Jangan lupa bersyukur ☘️
.
.
.Warning, konten bersifat 18+ jadi harap usia dibawah 18 skip part ini.
"Kenapa tangan kamu diperban? Ini juga pipinya dikasih plester. Kamu habis berantem sama Kay?" tanya pria di depanku setelah melihatku masuk mengendap-endap dari pintu belakang.
"Ngga."
Dia mengangkat tanganku dan membuka perbannya.
"Kenapa dibuka?"
"Kalau mas nunggu kamu buka mulut ngga akan tahu apa yang terjadi."
Sret
"Luka kamu banyak. Kamu habis berantem sama siapa sebenarnya? Heum?" tanyanya kini menatapku lembut.
"Maaf," ucapku menunduk.
"Hey, kenapa minta maaf? Mas kan nanya sebenarnya apa yang terjadi? Jujur aja, Mas ngga marah," ucapnya menangkup pipiku seakan memaksaku menatap matanya.
"Cuma salah paham aja kok," cicitku.
Dia mengangkat sebelah alisnya. "Salah paham? Sama siapa? Kejadiannya di kampus 'kan? Kalau kamu ngga jujur, Mas bisa kasih dia SP1 karena pembulian."
"Segitunya?" Dia mengangguk.
"Ngga ada yang boleh nyakitin kamu, termasuk Mas sekalipun."
Aku menelan ludahku, merasakan nafasnya hangatnya kini menerpa wajahku. Beruntung rasa mualku beberapa hari lalu lenyap. Kalau tidak mungkin saat ini aku akan muntah tepat di depannya.
"Siapa?" tanyanya semakin mendekat. Bahkan saat ini aku merasakan hidung kami saling bersentuhan.
Aku mendorong bahunya. "Mas mau nanya atau mau modus sih?" omelku.
Dia membuang mukanya.
"Maaf, kamu kelamaan ngga jawab. Mas jadinya gemas pengen makan."
Aku mendengus. "Kalau laper makan, jangan makan Jule. 'Kan ngga lucu kalau ada berita dosen ma–"
Cup
Aku mematung. Bisa-bisanya dosen satu ini modus ditengah interogasinya.
Aku mendorongnya lagi. "Iya, iya. Jule jujur," putusku.
"Yang buat Jule luka mahasiswi yang sering kasih Mas surat sama hadiah. Dia cemburu karena Jule deket sama Mas. Mana Jule dikatain pelakor, jadi, menurut Mas siapa pelakornya? Eh? Maas ...," teriakku di akhir kata karena sadar mengatakan yang sejujurnya.
Dia tersenyum bangga karena mendapat info valid dari mulutku yang suka kehilangan rem ini.
"Akhirnya kamu mau jujur, karena cuma itu cara satu-satunya biar kamu jujur. Sekarang kamu bersih-bersih. Sebelum sholat Maghrib nanti Mas obatin lagi tangan kamu," ucapnya tersenyum kemudian setelah menarikku sampai di depan kamar mandi.
☘️☘️☘️
"Kamu tau ngga, Della yang kemarin bully kamu? Dia dikeluarin karena ketahuan bully anak lain sampai masuk rumah sakit," ucap Kay yang masih asyik mengaduk es campurnya.
"Kamu tahu dari mana? Tapi bukannya dia anak rektor?" tanyaku penasaran.
Dia tersenyum. "Beritanya udah viral sekampus. Kamu aja yang sibuk pacaran sama pak Kemal," ledeknya. Aku menatanya sebal, kemudian dia melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya waktu kamu dibully itu bukan pertama kalinya dia lakuin. Dia sebelumnya udah sering bully temen seangkatan dan adik tingkat di fakultasnya. Cuma kali ini bener-bener kelewatan." Dia menghentikan kalimatnya, menyendok buah ke mulutnya. Membuatku menunggunya selesai mengunyah habis makanan di mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Dosen
RomansaWarning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan terakhir ibu dari dosennya. Kok bisa? Padahal baru kenal seminggu. Penasaran? Baca aja yu ... Peraturan membaca : •Readers wajib meninggalkan...