Jangan lupa bersyukur 🌻
Aku menolak ajakan Pak Kemal untuk ikut keluar kota karena aku ada kelas besok. Pak Kemal? Dia tidak ada kelas mengajar selama dua hari, maka dari itu dia memilih hari ini untuk pergi keluar kota.
"Kamu mau sekalian dianter ke rumah mama?" tanyanya setelah memasukkan koper ke bagasi mobilnya.
"Ngga. Mas duluan aja, Jule belum jadwal buku buat besok," tolakku. Sekarang aku sudah mulai terbiasa dengan kata 'Mas' ketika memanggilnya. Selain karena dia 'suamiku' dia juga tidak setua itu jika kupikir, lagipula sejak notes itu debut, kami sepakat untuk memulai semua dari awal. Mulai dari panggilan, saling terbuka, dan saling menerima tentunya.
"Tata sekarang, atau ikut Mas?" Seperti biasa, dosen satu ini tidak suka dibantah.
"Tunggu sebentar, Jule tata dulu," putusku sebelum opsi yang diberikannya berkurang.
Aku kembali masuk ke dalam rumah. Mengambil backpack dan totebagku, kemudian aku memasukkan beberapa buku ke dalamnya sesuai jadwal dua hari ke depan. Ya, setelah aku memutuskan untuk tetap di rumah dia memberikan dua opsi untukku. Di rumah mama, atau ikut. Aku yang tidak ingin melewatkan party kampus malam nanti akhirnya memilih di rumah mama.
Setelah selesai dengan semua peralatan kampusku, aku segera beranjak menuju pintu keluar. Setelah memastikan rumah tertutup dan terkunci, aku segera memasukkan barang-barangku ke kursi belakang dan duduk di kursi depan.
"Udah semua?" Aku mengangguk sebagai jawaban. Detik berikutnya mobil berjalan menuju rumah mama.
"Kamu mau dibawain oleh-oleh?" tanyanya memecah keheningan.
Aku menoleh, sebenarnya aku ngga pengen apapun, kecuali kukis buatan nenek. Tapi, mana ada? "Jule lagi ngga pengen apa-apa."
"Beneran? Mau dibawain seblak?"
"Ngga mau. Di kantin kampus juga ada," tolakku karena aku sudah sering membeli makanan itu saat di kampus.
"Kalau gitu, besok sebelum pulang Mas chat kamu aja ya?" tawarnya.
"Emang Mas punya nomor Jule?" Satu fakta yang perlu kalian tau, dosen satu ini sangat jarang terlihat dengan ponselnya. Dia lebih suka berkutat dengan laptop dan lembaran kertasnya.
Dia terdiam, kemudian memberikanku slingbagnya kepadaku. "Kamu tulis aja nomor kamu, hp Mas di dalem."
Setelah mengiyakan aku segera mencari ponselnya. Setelah kutemukan benda pipih itu, aku segera mengambilnya. Setelah menggeser lookscreen ternyata ponsel ini membutuhkan pin masuk sang empu.
"Pinnya berapa?"
"2107"
Tunggu, 2107? 21 Juli? Dia pakai hari ulang tahun Jule? Dari mana dia tahu?
Setelah selesai memasukkan nomorku, kini saatnya bagian paling seru. Nama kontak. Otakku yang jail sudah beraksi untuk memberi nama terbaik untukku sendiri.
Aku menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Kemudian menaruhnya ke dashboard di depanku.
"Udah?"
"Udah."
"Mas suka sama Jule, ya?" tanyaku tiba-tiba.
"Dapat teori dari mana?" tanyanya balik dengan santainya. Sepertinya dia tidak terbebani dengan pertanyaan randomku.
"Pin."
"Kenapa? Ada yang salah?"
"Mas pake tanggal lahir Jule."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Dosen
RomansaWarning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan terakhir ibu dari dosennya. Kok bisa? Padahal baru kenal seminggu. Penasaran? Baca aja yu ... Peraturan membaca : •Readers wajib meninggalkan...