Fiks, pak kemal demam. Eh
Ruang Rektor. Itu yang kubaca sebelum tangan pak kemal menarikku masuk ke dalam ruangan itu.
"Permisi Pak Candra. Saya kemari ingin menyerahkan data mahasiswa yang sempat tertunda pekan lalu." Ucap Pak Kemal menyerahkan beberapa map bersampul merah.
"Baik, terimakasih Pak Kemal," jawab Pak Candra sebelum akhirnya melihat keberadaanku.
"Lho? Julia adinda?"
"Julia Anindia, pak."
"Itu maksud bapak. Kamu kesini lagi ada apa?" Tanya pak candra bingung.
"Oh, saya yang mengajaknya pak. Kebetulan kelas dia hari ini sudah selesai jadi saya akan mengantarnya pulang. Sekaligus saya mohon izin pulang." Jelas pak kemal.
"Baik pak kemal saya izinkan. Pak kemal saudara julia? Atau suaminya?" Tanya pak candra.
Duh pak kemal apa apaan sih pake bilang mau anter jule.
"Iya pak, saya sua--"
"Suaudara jule pak ... Iya saudara jule."
Pak kemal menoleh, menatapku bingung ... Sedangkan pak chandra hanya mengangguk paham dan aku? Tersenyum manis tanpa dosa.
Huft, hampir saja.
"Kalau begitu kami pemisi pak."
***
"Pak kemal mau ngajak jule jalan-jalan lagi yah?" Tanyaku penasaran. Pasalnya arah mobil yang kami naikki tak sesuai dengan arah jalan menuju rumah pak kemal.
"Kata siapa?" Tanya pak kemal yang masih fokus menyetir.
"Kata jule barusan, ralat tanya jule barusan."
Hening, belum ada jawaban.
"Oh, atau pak kemal mau ajak jule ke restoran yah? Dalam rangka pulangnya pak kemal gitu?" Tanyaku sambil terkikik pelan.
"Kata siapa?"
"Dari tadi jule nanya, pak kemal balik nanya terus. Mana pertanyaannya ngga kreatif."
Tiba tiba mobil menepi. Pak kemal mau nurunin jule yah? Gara gara kebanyakan nanya? Suudzon terus jul.
"Turun!" Perintah pak kemal membuka sealtbeat.
Tuhkan beneran.
"Turun, julia!" Perintahnya sekali lagi.
"I-iya pak ju-julia turun sekarang." Ucapku bergegas membuka sealtbeat dan turun.
Aku turun dari mobil. Kulihat di sebrang sana ada sebuah butik, tapi parkiran disana terlalu penuh karena bersebelahan dengan pasar yang hingga kini masih ramai.
"Ayo!" Ucap pak kemal seraya menggandeng tanganku menyebrangi jalan.
Kami masuk kedalam butik, dan sampailah di depanku sudah terpampang banyak baju indah dengan berbagai pernak pernik berwarna putih dan warna-warna pastel.
Tunggu. Jangan jangan pak kemal mau ...
"Kamu ngapain kesitu?" Aku menoleh ke arah suara dimana pak kemal sedang memegang satu dres berwarna lilac. Dan 2 dres lainnya dipegang seorang wanita berseragam seperti mbak mbak kasir di depan sana.
"Pak kemal mau beli itu? Buat siapa?"
"Kamu suka?"
"Pak kemal mau beliin jule?"
"Ya." Jawabnya singkat.
"Mau atau tidak? Sebelum jam 2 kita harus sudah sampai."
Hah? Siap apa? Aku melihat jam dipergelangan tanganku. Itu artinya satu jam lagi.
Aku menggeleng.
"Kenapa?"
"Jule suka warna toska pak. Bukan ungu muda."
"Mbak, saya ambil yang ini sekalian yang mbak pegang." Ucap pak kemal ke mbak mbak itu.
"Baik pak, mari ke kasir dulu." Jawab mbak mbak itu berlalu pergi. Disusul pak kemal yang sembari mengeluarkan isi kantongnya.
Aku tak habis fikir. Untuk apa pak kemal bertanya kalau yang dibelinya kini warna ungu, hitam, dan merah?
***
"Pakai!" Ucap pak kemal menyodorkan dres berwarna lilac didepanku.
"Ta-tapi buat apa pak? Bapak mau ngajak jule dinner?"
Bukannya menjawab pak kemal malah meninggalkanku. Tak berselang lama dia kembali dengan bungkusan pkastik bening ditangannya.
"Sekalian. Disini tidak ada dres panjang warna toska. Jadi pakai saja itu." Ucapnya sambil menodongkan squar hijab dengan warna senada.
"Saya tunggu di mobil 5 menit. Telat? Saya tinggal." Kali ini pak kemal pergi ke arah pintu keluar meninggalkanku.
Aku bergegas menuju ruang ganti yang sebelumnya sudah ditunjukkan mbak mbak kasir. Setelah itu aku segera ke mobil. Kalau sampai dosen tega itu meninggalkanku sendirian.
Aku masuk ke dalam mobil, dan ternyata di dalam aku melihat pak kemal memakai kemeja dan celana senada dengan dresku.
Fiks, pak kemal demam. Eh?
"Telat 57 detik." Ucapnya sebelum melajukkan mobil.
"Kita mau kemana pak? Kok pake baju kembaran? Bapak sengaja yah biar kita dikira pengantin baru?" Tanyaku mengintrogasi. Pasalnya sekrang aku belum mau membeberkan ke siapapun kalau kami sudah menikah. Bisa bisa di datengin satu kampus.
"Teman saya ada yang menikah."
Udah itu doang? Hening setelah itu. Aku malas bertanya lagi. Nanti bisa bisa diturunin ditengah jalan.
Assalamualaikum. Maaf yah aku telat up. Telat banget malah. Maaf banget. Soalnya akhir akhir ini sibuk.
Maaf juga masih banyak banget typo yang belum aku benerin. In syaa Allaah besok atau nanti malam aku up lagi beberapa part karena waktu itu aku udah janji.
Jadikan Al qur'an bacaan utama♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Dosen
RomanceWarning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan terakhir ibu dari dosennya. Kok bisa? Padahal baru kenal seminggu. Penasaran? Baca aja yu ... Peraturan membaca : •Readers wajib meninggalkan...