13. Aku-kamu

1.2K 57 2
                                    

Jangan lupa bersyukur🌻

🌱🌱🌱

Sesampainya di kamar, aku langsung mencari notes yang dimaksud Pak Kemal. Sejak pulang tadi aku tidak bisa berhenti mencari notes itu karena kupikir di sana mungkin ada satu hal yang membuat seorang Kemal Syauqi Alatas, dosen kulkas dua pintu menjadi sedikit menghangat. Entahlah, semenjak menjadi istrinya, rasa ingin tahuku tentang misteri kulkasnya muncul.

Aku beralih menuju kolong meja belajarku. Aku yang sangat penasaran dengan isi notes sampai tidak menyadari apapun di sekitarku, termasuk kedatangan Pak Kemal yang masih lengkap memakai peci dan sarung hitam sudah berdiri di sampingku.

"Udah sholat isya'?"

Duk

"Astaghfirullah, Pak. Sejak kapan Bapak pulang? Ngagetin Jule tau ga. Mana kepentok," omelku yang kini mengelus kepalaku akibat kepentok meja.

"Maaf, saya kira kamu tau saya pulang," tuturnya. "Emangnya kamu nyari apa? Notes?" Apa tingkahku semudah itu tertebak?

Aku diam berusaha mencari jawaban yang logis dan tidak terduga.

"Udah saya buang tadi, nyampah nanti di sini," pungkasnya yang akhirnya berjalan menuju lemari pakaian.

Dibuang? Di mana? Benar-benar dosen menyebalkan. Dari tadi dicariin juga.

Aku juga yang salah, seharusnya aku tidak terlalu mempermasalahkan notes itu 'kan?

"Pak?"

"Iya?"

"Emang di notes itu isinya apa?" Tanyaku memberanikan diri.

"Menurutmu?" jawabnya sebelum masuk ke kamar mandi. Huft, bukannya menjawab dengan pernyataan malah dengan pertanyaan.

🌱🌱🌱

Aku mengambil ekspresso dari mesin kopi. Menambahkan susu dan 2 butir coklat pada masing-masing kopi. Setelah itu, aku membawa nampan yang berisi dua cangkir kopi ke depan tv yang saat ini menampilkan acara bola.

Aku menaruh nampan di meja, kemudian duduk menghadap pria yang sedari tadi sudah asyik dengan acara tv.

"Bapak ngga mau kasih tau isi notesnya?" tanyaku yang masih dengan rasa penasaran yang sama.

Pak Kemal menoleh, menatapku beberapa detik kemudian kembali ke aktivitasnya.

"Kamu sepenasaran itu?" tanyanya yang masih fokus menonton bola.

"Ngga juga, Jule cuma kepo kenapa Pak kemal tiba-tiba sering pake 'aku-kamu', tapi tadi pas di kamar tadi pake 'saya'."

Dia kembali menoleh dengan sedikit sudut bibir yang terangkat. Kemudian menyodorkan selembar notes berwarna hijau kepadaku.

"Baca!" perintahnya yang kemudian menyeruput kopi buatanku.

Jangan lupa sarapan. Mulai sekarang kita mulai dari awal ya?! Aku-kamu.

Kenapa dia sekiyowo ini? Apa dia salah makan? Atau karena donat kentang waktu itu?

"Bapak ternyata bisa romantis ya? Padahal kita belum saling kenal," ledekku sambil terkekeh.

"Kamu ngga suka? Kalau mau kita bisa kenalan ulang," belanya.

"Permisi, ruangan pak Romli sebelah mana ya?" ucapku yang membuatnya mengerutkan kening.

"Ruangan pak Romli sebelah mana?" ulangku.

"Maksudnya?" tanyanya dengan wajah bingungnya.

"Syukron," jawabku asal yang membuatnya menggelengkan kepala.

My Coldest DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang