28 || Ica, istri gue

56.2K 8.1K 246
                                    

Bantu author cari typo nya yuk!

...

"Oy! Kalian udah pada tau kan kalo si Ailin dibawa geng musuh kemaren?"

"Gue kira dia bakal mati gitu ditangan mereka karena kayanya emang mereka ngincer dia. Kira kira apa ya yang bikin mereka bawa Ailin?"

"Denger denger sih katanya sebelum dia kesini dia sekolah disekolah sebelah. Kalian tau kali sekolah itu penuh sama satu geng musuhnya sekolah kita. Bisa jadi dia mata mata musuh geng sekolah kita, kan?"

"Loh, bukannya katanya dia hilang ingatan?"

"He'eum, katanya pasca trauma. Mungkin aja trauma gara gara sekolah disana?"

"Dia penah bunuh diri ya gak sih?"

Zidane mendengarkan dengan jelas.

Saat ia ingin kekantin bersama sahabatnya juga Dinda dengan dua perempuan lainnya, Zidane sempat menghentikan langkahnya hanya untuk mendengar kelanjutan mereka menggosip adiknya.

"Darimana kalian tau?" Zidane cukup sensitif beberapa hari ini, ia cukup tahu jika ialah penyebab Ailin dibawa musuhnya.

Mereka tidak menyadari kehadiran Zidane jika saja lelaki itu tidak bicara.

Dan sekarang, tamatlah mereka. Orang orang tahu bagaimana kejamnya Zidane jika sudah marah pada seseorang, bahkan adiknya sendiripun mampu lelaki itu sakiti.

"Gue bilang dari mana kalian tahu? Bilang, jangan diem aja!"

Mereka gemetar mendengar bentakan Zidane, bodohnya mereka menggosipi Ailin ditempat yang kemungkinan dilewati Zidane, kakak Ailin.

Tapi, bukannya Zidane membenci adiknya sendiri?

"Bilang bangsat! Kalian punya mulut kan!?"

Mata Zidane memerah menahan marah, lagi dan lagi ia tidak bisa mengontrol emosinya.

Meski ingat akan kehadiran Dinda, sekarang itu tidak cukup untuknya memendam amarah. Rasanya Zidane sudah lewat batas amarah. Marah pada dirinya sendiri.

"Zi-zidan."

Zidane mengacak rambut coklatnya, ia sungguh frustasi, Ailin masih dirawat dirumah sakit dan belum sadarkan diri, namun mengapa mereka malah menggosipi adiknya?

Seakan mereka tahu segala masalah yang Ailin alami. Dan lagi, dari mana mereka tahu sedetail itu bahkan tanpa Zidane ketahui gosipnya sudah sangat tersebar.

"Sekali lagi gue bilang, kalian tau dari mana?" Zidane mencoba berkata baik baik agar mereka mau mengatakan apa yang ingin ia dengar.

"Kami gak tau, se-semua orang gosipin Ailin, kak!"

Zidane mengusap wajahnya kasar, gosip bercabang ternyata.

"Adek gue cewek baik baik, mereka bawa Ailin karena dia tau sesuatu tentang mereka. Bilang kesemua orang, kalo gue ada denger gosip tentang adek gue lagi, gue gak akan diem."

Setelahnya, tidak peduli lagi dengan Dinda, Zidane pergi tanpa mengatakan apapun, ia butuh tempat sepi untuk menenangkan diri, menjauh dari kerumunan yang membuatnya muak.

Tujuannya adalah rooftop. Mungkin orang yang bolos disanapun sudah turun untuk mengisi perut, jadi Zidane mungkin akan cukup nyaman berada disana.

Pemikiran Zidane salah.

Saat sampai diatas, ada seorang perempuan membelakanginya seakan sedang menikmati angin uang yang meniup rambutnya kencang.

Zidane tertarik mendekat meski awalnya ia ingin kembali kebawah. Zidane mendengus saat melihat wajah perempuan itu, perempuan yang sudah sah menjadi istri sirinya.

Dibalik Novel || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang