Mendengar jawaban suaminya yang membuat Nana kaget bukan main.
"Loh loh, kok mendadak banget?"
"Dengerin aku. Mandi, terus siap siap sekarang." Perintah Jergas dengan tegas, dan penekanan disetiap katanya.
Jikalau, suaminya ini sudah mode serius. Nana, tidak akan basa basi. Pasti, akan langsung dituruti.
Segera Nana, masuk kedalam kamar mandi. Menggapai handuk yang tergantung di gantungan samping kaca wastafel.
Sementara itu, Jergas bergegas membangunkan 4 orang tuanya. Betapa, kagetnya mereka berempat saat mendengar penuturan jergas.
"Kenapa lagi Jer? Ada masalah dari jakarta? Kan bisa dikontrol dari jepang." Kecewa Basagita.
"KALAU Aja bisa." Pasrah Jergas yang sebenarnya juga tak ingin kembali. Menekan kata 'KALAU'
"Tapi, nanti balik kan? Kan, kasian juga Nana. Kita, berlima udah sepakat. Buat, Nana lahiran di jepang?." Sambung Mahendra.
"Iya pi, kalau masalah di kantor udah selesai. Kita bisa balik lagi kok." Jawab Jergas kembali.
☆☆☆
Kini, keluarga itu sudah berada di pesawat VVIP yang dipesan. Tertulis cantik nama mereka disalah satu ruangan yang khusus disediakan untuk mereka bertujuh.
Semasa perjalanan. Tak henti-hentinya wajah gusar Jergas terus terlihat. Nana, berusaha membuat Jergas untuk tak khawatir. Menggenggam tangan besar sang suami.
"Gausah, khawatir. Aku tau, kok kamu bisa ngatasin semuanya." Senyum Nana mengusap lembut tangan suaminya.
"Makasih." Senyum tipis Jergas, membalas usapan sang istri yang kemudian ia cium telapak tangannya.
"Do'ain daddy ya sayang." Senyum Jergas mengusap kepala Nea. Yang tengah duduk berhadapan dengan kursi khusus bayinya.
"Pasti ya sayang." Senyum Nana, ikut mengusap Reinea dan perutnya yang kini mulai membesar karena sudah menginjak umur dua bulan.
Perlahan, senyum tipis yang terukir dibibir indah Jergas memudar menjadi kuluman bibir. Wajahnya, kembali berubah menjadi wajah yang seakan berharap kepada Tuhan.
☆☆☆
Setelah sampai di Bandara internasional jakarta. Di bawah sana. Sudah ada para bodyguard yang membawakan 3 mobil untuk mereka bertujuh.
"Kamu mau ikut Na?" Tanya Jergas yang masih menuruni tangga pesawat.
"Kita berempat juga ikut!" Sahut Irenna.
"Yakin? Kalian ga cape?" Tanya Jergas khawatir.
"Ngga, ngapain cape. Kalo harus ngelindungin Nana, dan cucu cucu papi." Lanjut Mahendra.
Setelah itu, tanpa pulang kerumah. Mereka langsung mengarah ke D'Pratama Corporation.
☆☆☆
Rasanya, ia ingin sekali murka. Jergas, mengepalkan tangannya dengan kuat. Menahan untuk tak tersulut emosi.
Baru saja ia masuk ke dalam kantornya. Mood nya sudah tidak baik. Ditambah lagi, menampilkan seorang sekretaris yang betul betul lancang sedang duduk dikursi kebesaran miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Full Of Wealth | Jerose | Continued
Novela JuvenilSeorang gadis cantik berambut blonde hitam. Dan seorang pria tampan. Mereka berdua dipertemukan oleh orang tua. Tapi tidak dijodohkan. Hanya saja pihak mereka berdua berharap menjadi besan. Pihak keduanya tidak ingin memaksa mereka berdua untuk meni...