05 || Julio?

78.5K 9.8K 105
                                    

Happy Reading...

...

Dalam pantulan cermin seorang Ailin tersenyum puas dengan tampilan seragam sekolah yang menutup tubuh eloknya, tambahan kerudung berwarna putih lalu Hoodie yang menutup seragam atasnya sempurna berwarna putih dengan gambar pinguin yang menghiasi bagian depannya.

Pinguin terdepan. Ailin jadi benar benar menyukai makhluk hitam putih imut itu.

Sentuhan terakhir ia memoles bedak tabur dengan pelembab bibir sedikit. Sempurna! Ailin keluar dengan ketukan kaki bahagia juga tangan yang menggenggam tali tas.

Kembali ia lakukan hal seperti kemarin tanpa merasa jera, membangunkan Zidane. Pelan tapi pasti Ailin membuka pintu kamar Zidane yang tidak terkunci, mungkin memang Zidane tak pernah mengunci pintu kamarnya.

"Kak Jidan!" Nama Zidane selalu Ailin pelesetkan karena pelafalan huruf Z begitu rumit di lidah kampungannya, "Wake up brother!"

Kali ini tanpa diguncang Zidane terbangun dengan mata yang langsung menatap Ailin tajam. "Bangun kak Jidan! Ayok kita sekolah!" Suara bising Ailin begitu mengganggu kenyamanan Zidane yang biasanya bangun lebih siang dan tentu selalu terlambat datang ke sekolah.

Memulai pagi dengan amarah memang hanya Zidane saja yang merasakan kesialan seperti itu, tak ayal lelaki itu berdiri meninggalkan Ailin yang shock melihatnya berjalan kekamar mandi tanpa pakaian atas.

"Astaghfirullah! Mata Ailin! Tolong selamatkan mata Ailin!" Perempuan berhijab itu berlari kencang menyisakan Zidane yang terjengkit mendengar teriakkan melengking Ailin.

Saat Zidane akan memasuki kamar mandi, Ailin kembali dengan mengintip dipintu kamarnya, "Ka Jidan jangan lupa solat!"

Hilang sudah kesabaran Zidane, tanpa pikir panjang ia melempar vas bunga didekatnya kearah Ailin yang sudah tak terlihat lagi.

Prang...

Zidane mengusap wajah bantalnya kasar, manusia seperti apa Ailin itu? Ia lebih merasa bahagia jika perempuan itu diam tidak mengusiknya. Semenjak ia mengacaukan acara bunuh diri Ailin, perempuan itu seperti memiliki dendam pada kehidupannya hingga terus menerus mengusiknya. Menyebalkan!

Beberapa menit berlalu, Zidane sudah rapi dengan pakaian sekolah yang dikenakannya. Seperti anak nakal biasanya, baju atas seragamnya tidak ia masukkan dengan dasi yang menggantung asal dikerah bajunya, jangan lupakan dua kancing atas yang tidak dikancingkan.

Zidane memakai sepatunya sebelum keluar dari kamar yang tepat didepannya terdapat pecahan vas bunga kesayangannya, bunga Mawar pemberian Dinda. Saat dibawah ia akan meminta satu pembantu merapihkan ya lalu menggantikan wadah untuk bunga mawarnya itu.

"Pagi Kak Zidane."

Kembali Zidane melihat wajah dengan ekspresi yang asing itu, perempuan itu melakukan hal sama seperti kemarin, menunggunya dimeja makan dengan gelas berisi susu cokelat yang sudah tinggal setengah. Sangat persis.

Zidane tidak menyahut, ia duduk memakan sarapan tanpa bersuara. Pagi pagi biasa ia selalu makan sendiri karena Ailin selalu berangkat lebih awal, entah mungkin ia saja yang selalu kesiangan.

Alasan mengapa Zidane selalu sarapan tentu karena Dinda yang memintanya menjaga kesehatan. Memang sudah bucin tingkat atas, padahal alur novel baru dimulai.

Dibalik Novel || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang