18. Suami Nyebelin

1.2K 46 1
                                    

Jangan lupa bersyukur ☘️
.
.
.

"Kamu masih marah sama Mas?" tanya pria di sampingku yang fokus dengan kemudinya.

Aku memilih menatap kaca di sampingku. Menatap rumah dan kios-kios yang berjejer di sepanjang jalan raya.

"Maaf, lain kali kalau kita di kamar kamu yang itu Mas kunci pintunya kalau masuk."

"Maksudnya?"

"Lupain."

Setelah obrolan singkat itu, suasana kembali hening. Aku tidak ada niatan mencari topik obrolan. Aku sedang sangat sebal padanya, ditambah godaan keluargaku di meja makan tadi.

"Nanti jangan telat masuk kelas Mas, ya?" ucapnya bersamaan mobil berhenti.

Setelah selesai di parkirkan, aku membuka seatbelt dan bersiap turun. Tapi lagi-lagi tangan dosen itu mencekal lenganku.

"Iya, Jule ngga telat," ucapku sebal.

"Bukan itu." Aku menoleh, menatapnya dengan tatapan paling datar milikku.

"Kamu lupa 'kan kalau udah nikah?" tanyanya menyodorkan tangannya.

Aku yang paham langsung meraih tangannya dan menciumnya singkat.

"Udah."

Dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku.

Cup

Rasanya seperti ada sengatan listrik dari dahiku menuju jantungku yang kini berdetak tak karuan. Benar-benar dosen nyebelin. Siapa yang ngizinin dia nyium Jule?

"Bapak nyebelin," umpatku sebelum akhirnya meninggalkannya dengan perasaan sebal.

☘️☘️☘️

Bruk

"Aduh. Ish, nyebelin banget sih," gerutuku saat tak sengaja tersandung kakiku sendiri.

Tiba-tiba sebuah tangan mengulur ke arahku.

"Hati-hati dong. Makanya jangan ngomel terus," ucap pemilik tangan yang tak lain adalah Kay.

"Kenapa? Pagi-pagi udah bete aja?"

"Semuanya gara-gara dosen nyebelin itu!" jawabku sebal.

"Siapa? Bu Rena?" tanyanya menyebut dosen matematika yang semalam baru saja memberi banyak tugas.

"Pak Kemal!" teriakku meninggalkan Kay yang kebingungan.

"Emang dia ngapain kamu? Dikasih makalah dadakan?" tanyanya penasaran.

Aku diam. Bisa-bisanya aku keceplosan apa yang sebenarnya terjadi.

"Lupain."

"Nanti habis kelas ke ruangan dosen yuk," ajaknya.

"Ngapain?"

"Nganterin novel kemarin. Kak Dimas hari ini cuma bimbingan siang nanti, nomornya ngga aktif, jadi aku ngga tau harus ngasihnya gimana."

"Sendirian aja ngga bisa?"

"Ih, kamumah gitu. Sebentar aja, udah dibayar soalnya. Mana ada kembaliannya, 'kan ngga enak."

Aku menggeleng. "Kak Dimas bimbingan sama Pak Kemal. Aku ngga mau," tolakku.

Kay menatapku bingung.

"Sebentar aja please," bujuknya.

"Lebih dari sepuluh menit kutinggal," ucapku yang disetujuinya.

☘️☘️☘️

Kayyisa memberikan novel pesanan Kak Dimas, sedangkan aku menunggu di kursi koridor yang menghubungkan ruangan dosen.

My Coldest DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang