"Syah... Umi boleh ngomong sama kamu?"
Aisyah mendongak, baru saja ia selesai menulis formulir pendaftaran untuk masuk ke Gontor, ia sudah yakin jika pesantren adalah yang terbagus untuknya pilih.
"Iya umi, ada apa?"
Umi ikut duduk disampingnya, menggenggam tangan Aisyah lembut, "Umi jodohin kamu sama putranya temen umi, mau?"
Dada Aisyah terasa terhimpit batu besar saking terkejutnya.
"I-ya umi?"
Umi tersenyum tipis, ia menunduk melihat tangan putih Aisyah, "Umi jodohin kamu, gak papa ya...?"
Aisyah ikut menunduk, pasrah ia menghela napas, "Terserah umi, kalo menurut umi itu yang terbaik buat Aisyah, Aisyah bakal turutin."
Umi akhirnya tersenyum bangga, ia langsung memeluk putrinya tulus.
Aisyah sendiri, sejak bangun dari koma bulan lalu, ia jadi mengerti jika apa yang orang tuanya bilang harus ia turuti. Itu demi kebaikannya, itu juga demi dirinya.
"Nanti malem temen umi bakal berkunjung sama anaknya, Aisyah beneran mau umi jodohin sama anak temen umi? Bener mau ta'arufan berlanjut ke jenjang pernikahan?"
Yakin Aisyah mengangguk, ia berdehem, "Umi ngelakuin itu juga demi Ai, jadi kenapa Ai harus nolak? Ai yakin itu yang terbaik buat Ai sendiri," ujar Aisyah.
"Ai nya umi jadi penurut banget," umi tertawa kecil, mengeratkan pelukannya sebagai bukti jika ia bahagia dengan apa yang Aisyah ucapkan.
"Ailin masih gak mau bangun? Ka Zidane minta maaf."
Aisyah mengusap telinganya, merasa jika ada orang yang membisikinya. Lagi dan lagi ia mendengar kata Ailin, lalu Zidane...? Jika diingat ingat Zidane adalah nama dari salah satu novel yang ia baca. Nama Zidane begitu familiar karena memang biasanya nama Zidan lah yang sering ia dengar, jadi menurut Aisyah, nama Zidane begitu unik untuk bisa ia ingat.
Tapi kenapa ia selalu mendengar bisikan aneh seperti itu?
Siapa Ailin?
Siapa Zidane?
Ia juga sering mendengar nama William Wildan bahkan banyak sekali dalam sebulan setelah ia tersadar.
Sebenarnya siapa mereka?
Kenapa ia merasa sangat kenal pada mereka?
Kenapa ia selalu sedih setelah mendengar bisikan itu?
...
"Ini loh, putri aku, cantik kan?"
Umi memperkenalkan Aisyah pada temannya.
Malam ini makan malam mereka lebih meriah dengan kedatangan teman Umi Ainiyah Fatimah. Abi Aisyah sendiri tidak keberatan malah sangat mendukung karena pria paruh baya itu sangat tahu orang seperti apa teman sang istri.
Putra mereka juga sudah sangat terjamin masa depan dan keagamaannya.
"Namanya Aisyah kan?"
Aisyah mengangguk sungkan, ia tidak pernah sedikitpun mendongak, hanya menunduk dan mendengarkan.
"Ini putra Tante, mau kenalan katanya."
"Saya Regan."
Aisyah sesak rasanya setelah mendengar nama dan suara yang sangat familiar untuknya, Aisya mendongak, melihat wajah Regan yang sepertinya juga familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Novel || TERBIT
FantasyBagaimana jadinya jika Aisyah yang taat agama bertransmigrasi ketubuh Ailin yang mati karena bunuh diri? ... Aisyah Nurul Huda adalah seorang perempuan muslimah, lingkungan hidupnya dipenuhi dengan hal berbau agama. Dia seorang putri pemilik pesantr...