Happy Reading...
...
Jam pelajaran kedua kelas Ailin adalah olahraga, mereka sudah berada di lapangan basket. Tepat sekali guru olahraga sedang berhalangan hadir, jadi mereka hanya diperintah berdiam dilapangkan memainkan apapun hingga jam istirahat berdering.
Pakaian murid perempuan berlengan pendek, hanya Ailin yang berbeda. Mereka, para murid perempuan yang memang sangat malas berolahraga hanya menyaksikan para lelaki bertanding basket.
"Leon astaga! Mau gue lapin keringet Lo gak!" Dila berteriak heboh. Dila memang menyukai Leon, hanya saja Leon tak pernah meresponnya, padahal mereka satu kelas, jadi berapa susahnya Leon berdiam diri saat Dila mengganggunya?
"Gue pilih timnya Leon, kalian pilih tim siapa?" Resa menoleh kearah para temannya.
"Eum, tim satu lagi lumayan jago. Aku sama Risya tim mereka!"
Resa tertawa, ia menunjuk satu lelaki ditim lawan Leon, namanya Gilang, wajahnya memang setampan itu hingga mampu menyaingi Leon, yang pasti keduanya adalah bintang dari kelas mereka. "Dia yang paling jago menurut Ailin, ya?"
Ailin menggeleng, "Semuanya jago kok!"
Liora menyeringai bangga, ia menepuk pundak Resa yang tepat berada disamping Ailin. Dalam urutan Dila paling ujung, dilanjut Jessica, Risya, Ailin, Resa lalu Liora. Jangan tanyakan dimana Putri, teman sebangku Ailin, karena perempuan itu keuks beralasan kurang enak badan, Putri memang jarang mengikuti kelas olahraga.
"Ailin gak tertarik sama cowok ganteng," ujar Liora.
Ailin menoleh, ia menggeleng pelan, "Ailin suka ka Jidan, dia ganteng, suka bang William sama bang Wildan juga." Ailin kembali melihat pertandingan, tepat saat Ailin menatap kedepan bola basket itu malah melayang kearahnya bersamaan dengan teriakan heboh banyak orang.
Ailin tidak sempat menghindar, bola basket itu tepat menghantam wajahnya dengan keras. Setelahnya orang orang mengerumuni Ailin yang bahkan tidak bergerak dan mengedip saking kagetnya.
"Lo mimisan Ailin!"
"Astaga, gimana ini? Ayo ke uks!"
Ailin mengerjap tersadar, ia mengelap cairan merah dihidungnya saat mendengar salah satu pekikan temannya.
"Darah?" Ailin kembali mengerjap melihat tangannya yang penuh darah, ia menelisik wajah khawatir orang orang yang mengerumuninya, "Aku berdarah?" Ailin tampaknya masih belum sadar dari keanehannya, pikirannya teralih pada masa lalu, saat dimana ia mati tertabrak sebagai Aisyah.
Ia memang tidak merasa sakit sedikitpun, tidak seperti saat ia tertabrak dulu. Namun darah mengingatkannya pada rasa sakit itu.
Kerumunan itu terbelah, Leon dan Gilang kini berada dibarisan terdepan, menatap khawatir sekaligus bersalah pada Ailin. Keringat dan napas tak beraturan mereka membuat kesadaran Ailin kembali, ia mengerutkan keningnya, "Aduh, kok buram sih?" Ailin baru saja akan mengusap matanya, namun nyatanya ia terlebih dulu tak sadarkan diri menubruk tubuh Risya yang berada disampingnya.
"Ailin!"
...
"Gimana?"
Dila menghela napas, ia melihat wajah khawatir Leon, "Lo ke kantin aja, gue bakal temenin Ailin sampe dia bangun. Kalo ketemu Risya sama yang lain tolong kasih tau beliin gue sama Ailin makanan sekalian, tadi mereka bilang pengen kekamar mandi sebentar." Dila mendorong bahu Leon pelan, mencoba mengusir lelaki itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Novel || TERBIT
FantasiaBagaimana jadinya jika Aisyah yang taat agama bertransmigrasi ketubuh Ailin yang mati karena bunuh diri? ... Aisyah Nurul Huda adalah seorang perempuan muslimah, lingkungan hidupnya dipenuhi dengan hal berbau agama. Dia seorang putri pemilik pesantr...