11 || Terlalu suram

67.2K 8.8K 61
                                    

Ailin siuman semalam, namun hingga beberapa haripun perempuan itu lebih sering melamun, ia bahkan jarang merespon ucapan keluarganya yang terlihat lebih manusiawi dari biasanya.

Alasan utama keterdiaman Ailin karena 'mimpi' panjang Ailin asli yang diperlihatkan padanya, lebih tepatnya masa lalu tubuh barunya.

Untuk siang keberapa kali ia masih memikirkan masa lalu Ailin asli. Kini ia tahu alasan ia tidak dibolehkan pindah ke sekolah Zidane,.

Mata Ailin menoleh pada pintu rumah sakit, ada Agis yang masuk dengan laptop ditangan dan kacamata yang bertengger manis mempertajam penglihatan lelaki paruh baya itu.

Ailin mengusap matanya, entah kenapa ia sangat merasakan bagaimana perasaan Ailin asli, terlalu kejam untuk remaja yang bahkan belum menginjak usia 17 tahun.

"Sudah lebih baik?"

Ailin menghela napas, ayah Ailin bahkan tidak tahu jika anaknya memiliki masalah besar.

"Handphone Ailin, udah dibenerin?"

Agis mendekat setelah menyimpan laptopnya dimeja, tangannya mengusap penuh kasih kepala Ailin yang tertutup kerudung.

"Papa baru mau kasih ke kamu."

"Gak diperiksakan? Ayah udah janji sama Ailin buat gak lihat isi hape Ailin meskipun penasaran."

Agis menyodorkan handphone Ailin didalam sakunya, "Cepet sembuh," ujar Agis.

Ailin dengan senang hati mengambilnya,  "Ailin pengen pulang," beritahunya, "Sekarang."

"Gak bisa."

Sekian kalinya Ailin menghela napas,  ia tahu Agis mencoba menjadi ayah yang baik, namun ia tidak suka dipaksa.

"Ailin cuma kasih tahu, bukan minta izin."

"Papa tetep gak bolehin!" Bantah Agis tegas.

Ailin menatap datar Agis, bukan maksud marah pada lelaki itu, hanya saja ia ingin cepat menyelesaikan masalah Ailin asli. "Ayah pikir Ailin gak akan bisa keluar dari rumah sakit kalo gak ayah izinin?" Ailin tersenyum miring, "Dijaga pengawal pun Ailin pasti tetep bakal keluar dari rumah sakit."

Dilihatnya sang ayah mengusap wajah, pasti Agis sudah sangat lelah dengan pekerjaannya ditambah kini lelaki itu harus melihat perkembangan Ailin.

"Ailin sehat, ayah." Netra mata Ailin bertemu dengan netra milik Agis, terlihat sekali mencoba meyakinkan Agis.

"Tet-"

"Ini bahkan indah hari ketiga Ailin dirumah sakit. Ayah, Ailin bosan."

"Tap-"

"Baiklah, lagipula Ailin mampu kok pulang sendiri tanpa izin ayah."

Agis menutup matanya menahan kesal, kali ini Agis lah yang menghela napas, "Oke, ayah akan urus kepulangan kamu."

Akhirnya Ailin tersenyum, sudah saatnya ia keluar dari zona nyamannya.

Seperti yang ia bilang pada Ailin asli, ia dan Ailin asli berhak bahagia meskipun sudah terlambat.

Itu juga demi masa depannya sendiri, agar hidup tenang seperti saat dimana ia menjadi Aisyah.

...

Ailin sudah sampai dikamarnya, perempuan itu langsung merebahkan diri dikasur empuknya. Bermodal ponsel lamanya, Ailin akhirnya kembali melamun memikirkan cara pasti untuk kedepannya.

Ailin terkekeh pelan saat ponselnya terbuka, alasan kenapa sidik jari dan pola wajahnya tidak sama dengan milik Ailin karena memang bukan tubuh miliknya yang tertera melainkan sidik jari dan wajah Julio, gila bukan!?

Dibalik Novel || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang