Asyifa Almeera Wibisono, biasa dipanggil Syifa. Gadis cantik dengan sejuta pesona. Memiliki keahlian mendesain, seorang anak bungsu dari Herman Wibisono seorang pengusaha properti dan Dewi Ayu Putri Jatmiko seorang pemilik butik terkenal serta pewar...
Hari ini jadwal foto studio keluarga Herman dan Dewi, Oma Opa ikut serta dalam foto hari ini. Tema foto hari ini adalah olahraga sebagai apresiasi dari kemenangan Rafa, warna earth tone dan foto adat jawa untuk foto keluarga mereka. Adat jawa dipilih karena Dewi berasal dari Jawa.
Mereka terlihat bahagia di foto, termasuk Syifa. Syifa terlihat cantik dengan jaket training panjang dan rambut di ikat. Sangat cantik. Herman berjanji dalam hatinya dia akan menjaga anaknya, dia berharap Syifa bisa menemukan seseorang yang mencintainya dengan tulus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oke, sesi foto sudah selesai. Foto ini saya edit dulu ya bu, besok saya serahin ke bu Dewi langsung. Sekalian saya carikan figura untuk foto yang ibu dan bapak pilih"
"Baik Anton, terimakasih"
"Ini anak ibu yang cewek canti banget, gak sekalian dia jadi model ibu saja?" Gurau Anton
"Enak saja kamu bilang, kamu mau tebar pesona ke anak sana? Ha?"
"Maaf pak, saya hanya bercanda"
"Mas, apaan sih, Anton ini bercanda doang kok" kata dewi sambil memegang tangan suaminya untuk menenangkannya.
"Yaudah, saya permisi dulu pak, bu" segera mungkin Anton pergi, timbang digigit singa. Anton menyesal kenapa sih mulutnya ini asal ngomong saja. Tapi benar omongan orang, anak bu Dewi ini memang cantik. Sangat cantik, tapi sayang dia memiliki kekurangan.
Anton ini sering bekerja pada Dewi sebagai fotografer, dia sering mendengar omongan orang mengenai Syifa. Dia juga tau bu Dewi dan suaminya baru pernah bercerai karena suaminya dulu tidak bisa menerima keadaan anak bungsunya. Alah, tapi sekarang galaknya udah kayak singa. Dia kan cuma bercanda. Tapi kalau anak bu Dewi mau dengannya dia pasti senang. Hahaha.
"Papa ni apasih cuma begitu doang udah marah banget. Syifa juga gak hilang kali pa" ucap Rafa. Di keluarga memang hanya Rafa dan Opa yang belum begitu menyukai Syifa.
"Bang, sebagai kakak kamu juga harus jagain adik kamu. Kamu tahu kan diluar sana tuh kayak gimana"
Rafa hanya diam mendapat ocehan papanya. Karena kalau dia menjawab pasti bakal panjang.
"Udah, yuk makan dulu. Ini nanti pizza nya keburu gak enak" kata Dewi
➖➖➖
Setelah rujuk Dewi dan Herman setiap malam akan tidur akan menyempatkan untuk mengobrol sebentar mengenai hal-hal apapun yang menurut mereka perlu untuk dibahas.
"Mas, lusa Rafa ulang tahun yang ke 17 masih perlu gak kita rayain ulang tahun dia?"
"Hmm.. sebenarnya aku ragu, rencana aku sih kita buat aja kejutan kecil buat dia. Tapi takut dia gak terlalu suka, kamu tahu kan Rafa itu keras kepala"
"Keras kepalanya kan nurun dari kamu mas hahaha"
"Yaya, itu kan dulu" Herman tidak mau mengulangi keras kepalanya, cukup 5 tahun dia menyiakan istri dan anaknya.
"Gimana kalau kita bicarain dulu ke anaknya langsung. Biar nanti aku yang ngajak ngobrol"
"Itu lebih baik. Yaudah, yuk kita tidur" merebahkan diri sambil mendekap Dewi tidur di lengan kanannya untuk menggoda Dewi. Dewi diam saja sambil berbicara mengenai sikap Rafa
"Mas, Rafa itu cemburu sama Syifa"
"Aku tau" Herman menghela nafas sesaat lalu berkata "sebenarnya rasa sayangku ke Rafa dan Radit tidak berubah sedikitpun. Aku memang lebih memperhatikan Syifa karena dia itu perempuan, dan dengan keterbatasan yang ia miliki pasti akan dimanfaatkan untuk orang-orang yang tidak menyukaiku untuk menyakitinya" sedih Herman
"Syifa pasti baik-baik aja mas" mengusap lengan Herman "Untuk Rafa kayaknya kamu perlu ngobrol sama dia. Karena dari dulu, dia itu tidak bisa lepas dari kamu"
"Iya aku tau. Tapi sekarang boleh kan aku minta hakku dulu"
➖➖➖
"Pagi" sapa Herman sambil mencium kening Dewi
"Pagi mas" Dewi bergegas untuk kekamar mandi lalu menyiapkan sarapan
Setelah Dewi selesai mandi, Herman menghampiri Dewi yang sedang mengeringkan rambutnya. Herman mengambil alih hairdryer menatap Dewi dengan penuh cinta dan sayang. Setelah ramvut Dewi kering, Herman menyandarkan kepalanya di bahu kiri Dewi sambil memeluk bahu Dewi dari belakang. Saat istrinya sedang mandi, Herman berfikir keras bagaimana cara agar mendekatkan Rafa kepada Syifa. Rafa harus paham dan sadar agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya dulu.
"Setelah aku pikir, kayaknya kita cukup buat acara keluarga untuk Rafa. Cukup aku kamu sama anak-anak. Kali ini menurutku kita gak perlu libatkan mami papi dulu. Papi begitu dekat dengan Rafa, dan sedikit banyak omongan papi mempengaruhi sikap Rafa ke Syifa"
"Terserah mas Herman aja. Tapi kalau papi mami gak diajak pasti sangat kecewa mas. Bagaimanapun anak-anak itu cucu kandung mereka"
"Emang gak salah papi mami sayang banget sama kamu" sambil mencium pipi kiri Dewi.
"Kamu bisa ngobrol sama Rafa dari hati ke hati mas. Kamu juga sekarang kan jarang ajak Rafa dan Radit pergi bertiga"
"Itu ide bagus" Herman kembali mencium pipi kiri istrinya "kamu cantik banget sih, dari dulu sampai sekarang" beralih mencium pipi kanan Dewi
"Udah mas, udah siang. Aku mau keluar. Mending kamu mandi" kalau Herman tidak dihentikan, bisa mandi lagi.
Dewi keluar kamar, menuju meja makan. Disana sudah ada ketiga anaknya menunggu dia dan Herman.