai duduk disamping istrinya melihat putra sulungnya dari ipad istrinya.

"Bukan begitu ma, kan duku sekolah. Ini kerja. Bukan nggak mau nerusin usaha keluarga. Tapi aku disini mau belajar pengalam dulu ma. Nah kebetulan kontrak aku baru habis besok bulan depan. Nanti aku segera pulang ma." jelas Rafa dengan pengertian

"Bener ya, awas kamu"

"Iya mama, udah dulu ya. Aku ada kerjaan ini. Mama sehat-sehat ya" Rafa tersenyum melihat mamanya yang geram dengannya. "Jaga mama pa, aku akan segera pulang kalau urusan disini selesai"

"Iya, sehat selalu Nak" kata Herman.

Panggilan video telah diakhiri dan wajah cemberut Dewi masih begitu kentara. "Udah ma, yuk keluar. Bukanya kita mau siap-siap buat pesta untuk Syifa". Setelah Syifa lulus, Dewi sudah akan memberikan butiknya untuk putrinya. Syifa memang tidak melanjutkan kuliah. Sangat disayangkan, tapi meskipun ada kuliah untuk disabilitas di luar negeri yang baik tapi Dewi belajar dari Rafa yang tidak pulang-pulang membuat Dewi tidak rela. Meskipun tidak kuliah tapi Dewi memberikan pendidikan yang setara bagi putrinya, dia selalu mendatangkan guru dari institut seni, memberikan guru bahasa, dan juga memberikan pelatihan menjahit dari tenaga profesional untuk membimbing Syifa.

➖➖➖

"Sudah siap semua kan?" Tanya Dewi pada pegawai mereka. Pesta ini untuk menetapkan Syifa sebagai pemilik baru butik Kencana dan sekaligus mengadakan pagelaran koleksi baju-baju yang sudah dibuat Syifa agar bisa lebih dikenal banyak orang.

"Sudah bu, sudah 90%. Besok malam acaranya akan lancar"

"Oke, terimakasih semuanya sudah membantu"

"Sama-sama bu" jawab mereka serempak.

➖➖➖

Sore hari menjelang acara pesta yang diadakan malam ini keluarga Herman sudah dipenuhi keributan untuk mempersiapkan diri untuk tampil maksimal malam ini. Tapi Dewi merasa seperti kurang lengkap karena putra pertamanya tidak kumpul bersama mereka.

"Kenapa sih ma, mukanya sedih terus" kata herman memeluk Dewi dari belakang.

Dewi menghela nafas "Kurang Rafa ya pa, jadi kurang lengkap" sedih Dewi

"Nanti juga ada" perkataan Hernan dihiraukan Dewi karena dia terlaku sedih. "Udah yuk turun, kita harus segera kesana kan. Biar pas tamu datang kita udah siap". Herman menggandeng tangan istrinya dengan lembut.

Dibawah sudah ada Opa, Oma, Radit, dan Syifa yang menunggu. "Ini bagi 2 mobil saja ya pa, aku sama opa dan oma, papa, mama sama syifa"

"Trus Gue sama siapa dong?" Ucap Rafa tiba-tiba dan segera memeluk sang mama. Rafa memeluk semua orang, setelah semua orang dipeluk, hanya Syifa yang masih diam ditempat tanpa berani bergerak menuju abangnya. Rafa menghampiri Syifa lalu memeluk erat sang adik. "Kamu nggak kangen sama abang?" Syifa menengadahkan wajahnya keatas lalu mengangguk sambil tersenyum sambil memeluk kembali abangnya.

Aksi berpelukan telah selesai tiba-tiba Dewi mencubit lengan Rafa "aduh, sakit ma. Nanti aku nggak pulang marah lagi" ucap Rafa

"Baru tahu pulang ya kamu?! Dasar anak bandel kamu. Jangan-jangan punya calon istri dari sana ya? Mana?" sang mama begitu antusias sambil melihat kearah pintu.

"Nggak ada ma, beneran sibuk kerja. Nambah pengalaman, belajar doang disana" jelas Rafa. Dewi menilai saat ini memang putra pertamanya sudah sangat dewasa, sudah berbeda dengan Rafa yang keras kepala saat masih kecil dulu.

Dewi tersenyum dan memegang lengan putranya "nggak apa bang, ntar di pesta pasti bakal banyak yang ngelirik anak mama ini. Tapi jangan asal pilih ya bang"

"Iya ma, Rafa udah tahu kok. Mama tenang aja" Rafa mengusap tangan mamanya yang sudah mulai mengeriput.

"Kamu ganti pakaian dulu, adik kamu udah siapin kamu pakaian. Padahal nggak tau kamu datang. Hebat banget kan" puji ibunya untuk adik bungsunya.

"Iya, adik-adik Rafa emang yang paling hebat" dengan senyuman untuk Syifa dan Radit.

Rafa menggunakan setelan jas berwarna abu-abu yang pas dengan dengan dirinya. Seperti memang baju ini dibuat untuknya, Syifa memang adiknya yang pengertian dan hebat.

"Wahhh bang, cocok banget. Pinter deh Syifa" puji Radit. "Perasaan kok badan Lo segitu aja bang dari dulu sampe sekarang, work of balance yaa ternyata"

"Hahaha.. ya dong. Harus" bangga Rafa

"Udah, ini kapan berangkat keburu macet" kata Herman

"Bang, Lo sama Gue aja" ajak Radit.

"Abang bareng papa lah kak" final sang papa tidak bisa diganggu gugat.

Rafa tertawa bangga karena dia jadi bahan perebutan dua orang laki-laki yang selalu mengajaknya berantem ketika bertemu. Rafa tetap memilih bersama kedua orang tuanya karena dia juga kangen dengan kedua orang tuanya.

➖➖➖

Mereka telah sampai di butik kencana. Disana sudah ada para pegawai butik yang sudah mempersiapkan dari awal. Dewi sangat bersyukur memiliki karyawan yang memiliki dedikasi tinggi dan Dewi sangat menghargai itu.

Saat keluarga Herman membuat para pegawai gagal fokus dengan pekerjaan mereka, kedua anak laki-laki bu Dewi ini sangat menawan, bahkan putri bungsunya begitu cantik dengan gaun merah muda tanpa lengan dengan rambut tergerai. Mereka semua berjalan menuju tempat peresmian Syifa sebagai pemilik butik.

➖➖➖

Acara telah di buka. Dewi menyampaikan bahwa melalui pesta ini, dia telah memberikan posisi pemilik butik, diberikannya kepada putrinya. Asyifa Almeera Wibisono.
"Saya harap, rekan-rekan semua mau nemberi masukan dan membimbing putri saya ini. Semua juga bisa melihat hasil koleksi yang dibuat putri saya. Meskipun masih muda tapi putri saya ini berpotensi, jadi ini alasan mengapa saya memberikan butik kencana yang saya rintis sendiri. Terimakasih"

 Terimakasih"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Salahkah bila berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang