Jangan lupa bersyukur ☘️
Hari ini aku tidak ada kelas. Dan itu artinya aku bisa menyiapkan kado untuk diriku sendiri. Ya, hari ini, 21 Juli 2021 yang artinya ulang tahunku yang ke 21. Aku merasa senang sekaligus terharu karena Allah terus memberikanku oksigen, kebahagiaan dan umur untuk menikmati semua nikmatnya di dunia ini.
Hari ini aku berencana membuat kue ulang tahunku sendiri. Walaupun mulai saat ini ulang tahunku tidak lagi menjadi ulang tahunku seorang.
Aku tersenyum puas setelah menghias kue buatanku sendiri. Walaupun sebenarnya banyak sekali dekorasi nama di atasnya.
Aku mengeluarkan ponselku. Memposisikannya sebaik mungkin agar foto kueku terlihat estetik.
Setelah puas dengan foto yang kuambil. Aku mengangkat kue tersebut dan menyimpannya di kulkas. Setelah aku menaiki tangga menuju kamar. Aku lupa membungkus kado yang kubeli kemarin dari toko online.
☘️☘️☘️
Aku menata kue yang kubuat tadi di meja ruang tamu. Bersama 2 buah kado yang kubungkus siang tadi. Aku mematikan lampu, berharap kejutan kecil malam ini dapat berhasil.
Aku duduk di salah satu sofa ruang tamu dekat saklar lampu. Menunggu seseorang datang membawa mi ayam pesananku. Setelah pak Kemal pulang tadi aku langsung menyuruhnya membeli mi ayam karena dia lupa dengan pesananku itu di aplikasi chat. Barulah setelah dia pergi aku menata kue dan kado di meja. Tanpa dekorasi tentunya.
Clek
Pintu terbuka, menampilkan siluet pria dengan kresek di tangannya.
"Kok gelap?" tanyanya bermonolog.
Klek
Seketika ruangan menjadi terang. Pak Kemal yang terkejut menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan berjalan menghampiriku yang kini mengangkat kue dengan senyum merekah.
"Selamat ulang tahun suaminya Jule."
Dia tersenyum. Menatapku dari atas sampai bawah. Kemudian menaruh bawaannya di meja.
"Kamu ingat?"
Aku mendengus. "Jule malah curiga Mas lupa kalau Jule juga ulang tahun," ucapku cemberut.
"Tunggu sebentar ya," pintanya sebelum dia berjalan menuju entah kemana.
Aku menaruh kueku. Memang tidak ada acara tiup lilin kalau kalian bertanya.
Setelah beberapa menit, pak Kemal kembali dengan kotak merah di tangannya.
Dia menyodorkan kotak itu kepadaku. Aku mengambilnya dan membukanya saat itu juga.
"Kalung," ucapku saat tahu isi dalam kotak itu. Kalung emas dengan liontin berlian berbentuk infiniti.
"Mau dipake?" Aku mengangguk.
Kemudian dia mengambil kalung itu dan memakaikannya ke leherku.
"Cantik," ucapnya menatapku.
"Iya, Jule suka," ucapku menatap kalung pemberiannya.
"Mas punya satu lagi buat kamu."
Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah.
"Cincin?" tebakku.
Dia membukanya dan menyematkan di jari manisku.
"Maaf setengah bulan yang lalu belum bisa kasih kamu mahar yang layak. Jadi, anggep aja semua ini mahar yang tertunda dari Mas," ucapnya setelah mengecup punggung tanganku.
Aku mengangguk. Kemudian meraih dua kotak yang sudah kubungkus dengan rapi.
"Kenapa dua?"
"Yang satu ulang tahun pernikahan."
Dia terkekeh. "Pernikahan kita baru setengah tahun Julia," ucapnya mengelus puncak kepalaku.
"Ya ngga pa-pa. Yang penting ada kata tahunnya walaupun cuma setengah."
"Mas buka sekarang ya?" pintaku.
Dia mulai mencari celah untuk memulai membuka kotak kado tersebut. Setelah bungkusan berhasil dia buka, sebuah kotak dia keluarkan dari sana.
"Bagus kan?" tanyaku setelah dia mengeluarkan benda dari dalam kotak.
"Kamu tahu dari mana ini ukuran sepatu Mas?" tanyanya setelah mencoba sepatu kulit pemberianku.
"Dari sepatu yang biasanya Mas pake. Kemarin sebelum Jule cuci Jule ukur pake penggaris karena ukurannya udah ilang," jujurku.
Dia tertawa. "Kamu serius ukur pake penggaris?" tanyanya memastikan. Aku mengangguk.
"Yang ini juga dibuka, dan semua pemberian Jule harus dipake."
Dia kembali membuka kotak kedua yang berukuran lebih kecil dari kotak pertama.
"Kemeja?" ucapnya mengangkat kemeja panjang berwarna hitam dengan sedikit bordiran di bagian dada.
"Ngga suka ya?" tanyaku saat tak mendengar komentar apapun darinya.
"Suka kok, lain kali kalau ngampus Mas pake." Aku tersenyum mendengar itu.
☘️☘️☘️
"Mas berangkat duluan aja deh. Jule ngga mau bareng Mas," ucapku setelah dia selesai sarapan.
"Kenapa? Kamu ngambek karena Mas ngga pake kemeja semalam?" tanyanya yang membuatku spontan menggeleng.
"Terus?"
"Ngga tau, Jule mual aja nyium bau Mas," jujurku.
"Jadi secara ngga langsung kamu bilang Mas bau? Makanya itu kamu sarapan duluan?"
Aku mengangguk. Dia mengacak rambutnya sendiri karena kelakuan ajaibku.
"Mas sebelum sarapan udah mandi kamu masih bilang bau?" ucapnya tak habis pikir.
"Tapi emang bau, Jule ngga suka baunya. Bikin mual kaya stela jeruk di mobil papa."
Setelah mendengar pernyataanku, dia dengan sengaja mendekatiku. Dan kini berada tepat di depanku yang sudah berdiri lengkap dengan perlengkapan kampusku.
Aku menutup hidungku. Lalu tanpa aba-aba dia memelukku.
"Ngga bau 'kan?" tanyanya dengan percaya diri.
Aku mendorongnya, kemudian aku berlari menuju kamar mandi di dekat dapur. Rasanya sarapan pagiku ingin keluar karena dipeluknya barusan.
Dia mengetuk pintu kamar mandi sambil terus memanggil namaku dan menanyakan keadaanku.
"Mas berangkat aja dulu."
"Ngga."
Setelah mendengar penolakan itu aku keluar dengan menutup hidungku.
"Kalau gitu Jule duduk di kursi belakang," pintaku yang kini dia setujui.
Sepanjang perjalanan menuju kampus tak ada pembicaraan diantara kami. Pak Kemal fokus menyetir sedangkan aku berusaha menahan rasa mualku di kursi belakang.
"Kamu masih mual?" tanyanya setelah mobil berhasil dia parkirkan.
"Iya, Jule turun duluan ya, assalamualaikum," ucapku sebelum menghilang dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Dosen
RomanceWarning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan terakhir ibu dari dosennya. Kok bisa? Padahal baru kenal seminggu. Penasaran? Baca aja yu ... Peraturan membaca : •Readers wajib meninggalkan...